Pagi-pagi sekali, Tari tengah menyapu lantai depan rumahnya. Hari itu Tari meminta cuti, ia merasa tak enak badan.
Tak disangka, seseorang yang tak asing tengah berdiri menatap Tari.
Tari menghentikan kegiatannya, ia memandang seseorang yang tak lain adalah Jerry.
"Bisa kita bicara?" Tanya Jerry dengan hati-hati.
Tari menghela nafasnya, lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Kita bicara disana," sahut Tari sembari menuntun Jerry ke sebuah bangku yang ada di sudut rumahnya.
Mereka kini tengah duduk bersampingan, tak ada suara diantara keduanya.
Sampai Jerry mulai mengutarakan niatnya.
"Kamu kemana? Kenapa gak angkat teleponku?" Tanya Jerry.
Tari tertunduk, ia meremat tangannya.
Melihat tingkah Tari, Jerry mengulurkan tangannya dan menggenggam kedua tangan Tari.
"Kenapa? Ada apa?" Jerry kembali bertanya, ia berharap hubungannya dengan Tari membaik.
"Aku... Takut," ucap Tari dengan gemetar.
Jerry menatap dalam wajah kekasihnya itu, "takut kenapa?" tanyanya.
Tari tak menjawab, ia menahan tangisnya.
"Apa ini soal kejadian di puncak?" tebak Jerry.
Tari kembali tak menjawab, membuat Jerry mengambil kesimpulan bahwa perkiraannya tepat.
"Aku janji akan tanggung jawab, Tar."
Perkataan Jerry sontak membuat Tari mengangkat kepalanya, ia seolah meminta penjelasan.
"Apapun yang terjadi, aku akan tanggung jawab sama kamu. Percaya sama aku," pinta Jerry sembari menggenggam erat tangan Tari.
"Kamu serius?" Tanya Tari.
Jerry dengan cepat menganggukkan kepalanya, lalu ia melihat Tari mengusap air matanya.
"Jangan nangis, aku ada di sini buat kamu."
Tari tersenyum, "makasih," ucapnya.
Jerry membalas senyuman Tari, suasana diantara keduanya kini kembali menghangat.
"Oh iya, Tar. Ada yang mau aku obrolin sama kamu," ujar Jerry.
"Apa?" Tanya Tari.
"Emm, aku butuh uang." Jerry berucap dengan hati-hati.
Tari tampak mengerutkan keningnya, ia seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jerry.
"Kamu, butuh uang? Buat apa?" Tanya Tari.
Jerry menggaruk kepalanya, sepertinya ia tengah mencari alasan.
"Ini aku butuh tambahan modal buat buka cabang lagi, aku janji gak akan lama. Sebulan juga uang pasti kembali," ujar Jerry.
Tari terdiam, "berapa?" tanyanya.
"Sepuluh juta," ucap Jerry.
Tari terkejut, darimana ia memiliki uang sebanyak itu.
"Tapi aku gak punya uang sebanyak itu, Jer."
"Yah. Tapi aku beneran lagi butuh." Jerry menampakkan raut kecewa.
"Mobil kamu?" Tanya Tari.
Jerry kembali terdiam, "mobilku sudah aku gadaikan, yang sepuluh juta itu buat tambahan."
Tari kebingungan, jangankan punya uang segitu banyak. Kalau adapun, uang itu pasti sudah Tari berikan kepada orangtuanya.
"Kamu gak mau bantu, yah?" Jerry tampak lesu.
"Bukan gitu, Jer. Tapi aku beneran gak ada. Nanti deh aku coba cari pinjaman," ujar Tari.
Jerry merasa lega, ia berterima kasih pada Tari karena mau membantunya.
"Ya sudah, aku pulang dulu. Kabari aku kalau sudah ada uangnya," pinta Jerry.
Tari mengangguk pelan, lalu menatap kekasihnya yang telah beranjak.
"Cari pinjaman kemana?" batin Tari.
Tari mendapat ide, ia langsung berlari ke samping rumahnya.
"Mbak Vina."
Tari berteriak, memanggil kakak iparnya.
"Iya," jawab Mbak Vina yang tengah berada di kamar mandi.
Tari nyelonong masuk ke dalam, ia mencari keberadaan kakak iparnya itu.
"Mbak di mana?" tanya Tari masih setengah berteriak.
"Di kamar mandi. Kenapa, Tar?" tanya Mbak Vina.
"Oh. Nanti saja bicaranya kalau Mbak udah beres," sahut Tari.
Baru saja Tari hendak berbalik, suara pintu terbuka membuatnya mengurungkan niat.
"Kenapa?" tanya Mbak Vina sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil.
"Sini!" Tari menyeret tangan kakak iparnya.
Mereka kini tengah berada di dapur, Tari tak ingin ada yang mendengar percakapan mereka.
"Ada apa, sih? Kenapa harus bicara di sini?" tanya Mbak Vina yang sudah merasa penasaran.
"Emm aku... mau pinjam uang," ucap Tari.
Mbak Vina terkejut, baru kali ini ia mendapati Tari meminjam uang.
"Uang? Uang buat apa kamu? Memangnya mau pinjam berapa?" tanya Mbak Vina.
Tari menarik nafasnya pelan, lalu ia mulai menyebutkan nominal yang di butuhkan.
"sepuluh," ucap Tari dengan pelan.
"Sepuluh? Sepuluh ribu?" tanya Mbak Vina dengan santainya.
Tari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Bukan, Mbak. Sepuluh... juta."
Mbak Vina melotot, ia tak seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Sepuluh juta?" Mbak Vina berucap lantang.
"Sssttt! Jangan keras-keras, Mbak." Tari membungkam mulut Vina.
"Gimana? Mbak punya gak?" tanya Tari.
"Kamu buat apa uang sebanyak itu? Kawin?" tanya Mbak Vina masih dengan perasaan terkejut.
"Mbak Vina apaan, sih. Aku serius, Mbak. Aku mau pinjam uang sepuluh juta," Tari kembali menegaskan niatnya.
"Ya tapi buat apa dulu uang sebanyak itu?" Vina kekeh dengan rasa ingin tahunya. Pasalnya Tari tak pernah meminjam uang sepeser pun padanya.
Tari terdiam, ia mulai menceritakan semuanya pada Vina. Mbak Vina sempat mengerutkan keningnya, ia juga seperti tengah memikirkan permintaan adik iparnya itu.
"Tapi apa dia bisa di pegang omongannya? Kalau bohong gimana?" tanya Vina.
"Mbak, gak mungkin Jerry kayak gitu. Dia pasti balikin, kok." Tari berusaha meyakinkan Vina.
Vina terdiam, beberapa detik ia memandang Tari dengan kasihan.
"Mbak ada uang segitu, tapi itu tabungan buat Nino sekolah nanti." Vina menjelaskan. Ia selama ini selalu menabung untuk biaya sekolah anaknya nanti, hasil dari jualan selalu ia kumpulkan walaupun sedikit.
"Kalau di bayarnya dua kali lipat, Mbak mau." Vina terkekeh.
Tari terdiam, ia seakan menganggap ucapan Vina dengan serius.
"Nanti aku bilang sama Jerry. Kalau pun gak dua kali lipat, seenggaknya dia kasih lebih. Jadi gimana, Mbak mau kasih?" tanya Tari.
"Hemm... Ya sudah. Mbak minta nomor rekening dia aja, nanti Mbak transfer."
Tari merasa senang, ia lalu memeluk kakak iparnya itu sembari berterima kasih.
"Aku mau kabarin Jerry dulu, makasih Mbak."
Tari berlalu meninggalkan rumah kakaknya itu, ia tak sabar untuk mengabari Jerry.
Vina menghela nafasnya, ia menimang kembali keputusannya.
"Aku bilang ke Mas Ari soal ini? Ah, nanti ajalah. Kalau beneran bayarnya dilebihi, Mas Ari pasti setuju-setuju aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments