Jerry Sebenarnya

Jerry telah berada di hadapan Tari, mereka saling menatap satu sama lain. Entah apa yang ada di pikiran dua orang itu, yang pasti keduanya tengah luput dalam pemikiran masing-masing.

"Hay, Tar." Jerry mulai menyapa Tari dengan canggung.

Tari hanya membalas dengan senyuman malu, ia tampak begitu gugup saat ini.

"Sudah lama nunggu?" Tanya Jerry.

Tari menggelengkan kepalanya, "enggak, kok. Emm, itu mobil kamu?" Tanya Tari dengan hati-hati.

Jerry menoleh ke arah mobil yang dibawanya, ia tampak menunjukkan ekspresi yang tak dapat terbaca.

"Emm, iya. Kamu naik apa ke sini?" Tanya Jerry.

"Oh, aku naik taksi online." Tari menjawab dengan malu.

"Oh, nanti biar aku antar jemput kalau kamu mau kemana-mana. Biar kamu gal naik kendaraan umum lagi," ucap Jerry.

Tari tampak tersanjung, baru kali ini ia diperlakukan seperti itu oleh laki-laki.

"Gak usah, Jer. Nanti aku ngerepotin kamu," tolak Tari dengan halus.

"Kamu gak ngerepotin, justru aku senang bisa dekat terus sama kamu."

Jawaban Jerry membuat Tari semakin melambung.

"Kamu cantik."

Tari terkesiap, ia menatap Jerry yang baru saja memujinya.

Benar saja, kini hati Tari tengah dibuat berbunga oleh pria yang baru saja dikenalnya.

"Jer, kita mau kemana?" Tanya Tari, ia mencoba untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Jerry tampak menggaruk kepalanya, "emm, kita di sini saja. Gak apa-apa, kan?" Tanya Jerry.

"Gak apa-apa, kok. Taman ini juga sejuk udaranya," ucap Tari.

Jerry menghela nafasnya pelan, "iya, enak suasananya." Jerry menjawab sembari bersikap tak enak.

"Oh iya, kamu kerja dimana, Jer?" Tanya Tari.

"Emm, aku punya usaha sendiri." Jerry menjawab dengan nada rendah.

"Benarkah? Usaha apa memangnya?" Tanya Tari.

Jerry terlihat menggaruk kepalanya, ia seperti bingung menjawab pertanyaan Tari.

"Aku... Usaha minuman," jawab Jerry asal.

Tari tampak mengerutkan keningnya, "usaha minuman? Minuman apa?" Tanya Tari penasaran.

"Minuman itu loh, sejenis minuman kekinian gitu." Jerry menjawab dengan gelagapan.

"Oh, hebat kamu. Mobil kamu hasil dari jualan minuman?" Tanya Tari, ia begitu tertarik mencari informasi tentang Jerry.

"Oh, jadi Tari mengira itu mobilku." Jerry berucap dalam hatinya.

"Jer! kenapa bengong?" Tepuk Tari pada pundak Jerry.

"Oh, maaf. Emm mobil hasil dari usaha sendiri," sahut Jerry sembari menelan salivanya.

Tari begitu kagum pada Jerry saat itu, pasalnya dipandangannya Jerry adalah laki-laki pekerja keras dan pastinya sudah bisa dibilang mapan.

"Wah, kamu hebat. Aku kagum sama kamu," ucap Tari sembari tersenyum manis pada Jerry.

Melihat senyuman Tari, membuat Jerry semakin dibuat tertarik.

"Eh iya, Tar. Kamu sudah makan? Gimana kalau kita cari makanan?" Tanya Jerry.

"Emm, boleh. Mau makan dimana?" Tanya Tari.

"Terserah kamu," sahut Jerry.

Melihat penampilan Jerry kala itu, Tari beranggapan bahwa Jerry tidak akan keberatan jika diajak makan ke tempat yang lumayan bagus.

"Ya sudah, gimana kalau kita makan di sana?" Tanya Tari, sembari menunjuk ke sebuah cafe yang tak jauh dari taman.

Jerry sekilas melihat ke arah dimana Tari menunjukkan tempat makan.

"Boleh," jawab Jerry.

Tari pun berdiri, dan mereka berdua kini berjalan menuju cafe yang dituju.

Sesampainya di cafe, Tari dan Jerry segera memesan makanan.

Tari memilih menu seafood dan segelas jus jeruk, sedangkan Jerry, ia memilih memesan nasi goreng dan air putih.

"Kamu gak suka jus?" Tanya Tari, ketika mendengar Jerry yang memesan air putih.

"Emm suka. Cuma aku lagi pengin air putih saja," sahut Jerry.

Tari mengangguk, mereka kembali berbincang sembari menunggu pesanan datang.

Tak butuh waktu lama, makanan mereka datang. Tari dan Jerry segera melahap habis makanan mereka, sepanjang itu tak ada perbincangan diantara mereka berdua.

Selesai dengan makanan mereka, Jerry segera memanggil pelayan untuk melakukan pembayaran.

"Berapa, Mbak?" Tanya Jerry.

"Semua jadi tiga ratus empat puluh sembilan ribu sembilan ratus rupiah, Mas." Pelayan itu memaparkan.

Jerry tampak merogoh dompetnya, ia melihat isi didalamnya. Raut wajah Jerry berubah seketika, ia terlihat begitu pucat.

Perubahan raut wajah Jerry disadari oleh Tari, ia bermaksud untuk menanyakan keadaan Jerry.

"Jer, kenapa?" Tanya Tari.

Jerry menoleh, ia menelan salivanya dengan susah payah.

"Emm, ini Tar uangku tidak cukup. Aku lupa ambil di ATM tadi," ucap Jerry sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Tari melongo, dengan terpaksa ia harus menguras habis isi dompetnya untuk membayar makanan.

"Hah, habis sudah jatah ongkosku. Ya sudahlah," gerutunya dalam hati.

"Tar, aku minta maaf. Aku malu," ucap Jerry sembari tertunduk.

Tari tampak tersentuh, "gak apa-apa, Jer."

"Nanti aku ganti uangnya, yah. Aku janji," ujar Jerry dengan sungguh.

Tari menghela nafasnya, "gam usah, Jer. Beneran," tolak Tari.

"Pokonya, nanti aku ganti." Jerry tetap bersikukuh.

Tari tak dapat menimpali, ia hanya mengangguk menyetujui apa yang Jerry ucapkan.

Selesai makan, Jerry memutuskan untuk mengantar Tari pulang.

Sepanjang perjalanan, ponsel Jerry terus saja berdering. Tari beberapa kali menyuruh Jerry untuk mengangkat panggilan itu, namun Jerry menolaknya.

Ruman Tari kebetulan masuk ke sebuah gang kecil, membuat Jerry tak dapat membawa mobilnya masuk.

"Jer, aku turun disini saja." Tari menuturkan.

"Rumah kamu masih jauh dari sini?" Tanya Jerry.

"Nggak, kok. Makasih sudah nganterin." Tari turun dari mobil.

Dari kejauhan, tampak Mbak Vina yang tidak sengaja melihat Tari turun dari sebuah mobil.

"Tari sama siapa?" Tanyanya.

"Ya sudah kalau gitu aku pulang, yah. Sekali lagi makasih," ucap Tari.

Jerry mengangguk, dan berpamitan pada Tari. Mobilnya pun kini berlalu meninggalkan Tari.

Melihat mobil yang ditumpangi adik iparnya itu sudah pergi, Mbak Vina langsung menghampiri Tari.

"Hayo, siapa?" Tanya Mbak Vina yang membuat Tari terkejut.

"Mbak Vina, bikin kaget saja. Emm, temen, Mbak." Tari menjawab.

"Temen apa temen?" Goda Mbak Vina.

Tari tampak menyipitkan matanya, "Mbak apaan sih? Temen, Mbak."

Tari menjawab sembari melengos pergi meninggalkan kakak iparnya.

Mbak Vina menyusul sembari terus menggoda adik iparnya itu, keduanya kini berjalan bersama menuju rumah.

***

Di tempat lain, Jerry baru saja tiba dan memarkirkan mobil yang dibawanya.

"Darimana kau? Lama banget. Katanya cuma nyoba doang," ujar seorang lelaki yang tak lain adalah teman Jerry, Noval.

"Maaf, Val. Mendadak tadi ada urusan, jadi sekalian saja." Jerry menjawab sembari terkekeh.

"Urusan apaan, pengangguran saja banyak acara. Sudah mana kuncinya, aku harus pulang!" Pinta Noval pada Jerry.

Jerry menyodorkan kunci mobil, dan membiarkan temannya itu pulang.

Jerry menghela nafasnya, ia segera masuk ke kamar kosnya.

Ya, Jerry adalah anak rantau. Ia nekad datang ke kota untuk mencari pekerjaan, namun hingga sekarang ini belum juga mendapat pekerjaan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Jerry mengandalkan temannya itu. Jerry bahkan sudah berhutang banyak pada Noval, ia berjanji akan menggantinya ketika ia telah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

Episodes
1 B'tari Ayunda Pasha
2 Hari Pertama Bekerja
3 Tak Percaya Diri
4 Jerry Sebenarnya
5 Penolakan Tari
6 Firasat Sang Ayah
7 Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8 Berubah
9 Sepuluh Juta
10 Awal Tak Terduga
11 Kena Batunya
12 Gusar
13 Rencana Nita
14 Gugur
15 Rasa Tak Bersalah
16 Apa Itu Jerry?
17 Jerry Yang Sebenarnya
18 Menata Hidup
19 Nomor Ponsel
20 Telepon Masuk
21 Mengindar
22 Bertukar Cerita
23 Di Pecat
24 Pipi Merah Jambu
25 Magnet Mengundang Rasa
26 Salah Sangka
27 Panggilan Misterius
28 Rencana Jerry
29 Putusan Noval
30 Suara Itu
31 Penguntit
32 Penguntit 2
33 Ancaman
34 Amplop Coklat
35 Amplop Coklat 2
36 Penguntit Lagi
37 Rencana Makan Malam
38 Rencana Makan Malam 2
39 Penolakan
40 Teka Teki
41 Kembalinya Jerry
42 Tak Salah
43 Dugaan Sang Ayah
44 Nyaman 1
45 Terkaan
46 Serangan Orang Asing
47 Menutupi
48 Persetujuan
49 Taman Lama
50 Tak Salah Lagi
51 Bercerita
52 Pandangan Terhadap Tari
53 Bertemu
54 Peringatan Untuk Jerry
55 Luka Lama
56 Penilaian
57 Keputusan
58 Tak Enak Hati
59 Firasat Seorang Istri
60 Secercah Harapan
61 Prasangka
62 Hilang Harapan
63 Kejujuran
64 Apa ini hukuman?
65 Terkuak
66 Berdebat
67 Sesak
68 Rencana Bu Ambar Part 1
69 Rencana Bu Ambar Part 2
70 Restu
71 Surat Dari Jerry
72 Penerimaan dan Pertentangan
73 Sebuah Akhir Perjalanan
Episodes

Updated 73 Episodes

1
B'tari Ayunda Pasha
2
Hari Pertama Bekerja
3
Tak Percaya Diri
4
Jerry Sebenarnya
5
Penolakan Tari
6
Firasat Sang Ayah
7
Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8
Berubah
9
Sepuluh Juta
10
Awal Tak Terduga
11
Kena Batunya
12
Gusar
13
Rencana Nita
14
Gugur
15
Rasa Tak Bersalah
16
Apa Itu Jerry?
17
Jerry Yang Sebenarnya
18
Menata Hidup
19
Nomor Ponsel
20
Telepon Masuk
21
Mengindar
22
Bertukar Cerita
23
Di Pecat
24
Pipi Merah Jambu
25
Magnet Mengundang Rasa
26
Salah Sangka
27
Panggilan Misterius
28
Rencana Jerry
29
Putusan Noval
30
Suara Itu
31
Penguntit
32
Penguntit 2
33
Ancaman
34
Amplop Coklat
35
Amplop Coklat 2
36
Penguntit Lagi
37
Rencana Makan Malam
38
Rencana Makan Malam 2
39
Penolakan
40
Teka Teki
41
Kembalinya Jerry
42
Tak Salah
43
Dugaan Sang Ayah
44
Nyaman 1
45
Terkaan
46
Serangan Orang Asing
47
Menutupi
48
Persetujuan
49
Taman Lama
50
Tak Salah Lagi
51
Bercerita
52
Pandangan Terhadap Tari
53
Bertemu
54
Peringatan Untuk Jerry
55
Luka Lama
56
Penilaian
57
Keputusan
58
Tak Enak Hati
59
Firasat Seorang Istri
60
Secercah Harapan
61
Prasangka
62
Hilang Harapan
63
Kejujuran
64
Apa ini hukuman?
65
Terkuak
66
Berdebat
67
Sesak
68
Rencana Bu Ambar Part 1
69
Rencana Bu Ambar Part 2
70
Restu
71
Surat Dari Jerry
72
Penerimaan dan Pertentangan
73
Sebuah Akhir Perjalanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!