Menjadi miliknya

Kamis (16.32), 19 Maret 2020

-----------------------------

Rena menggeliat lalu berbalik, meringkuk di sisi lain tubuhnya. Perasaan hangat dan nyaman melingkupi dirinya, membuatnya tidak ingin membuka mata. Selama beberapa detik dia berusaha agar kembali pulas namun tubuhnya menginginkan hal lain. Dia harus ke kamar mandi.

Rena tertegun ketika membuka mata, pandangannya langsung tertuju pada wajah rupawan Rafka. Rena berusaha menggali ingatan. Mencari tahu mengapa lelaki itu bisa tidur di hadapannya. Dan kenangan malam sebelumnya menghantam, membuat wajah Rena memerah.

Dirinya telah menjadi milik Rafka. Bukan hanya tubuhnya, melainkan juga seluruh hati dan jiwanya.

Setitik rasa kecewa merambat hati Rena. Walau saat ini Rafka bersedia menjadi kekasih yang sesungguhnya, namun hati dan jiwanya belum menjadi milik Rena. Bahkan Rena juga harus merelakan tubuh Rafka dimiliki orang lain sepanjang minggu.

Setetes air mata bergulir di pipi Rena ketika menyadari kenyataan itu. Dia tidak rela. Benar-benar tidak rela. Namun dirinya tidak memiliki hak untuk melarang pemilik hatinya bekerja di Fly Club.

Dada Rena terasa sesak. Dia meringkuk lebih dalam di pelukan Rafka untuk meredam rasa nyeri di dadanya. Mendadak tubuh Rafka menggeliat. Dengan panik Rena bangkit lalu berlari tanpa pakaian ke kamar mandi. Rafka tidak boleh melihatnya menangis. Rena tidak tahu harus menjelaskan bagaimana kalau Rafka menanyakan tentang kesedihannya.

***

“Kenapa tidak menungguku, Rena?”

Rena memekik kaget ketika tiba-tiba Rafka berdiri di hadapannya begitu dirinya membuka pintu kamar mandi.

“Rafka, haruskah kau tiba-tiba muncul seperti itu? Kau membuatku kaget.” Rena berseru.

“Aku sudah berdiri di sini selama hampir sepuluh menit. Tadinya aku berniat mendobrak pintu sialan ini kalau kau belum keluar juga.”

“Kau tidak lihat? Aku masih mandi.”

“Mana aku tahu. Kalau kau mengajakku mandi bersamamu tentu aku tahu bahwa kau sedang mandi.”

Pipi Rena merona ketika bayangan mereka mandi bersama mengisi benaknya. “Ah, sudahlah. Aku sedang tidak ingin bercanda.”

“Aku juga tidak. Tapi kita memiliki beberapa masalah.”

Rena menatap Rafka dengan bingung.

“Pertama, aku tidak punya baju ganti. Bajuku semalam masih basah. Kalaupun sudah kering tetap tidak bisa digunakan sebelum dicuci.”

“Yah, kurasa aku harus segera pergi berbelanja.”

“Kedua,” lanjut Rafka. “Ada genangan air di seluruh lantai tempat pakaian kita berserakan. Dan terakhir, kau,” Rafka menunjuk ke arah Rena. “telah membuat kotor diriku dan kasur lantai yang kita tempati. Jadi kau harus bertanggung jawab.”

“Apa maksudmu?”

Rafka merentangkan kedua lengannya. “Lihat aku! Aku sangat kotor.”

“Dasar!” Rena mendesis kesal lalu beranjak menuju kamarnya.

“Rena, tunggu. Aku belum selesai.”

Rena mengabaikan Rafka, bergegas menuju kamarnya. Sebenarnya dirinya sendiri tidak mengerti mengapa ia begitu kesal. Setelah semalam, hubungan mereka akan berbeda. Rena khawatir dengan perubahan itu, apakah akan berakhir baik atau buruk. Dan tentu saja, perasaan melankolis yang menyelubunginya sejak bangun pagi tadi masih melekat.

Setelah selesai berpakaian Rena menyisir rambut sambil menatap dirinya di cermin. Apakah ada sesuatu yang tampak berbeda? Mungkinkah matanya tampak lebih berbinar?

Rena menggelengkan kepala ketika bayangan semalam kembali membanjir. Dengan asal Rena membiarkan rambut basahnya tergerai. Rena melirik deretan make-up di atas meja riasnya. Rena tidak pernah memakai make-up, kecuali kalau dia harus pergi ke suatu tempat. Dia tidak harus pergi kemanapun sekarang. Tapi dirinya tidak dapat menahan keinginan untuk tampil cantik di depan Rafka.

Segera Rena merias diri. Dia berusaha membuat riasannya se-natural mungkin.

Setelah puas dengan hasilnya, Rena keluar kamar. Dia harus segera menyiapkan makanan sebelum Rafka selesai mandi. Rena teringat ucapan Rafka tadi. Mungkin dia harus membersihkan kekacauan yang mereka buat semalam terlebih dahulu.

Sesampainya di ruang tengah, Rena ternganga kaget. Ketika Rafka mengatakan bahwa dirinya telah membuat kotor kasur lantai yang mereka tempati, Rena pikir lelaki itu hanya menggodanya. Tapi setelah melihat betapa kacaunya tempat itu, Rena sadar bahwa Rafka serius.

“Apa kubilang? Kenapa kau tidak pernah mempercayaiku?”

Rena langsung berbalik ke arah sumber suara. Dan disanalah lelaki itu. Berbaring santai di sofa panjangnya tanpa sehelai benangpun. Di tangan Rafka ada buku yang pasti diambilnya dari rak buku Rena.

“Kenapa kau belum mandi juga?”

“Aku tidak akan membiarkanmu melepas tanggung jawab. Lagipula aku sedang berbaik hati ingin membantumu membereskan kekacauan itu. Asalkan kau memintanya dengan manis.” Mata Rafka berkilat geli.

Rena menghentakkan kaki dengan kesal seperti anak kecil. Rafka terkekeh. Lelaki itu bangkit menghampiri Rena. Rena harus mendongak untuk menatap mata Rafka karena tingginya hanya mencapai bahu lelaki itu.

“Kau sangat menggemaskan.” Rafka menunduk lalu mencium bibir Rena.

Rena menyambut ciuman itu dengan berjinjit, menyerahkan diri sepenuhnya. Mendadak Rafka melepas ciuman mereka.

“Tidak. Jangan sekarang. Atau tempat ini tidak akan pernah dibereskan.” Lalu Rafka berbisik serak. “Karena hanya dengan berdiri di hadapanku, kau sudah membuatku menginginkanmu.”

Sekali lagi Rafka mengecup bibir Rena lalu mundur menjauh. “Baiklah, ayo kita selesaikan!” serunya seraya membungkuk di atas kasur lantai.

Rena menggigit bibir dengan ragu melihat Rafka. “Rafka, aku akan membantu nanti. Sekarang aku akan membelikanmu pakaian terlebih dahulu.”

“Tidak perlu. Mesin cuci disini sekaligus mesin pengeringnya, kan?” Begitu Rena mengangguk singkat, Rafka melanjutkan, “Tidak akan lama menunggu hingga pakaianku bisa kupakai kembali.”

“Tapi dengan cuaca mendung seperti sekarang, tetap harus menunggu beberapa jam. Kau tidak bermaksud untuk tetap seperti itu selama itu, kan?” Rena meringis menyadari pilihan katanya yang kacau.

Rafka menatap Rena dengan seringai mesum. “Selama menunggu pakaianku kering, kita berdua sama sekali tidak butuh pakaian.”

--------------------------------

♥ Aya Emily ♥

Terpopuler

Comments

Deli Momoidea Pelangiran

Deli Momoidea Pelangiran

baru ketemu bacaan yang isi nya bukan seorang laki laki yang tampan, gagah, dingin CEO lagi.
padahal dah lama mencari novel seperti ini

2023-02-26

0

Rahil Ramadhani

Rahil Ramadhani

kan kasihan barang masa depanmu rafka kedingin 🤣🤣😂

2021-06-01

1

dewi

dewi

waduuuuh.. !!!
ini yg dinamakan cinta dr ginjal naik ke hati.. 😅😅😅😅

2021-03-17

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!