Sepulang Jerry, Tari hendak masuk ke kamarnya. Langkahnya terhenti, ketika sang ibu memanggilnya.
"Ada apa, Bu?" Tanya Tari.
Bu Nita berjalan dengan semangat, entah apa yang membuatnya bersemangat seperti itu.
"Tar, Jerry pulang? Kenapa sebentar banget," ucap Bu Nita pada anaknya.
"Dia ada urusan, Bu." Tari teringat ajakan Jerry yang ingin mengajaknya ke puncak, ia berniat meminta izin pada ibunya.
"Oh iya, aku mau minta izin, Bu." Tari mulai mengutarakan maksudnya.
"Izin apa?" Tanya Bu Nita.
Tari sempat terdiam ragu, ia tak yakin ibunya akan memberikan izin.
"Libur nanti, Jerry ngajak aku ke puncak, Bu. Boleh?" Tanya Tari dengan hati-hati.
"Puncak? Mau ngapain ke puncak? Berdua?" Tanya Bu Nita.
"Emm, gak tahu juga, Bu." Tari menjawab seadanya.
Bu Nita sempat berpikir, dan jawaban yang diberikan olehnya membuat Tari tak percaya.
"Ya sudah, Ibu izinin. Tapi bilang sama Jerry pulangnya bawa oleh-oleh, yah."
Tari mengernyit, ia merasa ibunya tengah menaruh harap besar pada Jerry. Tari paham mengapa sang ibu begitu mudah menyetujui hubungannya dengan Jerry, semua karena penampilan Jerry yang dinilai sang ibu sebagai pria muda yang mapan.
"Ada maunya," ucap Tari sembari melengos pergi meninggalkan ibunya.
***
Di kosan Jerry, Noval sudah memasang wajah kesalnya. Lagi-lagi Jerry meminjam mobilnya hingga lupa waktu, sebenarnya ia bisa saja menolak memberikan pinjaman mobil pada Jerry. Namun, rasa tidak enak hati sebagai teman selalu jadi alasan Noval membiarkan Jerry memakai mobilnya.
Saat Jerry telah tiba, Noval segera berjalan menghampiri.
"Ini terakhir kalinya aku kasih izin kamu pinjam mobilku!" Seru Noval dengan nada ketus.
Jerry terhentak, ia lalu berusaha menjelaskan baik-baik pada temannya itu.
"Santai dulu dong, Val. Tadi itu niatnya gak lama, tapi ibunya pacarku ngajakin ngobrol terus." Jerry beralasan.
Tak berniat menimpali perkataan Jerry, Noval segera merebut kunci mobilnya. Ia lalu masuk, dan berlalu meninggalkan Jerry yang mematung ditempatnya.
"Keenakan kalau dibiarin terus," gerutu Noval sembari melajukan kendaraannya.
"Aku jadi penasaran, pacarnya tahu gak yah kalau si Jerry bohong." Noval masih menggerutu.
"Ah sudahlah, ngapain juga mikirin urusan orang lain. Mending sekarang fokus buat acara nanti dipuncak." Noval memilih tak mau ikut campur urusan temannya itu, selagi perbuatan Jerry tak merugikannya, ia tak berniat untuk ikut campur lebih jauh.
***
Seperti biasa, Tari telah menikmati pekerjaannya. Setelah berpacaran dengan Jerry, Tari semakin mempercantik dirinya.
Pakaian minim kini seakan menjadi jati dirinya, ia sudah tak merasa risih akan hal itu.
Semakin hari, Tari dan Jerry semakin romantis. Lain halnya dengan Nina, ia menilai Jerry yang terlalu agresif pada Tari. Nina sempat merasa khawatir dengan gaya pacaran keduanya, ia juga beberapa kali sudah memperingati Tari akan hal itu, namun perkataannya tak diindahkan oleh rekan kerjanya itu.
"Tar, ini undangan buat kamu sama Jerry. Datang, yah!" Pinta Nina sembari menyodorkan undangan pernikahannya.
"Pasti, Nin. Lancar sampai hari H, yah." Tari mengulum senyum.
Saat tengah beristirahat dari pekerjaan, Tari berniat mencari makan diluar Mall. Namun Diparkiran tanpa sengaja, Tari melihat sebuah mobil yang tak asing baru saja berhenti tepat didepannya.
Tari mengulum senyum, dan pada saat pintu mobil terbuka, senyuman Tari kembali redup.
Tari mengerutkan keningnya, ketika melihat bukan Jerry yang turun dari mobil mewah itu.
"Loh, dia siapa? Kok mobil Jerry bisa dipakai sama dia," gumam Tari.
Tari berniat menghampiri orang itu, namun langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya.
"Tar, mau cari makan di mana?" Tanya Nina yang mengejar Tari.
Tari menoleh, sejenak ia melupakan seseorang yang hendak didatanginya.
"Kayaknya aku lagi pengin bakso yang diseberang sana, Nin." Tari menjawab.
"Oh, aku ikut, deh." Nina menarik tangan Tari dan menggandengnya berjalan.
Tari mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang sedari tadi ingin didatanginya.
"Dia kemana?" Gumam Tari.
"Cari siapa, Tar?" Tanya Nina ketika melihat Tari celingukan.
"Ah, gak cari siapa-siapa, Nin. Mungkin aku salah lihat," dalih Tari.
Nina mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan ke tempat yang dituju.
***
Di rumah Tari, Bu Nita terus saja menceritakan tentang Jerry kepada anggota keluarga lainnya. Ia seperti membanggakan Jerry, dan tampak sangat menyetujui hubungan anaknya dengan Jerry.
"Jangan terlalu berlebihan, Bu. Hati orang siapa yang tahu, gimana kalau ternyata itu bukan mobil punya dia? Atau gimana kalau sebenarnya dia itu sama kayak kita?" Tanya pak Doni pada istrinya.
"Bapak ini kenapa? Harusnya Bapak senang dong anak kita punya pacar orang kaya, kan bisa memperbaiki ekonomi kita. Ini malah menjelek-jelekkan Jerry," sewot bu Nita pada suaminya.
"Bapak bukannya menjelek-jelekkan, Bu. Bapak berusaha berpikir realistis saja, gak ada salahnya kita jaga-jaga, Bu. Jangan berharap banyak, nanti kalau kecewa sakitnya gak ketulungan!" Seru pak Doni dengan sinis.
Bu Nita tampak tak setuju dengan ucapan suaminya, ia kekeuh dengan penilaiannya pada Jerry.
"Tapi Bapak ada benarnya juga, Bu. Jangan terlalu percaya sama orang yang baru dikenal, mana tahu dibelakang kita dia kayak gimana." Mbak Vina sepertinya dapat memahami maksud perkataan bapak mertuanya.
"Mantu sama suami sama saja, gak mau apa Tari nikah sama orang kaya?" Bu Nita berucap sembari beranjak dari tempatnya, ia merasa kesal dengan ucapan menantu juga suaminya. Ia memilih untuk pergi meninggalkan keduanya.
Pak Doni hanya bisa menghela nafasnya, ia sudah paham dengan watak sang istri.
"Bapak kok kayak kurang gimana gitu sama si Jerry itu, Vin."
Mbak Vina mencerna perkataan mertuanya, "kita lihat saja kedepannya kayak gimana, Pak. Barangkali memang dia anak yang baik," ujar Mbak Vina.
Apa salahnya dengan firasat seseorang, ketika hati kita memang menolak, tidak ada salahnya untuk mencari tahu tentang kebenaran. Entah mengapa, hati Pak Doni seakan menolak kehadiran Jerry. Ia melihat perubahan yang kurang baik dari anaknya, terlebih cara berpakaian Tari yang semakin hari semakin tak enak dipandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments