Di perjalanan menuju rumah, Tari dan sang ayah juga sempat menyapa beberapa tetangga mereka.
Ya, tempat tinggal Tari dan keluarga memang termasuk daerah padat penduduk. Terdapat banyak rumah kost atau kontrakan untuk para pendatang, salah satunya keluarga Tari.
Dari kejauhan Tari melihat seorang bapak-bapak yang baru saja keluar dari rumah kontrakannya, bapak tersebut terlihat tergesa-gesa.
"Mau kemana, Pak Dadang. Rusuh amat," tanya Doni yang kebetulan mengenal bapak itu.
"Eh, Pak Doni. Ini biasa mau beli makanan buat orang rumah," ucap Pak Dadang.
Tari berpikir sejenak, ia berniat memberi sisa dagangannya pada si bapak.
"Pak, mau gorengan, gak?" tanya Tari dengan hati-hati. Pasalnya, ia takut menyinggung perasaan si bapak karena menawarkan dagangan sisa.
"Boleh, neng Tari. Memangnya gak apa-apa gitu Bapak minta?" tanya Pak Dadang dengan sungkan.
Tari melirik sekilas pada sang ayah, di jawab oleh Doni dengan anggukan tanda setuju.
"Boleh dong, Pak. Semuanya juga boleh," ucap Tari.
Dengan perasaan senang, Pak Dadang langsung menerima pemberian Tari juga ayahnya.
"Makasih, makasih banyak Pak Doni, Neng Tari. Lumayan jadi irit pengeluaran," ucap pak Dadang dengan perasaan bersyukur.
"Sama-sama," ucap Tari dan ayahnya.
"Kita jalan lagi ya, Pak."
Tari dan Doni melanjutkan perjalanan pulang mereka.
Doni membelokan roda dagangannya ke arah kanan, menempatkan benda besar itu pada sebuah lahan kosong tepat di depan rumah kontrakan mereka.
Tari dan Doni sampai di kediaman mereka, dengan rasa lelah juga senang karena bisa berbagi, Tari dan Doni langsung masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'allaikum," ucap Tari sembari menyimpan tas kecil yang di bawanya.
"Wa'allaikumsalam. Gimana Tar, Pak, habis dagangannya?" tanya Nita.
Tari mengangkat kedua alisnya, sembari menunjukkan ekspresi untuk menjawab pertanyaan sang ibu.
"Sisa lagi?" tanya Nita dengan wajah murung.
"Apapun hasilnya, disyukuri saja. Namanya juga dagang, kadang habis, kadang sisa." Doni menjawab sembari mendudukan tubuh juga meluruskan kakinya di lantai.
Nita menampakkan raut tidak suka, ia memilih mengambil tas yang di bawa Tari dan membawanya ke dapur.
Tari memperhatikan ibunya, ia menoleh pada sang ayah yang tampak terlihat lelah.
"Mau kopi, Pak?" tanya Tari.
Doni menggelengkan kepalanya, memberi isyarat penolakan pada tawaran anaknya.
"Nggak usah, sebentar lagi bapak mau istirahat. Kamu juga bersih-bersih sana, tidur."
Tari mengangguk, ia berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Selesai itu, ia langsung menuju kamar untuk beristirahat.
"Ah, capek banget." Tari membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Baru saja hendak memejamkan mata, Tari kembali di bangunkan oleh suara nyaring yang berasal dari ponselnya.
"Siapa sih malam-malam gini," gerutu Tari.
Tari mengerutkan keningnya, memperhatikan nomor yang tak di kenal masuk ke dalam panggilan teleponnya.
"Siapa, yah?" gumam Tari.
"Halo, ini siapa?" tanya Tari tanpa basa-basi.
"Eumm, ini aku." Jawaban ambigu dari sang penelpon di seberang sana.
Tari terheran-heran, "aku, siapa?" tanya Tari lagi.
"Noval," jawab noval dengan suara bergetar.
"Oh, kamu. Aku pikir siapa. Ada apa?" tanya Tari.
"Emm, gak apa-apa. Masih jualan?" tanya Noval basa-basi.
"Nggak, udah pulang. Kenapa?" tanya Tari seadanya.
Jawaban Tari membuat noval bingung, pasalnya tak ada timbal balik di dalam percakapan mereka.
"Oh, udah pulang. Gimana jualannya? Rame?" Noval berusaha untuk mencairkan suasana.
"Alhamdulillah, lumayan." Lagi, Tari menjawab tanpa balik bertanya pada Noval apa maksud lelaki itu meneleponnya.
Hening, tak ada suara dari keduanya. Hal itu membuat Tari bingung.
"Ada apa nelpon malem-malem?" tanya Tari.
"Gak, cuma pengen ngobrol aja." Novak terkekeh.
"Udah malem, yah. Kamu pasti capek mau istirahat, kan?" Noval kehabisan dialog, ia memutuskan untuk mengakhiri percakapannya dengan Tari.
"Iya, nih. Istirahat dulu, yah." Tari mematikan panggilan telepon dari Noval.
Di seberang sana, Noval hanya memandang kosong ke arah layar ponselnya, entah kenapa ia merasa tertarik untuk mengenal Tari. Terlepas Tari pernah dekat dengan temannya sendiri, sepertinya itu tidak menjadi masalah bagi Noval.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments