Kekasih Akhir Pekan

Kekasih Akhir Pekan

Prolog

Kamis (23.28), 13 Februari 2020

Salah satu cerita kesayanganku ♥.♥

Selamat membaca dan semoga suka. Jangan lupa tinggalkan jejak!

-------------------------

Tidak ada yang aneh pada lalu lintas di hari yang cerah itu. Jalanan ramai seperti biasa. Orang-orang lalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.

Yang berbeda hanya keberadaan pria paruh baya itu. Berdiri di tepi jalan dengan lesu dan kesedihan mendalam yang tidak bisa ditutupi dari raut wajahnya. Tubuh tegapnya menunjukkan usia awal lima puluhan. Tapi kerutan yang menggores wajahnya, lingkaran di bawah matanya, serta kulit wajahnya yang mengendur membuatnya tampak lebih tua dari usia sebenarnya.

Tapi bukan karena pertambahan usia yang membuat lelaki itu tampak begitu lunglai dan lemah. Melainkan penderitaan yang menggores di mata merahnya. Mata yang tak henti-hentinya menitikkan air yang membasahi papan putih dalam pelukannya.

Beberapa pengemudi dan penumpangnya tampak mengelus dada melihat lelaki itu, tapi tetap melaju pergi. Yang lain bahkan tidak sempat memperhatikan. Pejalan kaki yang tidak terlalu sibuk berhenti sejenak untuk mencerna kalimat di papan itu, tapi lalu menggeleng seraya pergi dengan iba.

Hanya pemuda itu yang memperhatikan.

Permohonan pria itu yang tertulis jelas di atas papan putih dalam dekapannya terasa menggores hati kecil sang pemuda. Perlahan pemuda itu mendekat.

Selama beberapa saat si pemuda hanya diam mematung menatap pria paruh baya itu. Hingga akhirnya si pria menoleh karena merasa diperhatikan. Si pemuda tersenyum lalu menyodorkan tas kresek berisi soda dingin yang hendak dinikmatinya sendiri di rumah.

“Untuk anda. Anda pasti haus,” ucap si pemuda dengan sopan.

Pria itu hanya menatap si pemuda selama beberapa saat lalu menerima tas kresek itu dengan rasa syukur. Seulas senyum menghiasi bibir keringnya.

“Terima kasih.”

Pemuda itu mengangguk sebagai jawaban. “Sebaiknya kita duduk. Anda pasti sudah cukup lama berdiri di sini.” Pemuda itu menawarkan.

Sedikit keraguan menyelimuti mata si pria. Dia menatap papan dalam dekapannya, tidak rela beranjak dari tempatnya. Dia sudah bertekad berdiri sepanjang hari hingga ada orang yang mau mengulurkan tangan mendengar jeritan hatinya.

Seolah dapat mendengar pikiran si pria, sang pemuda tersenyum lembut lalu merangkul bahu si pria dengan bersahabat. Tangannya yang lain mengambil alih papan putih itu. Dengan lembut si pemuda mengarahkan pria itu menuju halte bis tak jauh dari situ.

Setelah duduk, si pemuda membukakan botol minuman dalam tas kresek lalu kembali menyerahkan minuman itu. Kali ini tanpa keraguan si pria meneguk soda tersebut.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan putri anda?” tanya si pemuda beberapa saat kemudian.

Mata si pria mulai berkaca-kaca ketika teringat nasib putrinya. “Dia menderita gagal ginjal. Kedua ginjalnya rusak.” Pria itu terhenti sejenak untuk mengusap matanya yang basah. “Dia membutuhkan donor ginjal. Aku dan istriku sudah menawarkan diri tapi ginjal kami tidak cocok. Aku tidak tahu kenapa padahal dia putri kandung kami.”

Pria itu tidak lagi melanjutkan ceritanya karena wajahnya tertunduk menahan tangis. Si pemuda hanya bisa mengusap punggung pria itu.

Betapa beruntungnya putri pria ini, pikir si pemuda. Gadis itu memiliki orang tua yang begitu mencintainya dan begitu mengharapkan kesembuhannya. Sedangkan dirinya, sudah lama kehilangan sosok ayahnya. Bahkan ibunya lebih buruk lagi. Dia adalah iblis wanita yang hanya memikirkan dirinya sendiri.

Tidak ada seorangpun yang mencintainya. Tidak ada yang peduli dengan kesehatannya. Jadi untuk apa dirinya hidup? Bukankah hanya untuk menunggu malaikat maut menjemputnya?

Hidupnya sama sekali tidak berharga. Berbeda dengan hidup putri pria di sebelahnya. Mungkinkah Tuhan memberinya kesempatan untuk melakukan kebaikan setelah bertahun-tahun hidup bergelimang dosa?

“Bolehkah saya menawarkan diri untuk menjadi pendonornya?”

Pertanyaan itu membuat si pria mendongak tiba-tiba. Ditatapnya pemuda tampan itu dengan ekspresi tidak percaya.

“Kau benar-benar mau mendonorkan ginjalmu pada putriku?” nadanya penuh keraguan. “Tapi kenapa? Kau masih begitu muda.”

Si pemuda tersenyum melihat raut wajah pria itu. “Haruskah saya memberi alasan?”

Si pria ingat bahwa memang inilah yang diharapkannya. Seseorang berhati malaikat yang mau menolong putrinya. Seharusnya ia tidak perlu menanyakan alasannya. Dan dirinya akan memberi hadiah sesuai janji yang tertulis di atas papan putih itu.

“Tidak. Kau tidak perlu memberi alasan.” Tiba-tiba si pria berlutut di hadapan si pemuda. “Aku hanya perlu berterima kasih padamu.”

Si pemuda segera meraih kedua bahu pria itu lalu membantunya berdiri. Dia sungguh merasa tidak nyaman dengan sikap pria itu. Orang sebaik pria ini yang rela mengorbankan segalanya demi putrinya, tidak pantas berlutut di depan orang sehina dirinya.

“Anda tidak perlu melakukannya. Kita bahkan belum tahu apakah ginjal saya akan cocok untuk putri anda.”

Si pria tersenyum. “Aku tahu. Aku tahu bahwa kaulah orangnya. Aku bisa merasakannya. Kaulah malaikat penyelamat putriku.”

Si pemuda hanya tersenyum miris mendengar ucapan si pria.

Pria itu salah. Dirinya bukan malaikat, melainkan iblis yang begitu kotor dan hina.

----------------------

♥ Aya Emily ♥

 

 

Terpopuler

Comments

Raudatul zahra

Raudatul zahra

baru nemu cerita inii... ini kok baguss yaa opening nyaa.. ngalir banget bahasa nyaa..

2024-02-02

0

Aisyah

Aisyah

hay thor boleh aq mmpr?😸

2021-12-19

2

ralIne🍃

ralIne🍃

lanjut

2021-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!