Hari ini hari Tari berangkat ke puncak bersama Jerry, ia telah bersiap untuk segera pergi.
"Mau kemana pagi-pagi gini?" Tanya Pak Doni yang memang belum tahu tentang keberangkatan Tari ke puncak.
"Dia mau ke puncak, Pak." Bu Nita mewakili anaknya untuk menjawab.
Tari hanya mematung, ia tengah harap-harap cemas dengan jawaban dari sang ayah.
"Ke puncak? Mau ngapain?" Tanya pak Doni dengan terkejut.
"Namanya juga anak muda, Pak. Mungkin mereka bikin acara disana," timpal bu Nita pada suaminya.
"Bapak gak kasih izin," jawab pak Doni dengan tegas.
Tari mengangkat kepalanya, "tapi, Pak. Tari sudah janji mau ikut," jawab Tari.
"Pokonya Bapak gak kasih izin!" Seru pak Doni.
"Bapak ini apa-apaan, sih. Sudahlah biarin saja Tari pergi, dia sudah besar. Lagipula dia juga bisa jaga diri," ujar bu Nita.
Tari terdiam, begitupula ayahnya. Beliau pergi berlalu meninggalkan keduanya dengan rasa kesal, pak Doni tak dapat berbuat apa-apa lagi.
Tari akhirnya berangkat, ia telah ditunggu oleh Jerry didepan gang rumahnya.
Entah mengapa selama berjalan menemui Jerry, perasaan Tari tak karuan.
"Ini pertama kalinya aku main jauh sama laki-laki," gumam Tari.
Dari jarak yang hampir dekat, mobil Jerry sudah terparkir menunggunya.
Ada hal yang membuatnya mengerutkan kening, Tari melihat sosok yang tak asing diingatannya.
"Jerry sama siapa?" Tanya Tari dalam hatinya.
"Maaf nunggu lama, yah." Tari berucap sembari melirik kearah seseorang yang duduk di kursi kemudi.
"Gak apa-apa, Tar." Jerry mengulum senyum. Ia memperhatikan Tari yang tengah melihat kearah Noval.
"Kenalin ini, Noval. Temenku," ujar Jerry.
Tari terkesiap, "ah iya, aku Tari." Tanganya terulur kearah Noval.
Dengan dingin, Noval berjabat tangan dengan Tari.
"Jer, kenapa dia yang bawa mobil kamu?" Bisik Tari pada Jerry, namun nyatanya telinga Noval cukup tajam sehingga dapat mendengar bisikan Tari.
"Sialan, dia kira aku numpang kali." Noval menggerutu dalam hatinya.
Jerry tampak menelan salivanya, sekilas ia juga melirik kearah temannya itu.
"Emm, gak apa-apa. Aku lagi malas bawa mobil," sahut Jerry dengan balas berbisik.
Tari mengangguk, keduanya pun masuk kedalam mobil dan setelah itu Noval segera melajukan kendaraannya.
***
Membangun sebuah hubungan, biasanya akan melewati fase pendekatan terlebih dahulu. Pada fase itulah, kedua orang asing mulai saling membuka diri dan mengenal satu sama lain.
Pada fase ini bisa dibilang, waktu yang paling penting karena menjadi landasan dalam menjalin hubungan cinta dan saling mengenal lebih dalam.
Namun, apa jadinya jika suatu hubungan diawali dengan kebohongan? Apakah hubungan itu bisa berjalan dengan baik, atau tidak.
Kebohongan akan menjadi sebuah bom waktu, yang sewaktu-waktu pasti akan meledak.
Hal itu juga yang kelak akan dialami oleh Jerry, jika ia tak kunjung berkata jujur pada Tari.
Ia terus menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lainnya, dan hal itu tentu berdampak tidak baik untuk hubungan mereka.
Selama diperjalanan, Tari dan Jerry tak banyak berbincang. Ketiganya hening, suasana terasa sangat canggung.
"Gak enak kalau harus ngobrol sama Tari depan Noval, nanti Noval tahu kalau semua ucapanku bohong ke Tari." Jerry membatin.
"Jerry kenapa, yah? Dari tadi diam terus, apa karena ada temannya? Duh, kok jadi canggung gini." Tari pun ikut merasakan ketidak nyamanan selama diperjalanan menuju puncak.
***
Sesampainya ditujuan, Noval segera memarkirkan mobilnya didepan villa yang sudah disewa sebelumnya.
Saat mereka datang, sudah ada teman-teman Jerry yang tiba lebih dulu.
Beberapa juga ada yang membawa pasangannya, dan sisanya para bujang yang ikut meramaikan acara anak muda itu.
Semua berbaur menikmati acara yang telah disusun rapih, salah satu acara makan-makan.
Ditengah keramaian, entah mengapa Tari merasa canggung.
Ia memilih menepi, memperhatikan orang-orang yang tengah larut dalam keseruan.
Melihat Tari yang menyendiri, Jerry bermaksud untuk menemaninya.
"Hay, kenapa disini?" Tanya Jerry sembari duduk di samping Tari.
Tari tersenyum, "gak kenapa-kenapa. Di sana terlalu rame," jawab Tari sembari mengelus lengannya yang terasa dingin.
Jerry menoleh, memperhatikan Tari yang kedinginan. Ia melepas jaket tebalnya, dan membalutkan pada tubuh Tari.
Tari yang hanya memakai baju lengan panjang, merasakan tubuhnya lebih hangat setelah Jerry membalutkan jaket tebal padanya.
"Tar, ke sana, yu." Jerry menunjuk sebuah gubuk kecil yang berada disudut villa.
Tari melirik, memperhatikan tempat yang Jerry maksud.
"Di sana kayaknya lebih gelap, Jer. Aku takut," sahut Tari sembari bergidik ngeri melihat suasana disekitar gubuk.
"Gak apa-apa, kenapa harus takut? Kan ada aku," ujar Jerry. Ia berusaha membujuk Tari untuk mau ikut bersamanya.
Mendengar Jerry yang terus menerus membujuknya, Tari pun akhirnya mau menuruti ajakan sang kekasih.
Sesampainya di gubuk, Jerry mengajak Tari untuk masuk ke dalam.
Saat itu, suasana tengah hujan gerimis. Dan kebetulan, entah kenapa hujan bertambah deras ketika Tari da ln Jerry tiba di gubuk.
"Jer, hujannya deras banget. Gimana caranya kita ke villa nanti?" Tari mengeluh.
"Tunggu hujannya reda dulu, Tar. Sementara kita ngobrol disini dulu," sahut Jerry.
Tari menghela nafasnya, ia merasakan tubuhnya semakin dingin.
"Jer, kami gak kedinginan? Di sini dingin banget," ucap Tari sembari mendekap tubuhnya dan menekuk lututnya.
Tari terkejut ketika mendapati Jerry yang tiba-tiba memeluknya, namun anehnya tubuhnya tak menolak sedikitpun. Tari merasakan kehangatan menjalar di sekujur tubuhnya, ia pun merasakan jantungnya yang berdebar kencang.
"Tar, aku sayang sama kamu." Jerry berucap sembari mendekatkan mulutnya pada telinga Tari.
Tari mendelik, ia merasa risih dengan sikap Jerry. Tari berniat meronta menjauhkan tubuhnya dari Jerry, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melepas dekapan Jerry.
"Kenapa aku merasa kamu gak nyaman, Tar?" Tanya Jerry.
Tari merasa tak enak, ia menatap maya Jerry.
"Bukan gitu, Jer. Aku cuma gak biasa," dalih Tari.
"Apa selama ini kamu gak sayang sama aku?" Jerry kembali bertanya dengan nada kecewa.
Tari menggeleng, "kok kamu bilang gitu, aku sayang sama kamu, Jer." Tari mencoba untuk meyakinkan.
Jerry menghela nafasnya, "buktinya apa?" tanya Jerry.
Tari terdiam sejenak, "kamu mau bukti apa?" tanyanya.
Jerry ikut terdiam, "lakukan hal yang bisa buat aku yakin kalau kamu sayang sama aku," ucap Jerry.
Jerry menarik wajah Tari agar menatap lekat kearahnya, mereka kini saling berhadapan.
Tari tak bergeming, ia kini merasakan Jerry yang menariknya untuk berbaring.
Entah kenapa, Tari tak menolak sedikitpun.
Apa yang terjadi diantara mereka saat itu adalah sebuah hal yang sangat buruk, namun keduanya tampak menikmati waktu yang bergulir saat itu.
***
Di rumah Tari, pak Doni beberapa kali merubah posisi tidurnya. Ia merasakan gundah yang teramat, ia terus memikirkan keberadaan anak gadisnya.
"Ya Allah, jaga anakku dimana pun dia berada. Jauhkan dari hal yang tidak baik," do'anya untuk sang anak.
Ia mencoba untuk kembali tertidur, dan berharap anaknya baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments