Gugur

Tari menghentak, ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan keras.

Nita yang berada di depan kamar putrinya, merasa kesal dibuatnya.

Ia berbalik, dan sudah berdiri Doni di hadapannya kini.

"Dari mana kalian? Pagi-pagi udah gak ada di rumah," tanya Doni.

Nita gelagapan, ia tak ingin suaminya tahu tentang rencananya.

"Dari klinik," jawab Nita seadanya.

"Habis apa?" Tanya Doni lagi.

"Ya periksa kandungan Tari, lah. Apalagi," dalih Nita.

Doni diam, dengan mudah ia percaya pada ucapan istrinya.

"Jangan berbuat hal aneh-aneh!" Seru Doni pada istrinya.

Nita tak menjawab, ia melengos pergi meninggalkan suaminya.

Kembali mengerjakan pekerjaannya menyiapkan dagangan untuk nanti sore.

Di dalam kamar, Tari terdiam menatap bungkusan yang berisi nanas muda.

Dalam hatinya, ia tengah bingung. Memilih memakannya sesuai perintah ibunya, atau memutuskan untuk membesarkan calon anaknya.

Tangannya mulai membuka bungkusan itu, mengambil satu buah nanas muda yang beraroma kuat.

Tari keluar dari kamanya, membawa pisau untuk mengupas nanas itu.

Satu potong nanas sudah ada di tangannya, dengan ragu ia mencoba untuk mencicipi rasa dari buah nanas muda itu.

Matanya menyipit, ekspresinya menggambarkan rasa yang tak enak.

"Asem banget," ucapnya pelan.

Tari kembali memasukan nanas ke dalam mulutnya, memakannya dengan cepat. Menghiraukan rasa asam yang menyeruak di dalam mulutnya, hingga tak terasa satu buah nanas muda utuh habis di lahapnya.

Tari menggidig, menyudahi acara makannya.

Tari mengambil gelas berisi air putih, menghabiskannya dengan satu kali tegukan.

Tari terdiam, ia menyimpan bungkusan hitam itu ke dapur dan setelah itu kembali masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Tari kembali terdiam. Sudah beberapa hari ia tidak masuk kerja, ia berniat untuk mengabari Novi perihal alasannya tidak masuk kerja.

"Halo, Tar. Apa kabar? Kemana aja kamu gak masuk kerja?" Tanya Novi ketika di hubungi oleh Tari.

"Maaf Nov aku baru kasih kabar, beberapa hari ini aku sakit." Tari menjelaskan.

"Sakit apa?" Tanya Novi.

Tari terdiam sejenak, "aku... Sakit haid," jawabnya asal.

"Sakit haid? Sesakit apa sampe kamu gak masuk berhari-hari?" Tanya Novi lagi.

"Emm, pokoknya nanti kalau aku udah sehat pasti masuk kerja." Tari berdalih, dan segera mengakhiri panggilan teleponnya.

"Gimana kalau janinnya gak keluar? Gimana kalau nanti semua orang tahu aku hamil diluar nikah? Perutku semakin hari pasti semakin besar, aku gak tahu sampai kapan bisa nutupin ini semua," ucap Tari dengan lirih.

"Jerry, kamu dimana? Kenapa kamu tega banget sama aku!"

Tangis Tari kembali pecah, ia benar-benar merasa hidupnya sudah hancur.

***

Di tempat yang jauh dari Tari, jauh dari orang-orang yang mengenal dirinya. Jerry, tengah sibuk merintis usaha toko mebelnya.

Uang hasil meminjam dari kakak ipar Tari, ia berikan kepada orang tuanya.

Uang yang telah menyelamatkan toko milik ayahnya, hingga saat ini keberuntungan tengah berpihak pada keluarganya.

Pesanan datang dari mana-mana, bahkan keuntungannya perbulan sudah mencapai puluhan juta.

"Gimana kabarnya Tari, yah?" Jerry bertanya-tanya.

Alasannya memutuskan komunikasi dengan Tari adalah agar dia tidak di desak untuk secepatnya mengembalikan uang milik kakak ipar Tari.

Ia tak tahu apakah usaha ayahnya akan berjalan lancar atau tidak, maka dari itu Jerry memilih meninggalkan Tari.

"Aku akan kembali, Tar. Tapi nanti," ucapnya dalam hati.

...***...

Tiga hari sudah Tari memakan buah nanas muda, sudah tiga hari pula ia merasakan perutnya kram.

"Aw! Kenapa sakitnya kerasa lagi," ringis Tari.

Ia menekan kencang perutnya, rasa sakit menjalar di perut bagian bawahnya.

Doni yang tak sengaja melihat sisa buah nanas yang sudah terpotong, memperhatikan nanas itu dengan selidik. Ia juga mencoba untuk merasakan rasa dari buah nanas itu.

"Asem banget! Ini nanas muda," ucap Doni sembari menelisik sisa buah nanas yang sudah hampir habis di makan putrinya.

Doni menoleh ketika Nita menyusulnya ke dapur, dengan sengaja ia bertanya pada istrinya itu.

"Nanas siapa ini, Bu?" Tanya Doni.

Nita terhentak, ia segera membuang sisa nanas ke tempat sampah.

"Itu, punya ibu." Nita berdalih.

Doni mengerutkan keningnya, ia baru tahu kalau istrinya itu menyukai nanas muda.

"Sejak kapan kamu suka nanas muda?" Tanya Doni.

Nita tak menjawab, ia memilih bungkam dan kini ia hendak berlalu meninggalkan suaminya.

Baru beberapa langkah, langkahnya terhenti mendengar suara benda yang terjatuh.

Doni dan Nita saling menatap, mata mereka mengarah ke arah yang sama.

"Tari!" Seru mereka berdua.

Keduanya segera membuka pintu kamar Tari, mereka terbelalak melihat Tari sudab tergeletak di lantai tak sadarkan diri.

"Ya ampun, Tari. Bangun, Tar! Kamu kenapa?" Nita mencoba membangunkan putrinya dengan menepuk pipi Tari.

Tak mendapat respon apapun dari putrinya, Doni kembali mencoba nyadarkan Tari.

"Tari, kamu kenapa? Bangun, Nak!" Serunya dengan suara gemetar.

Nita tak sengaja melihat lantai yang memerah, ia segera mengangkat sedikit baju bagian belakang milik Tari.

"Darah!" Ucapnya.

Doni mendengar, ia melihat ke arah yang sama dengan istrinya.

"Astagfirulloh! Kenapa ada darah?"

Tak pikir panjang, Doni mengangkat tubuh putrinya. Ia berniat membawa Tari ke dokter, ia berlari keluar rumah dengan langkah tergesa.

Saat keluar dari rumah, ada Vina yang tengah menjemur pakaian.

"Tari kenapa, Pak, Bu?" Tanya Vina.

Doni tak menjawab, ia melengos pergi karena sangat khawatir pada kondisi Tari.

"Pak, mau di bawa kemana?" Tanya Nita.

"Kita ke dokter Annisa saja, mudah-mudahan dia sedang ada di rumah!" Seru Doni.

"Tapi itu kan masih di kampung kita, gimana kalau dia tahu Tari hamil? Gimana kalau setelah itu aib Tari menyebar?" Nita kembali memikirkan rasa takutya.

"Kamu masih sempet-sempetnya mikirin itu! Keselamatan Tari lebih penting saat ini!" Balas Doni sembari terus berjalan tertatih.

Dokter Annisa adalah seorang dokter kandungan yang kebetulan sekampung dengan keluarga Tari, ia membuka praktik di rumah jika sedang libur di tempatnya bekerja.

Tak sengaja di tengah jalan menuju rumah dokter Annisa, Doni dan Nita berpapasan dengan Ari yang baru pulang dari pasar, ia baru selesai membersihkan roda dagangannya.

"Pak, Tari kenapa?" Tanyanya panik.

"Kamu susul saja bapak sama ibu ke rumah dokter Annissa!" Seru Doni tanpa melihat ke arah putranya.

Ari mengangguk, ia lalu pulang menuju rumah untuk mengajak istrinya.

"Vin! Vina," teriak Ari.

Vina berlari keluar rumah, ja merasa terkejut mendengar panggilan suaminya.

"Kenapa, Mas?" Tanya Vina dengan wajah panik.

"Ayo ikut!" Pinta Ari.

"Kemana?" Tanya Vina lagi.

"Ikut saja! Ajak Nino juga," kata Ari dengan wajah yang sama paniknya.

Vina mengangguk, ia memanggil anaknya juga tak lupa mengunci pintu sebelum mereka pergi.

"Tadi aku lihat Bapak bawa Tari, dia kenapa, Mas?" Tanya Vina di tengah perjalanan.

"Gak tahu, makannya sekarang kita susulin bapak sama ibu," Jawab Ari

Doni menggedor pintu rumah dokter Annisa, ia terlihat sangat panik. Beruntungnya, sang dokter tangah berada di rumah.

"Ini kenapa, Pak, Bu? Bawa ke dalam!" Pinta dokter Annisa.

Doni dengan cepat masuk ke dalam rumah, mereka kini menuju ruang pemeriksaan yang sudab tersedia di rumah sang dokter.

"Dok, anak saya tolong di periksa. Tadi dia pingsan, terua ada keluar darah juga," pinta Doni.

"Anak saya lagi hamil, Dok." Doni menambahkan.

Dokter Annisa yang juga mengenali Tari, sempat terkejut dengan pernyataan Doni. Namun ini bukan saatnya untuk dia banyak bertanya, yang harus dilakukan saat ini adalah menyelamatkan Tari dan bayinya.

Dokter Annisa tengah memeriksa Tari, memperhatikan darah yang keluar dari bagian bawah tubuh Tari.

Melakukan USG untuk melihat kondisi janin, juga tak lupa sebelumnya sang Dokter memasang alat infus di tangan Tari.

" Tari keguguran, Pak, Bu." Dokter Annisa memberi penyataan hasil diagnosanya.

"Apa?" Doni terkejut.

Berbeda dengan Nita, ekspresi wajahnya sudah pasti menunjukkan rasa senang.

"Jadi janinnya gak bisa di selamatkan, Dok? Tapi keadaan Tari gimana?" Tanya Doni lagi.

Sebelum dokter Annisa menjawab, tiba-tiba Ari dan Vina menerobos masuk ke dalam ruangan.

"Pak, gimana?" Tanya Ari dengan nafas terengah.

Doni menutup wajahnya, terdengar isakan kecil didalam sana.

"Tari keguguran!"

Ari mendapat jawaban dari sang ibu, membuatnya terkejut seketika.

"Ya Allah, Tari." Vina merasa kasihan dengan apa yang di alami oleh adik iparnya.

"Terus Tari gimana sekarang kondisinya, Dok?" Tanya Ari, mencoba untuk tenang.

"Harus ada tindakan kuret untuk membersihkan sisa darah di rahimnya, tapi alat-alat di sini tidak memadai. Tari harus di rujuk ke rumah sakit," jawab dokter Annisa.

"Ya sudah, rujuk saja, Dok. Secepatnya," timpa Ari tanpa berlama-lama.

Begitulah kasih sayang seorang ayah terhadap anak perempuannya, sebesar apapun sang anak mengecewakannya, tetap saja tak ada orang tua yang tega melihat anaknya menderita.

Episodes
1 B'tari Ayunda Pasha
2 Hari Pertama Bekerja
3 Tak Percaya Diri
4 Jerry Sebenarnya
5 Penolakan Tari
6 Firasat Sang Ayah
7 Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8 Berubah
9 Sepuluh Juta
10 Awal Tak Terduga
11 Kena Batunya
12 Gusar
13 Rencana Nita
14 Gugur
15 Rasa Tak Bersalah
16 Apa Itu Jerry?
17 Jerry Yang Sebenarnya
18 Menata Hidup
19 Nomor Ponsel
20 Telepon Masuk
21 Mengindar
22 Bertukar Cerita
23 Di Pecat
24 Pipi Merah Jambu
25 Magnet Mengundang Rasa
26 Salah Sangka
27 Panggilan Misterius
28 Rencana Jerry
29 Putusan Noval
30 Suara Itu
31 Penguntit
32 Penguntit 2
33 Ancaman
34 Amplop Coklat
35 Amplop Coklat 2
36 Penguntit Lagi
37 Rencana Makan Malam
38 Rencana Makan Malam 2
39 Penolakan
40 Teka Teki
41 Kembalinya Jerry
42 Tak Salah
43 Dugaan Sang Ayah
44 Nyaman 1
45 Terkaan
46 Serangan Orang Asing
47 Menutupi
48 Persetujuan
49 Taman Lama
50 Tak Salah Lagi
51 Bercerita
52 Pandangan Terhadap Tari
53 Bertemu
54 Peringatan Untuk Jerry
55 Luka Lama
56 Penilaian
57 Keputusan
58 Tak Enak Hati
59 Firasat Seorang Istri
60 Secercah Harapan
61 Prasangka
62 Hilang Harapan
63 Kejujuran
64 Apa ini hukuman?
65 Terkuak
66 Berdebat
67 Sesak
68 Rencana Bu Ambar Part 1
69 Rencana Bu Ambar Part 2
70 Restu
71 Surat Dari Jerry
72 Penerimaan dan Pertentangan
73 Sebuah Akhir Perjalanan
Episodes

Updated 73 Episodes

1
B'tari Ayunda Pasha
2
Hari Pertama Bekerja
3
Tak Percaya Diri
4
Jerry Sebenarnya
5
Penolakan Tari
6
Firasat Sang Ayah
7
Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8
Berubah
9
Sepuluh Juta
10
Awal Tak Terduga
11
Kena Batunya
12
Gusar
13
Rencana Nita
14
Gugur
15
Rasa Tak Bersalah
16
Apa Itu Jerry?
17
Jerry Yang Sebenarnya
18
Menata Hidup
19
Nomor Ponsel
20
Telepon Masuk
21
Mengindar
22
Bertukar Cerita
23
Di Pecat
24
Pipi Merah Jambu
25
Magnet Mengundang Rasa
26
Salah Sangka
27
Panggilan Misterius
28
Rencana Jerry
29
Putusan Noval
30
Suara Itu
31
Penguntit
32
Penguntit 2
33
Ancaman
34
Amplop Coklat
35
Amplop Coklat 2
36
Penguntit Lagi
37
Rencana Makan Malam
38
Rencana Makan Malam 2
39
Penolakan
40
Teka Teki
41
Kembalinya Jerry
42
Tak Salah
43
Dugaan Sang Ayah
44
Nyaman 1
45
Terkaan
46
Serangan Orang Asing
47
Menutupi
48
Persetujuan
49
Taman Lama
50
Tak Salah Lagi
51
Bercerita
52
Pandangan Terhadap Tari
53
Bertemu
54
Peringatan Untuk Jerry
55
Luka Lama
56
Penilaian
57
Keputusan
58
Tak Enak Hati
59
Firasat Seorang Istri
60
Secercah Harapan
61
Prasangka
62
Hilang Harapan
63
Kejujuran
64
Apa ini hukuman?
65
Terkuak
66
Berdebat
67
Sesak
68
Rencana Bu Ambar Part 1
69
Rencana Bu Ambar Part 2
70
Restu
71
Surat Dari Jerry
72
Penerimaan dan Pertentangan
73
Sebuah Akhir Perjalanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!