Sepulang bertemu dengan Jerry, kedua sejoli itu melanjutkan perbincangan mereka melalui pesan singkat.
Bak tengah dimabuk asmara, senyum merekah terus saja terpancar pada wajah Tari.
"Kayaknya Jerry pria yang baik," gumam Tari.
Ia tengah senyum-senyum sendiri, sembari mendekap telepon yang sedari tadi digenggamnya.
Dibalik pintu, tanpa sengaja Bu Nita melihat anaknya yang tengah kasmaran.
"Kamu kenapa, Tar? Senyum-senyum sendiri gitu," tanya Bu Nita pada anaknya.
Tari terperanjat, ia merasa malu karena tingkahnya diketahui oleh sang ibu.
"Emm, Tari gak apa-apa, kok." Tari mengelak.
"Dia lagi jatuh cinta, Bu." Mbak Vina menyela pembicaraan ibu mertua juga adik iparnya.
Bu Nita menoleh, "jatuh cinta? Sama siap" tanyanya.
"Nggak, Bu. Ih, Mbak Vina apaan sih. So tahu banget," bantah Tari.
"Cowoknya pakai mobil, Bu. Kalau wajahnya lumayanlah," tambah Mbak Vina.
Bu Nita terperangah mendengar pemaparan menantunya, lalu ia kembali menoleh pada anaknya.
"Anak orang kaya, Tar? Kenapa kamu gak bawa ke rumah?" Tanya Bu Nita dengan rasa penasaran.
"Ibu apaan, sih. Kita baru kenal, Bu. Lagipula malulah mau diajak ke rumah juga," ujar Tari.
"Kenapa harus malu? Pokoknya nanti kalau kamu dianterin pulang lagi, bawa dia kesini!" perintah Bu Nita pada anaknya.
Tari hanya bisa menghela nafasnya, ia tak ingin banyak bicara tentang Jerry pada ibunya.
***
Menjelang petang, Tari yang baru keluar dari kamarnya tak sengaja mendengar perbincangan antar tetangga yang sedang berada disamping rumahnya.
"Iya, pasti malu. Kasihan pak Budi, pasti kecewa banget sama anaknya."
Begitu percakapan yang terdengar ditelinga Tari.
Saat tengah diliputi rasa penasaran, Tari menarik tangan ibunya yang kebetulan hendak berjalan keluar rumah.
"Bu, tunggu. Didepan kenapa rame banget, sih? Ada apa?" Tanya Tari.
Bu Nita menghembuskan nafasnya, menyimpan bakul yang tengah dipegangnya diatas meja.
"Itu lagi ngomongin si Lulu, anaknya pak Budi." Bu Nita menjawab santai.
Tari mengerutkan keningnya, "kenapa dia memangnya?" tanya Tari.
"Hamil diluar nikah!" Cetus Bu Nita.
Tari menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, ia tak percaya dengan apa yang ibunya ucapkan.
"Masa sih, Bu? Kok bisa?" Tari masih tak menyangka dengan apa yang didengarnya.
"Ya bisalah, semenjak jadi SPG si Lulu kan sering gonta-ganti cowok. Sering pulang malam juga, mungkin dia khilaf sama salah satu dari cowok-cowok itu." Bu Nita menerangkan dengan nada mencela.
Tari terdiam, pasalnya ia tahu betul bagaimana Lulu dimasa lalu. Lulu juga pernah berada diposisi seperti Tari, seorang gadis lugu yang tak berpenampilan menarik.
Tari tak menyangka, perubahan penampilan juga lingkungan membuat Lulu salah jalan.
"Awas saja kalau kamu kayak dia, Tar. Bapak gak cuma bakalan marah, tapi Bapak juga mungkin bakal usir kamu!" Sela Pak Doni yang baru keluar dari dapur.
Tari terhentak mendengar ucapan sang ayah, ia bergidik ngeri jika hal buruk yang dialami Lulu menimpa dirinya.
"Amit-amit, jangan sampai kayak gitu, deh." Tari berucap sembari mengetok kepalanya.
***
Sudah hampir satu bulan lamanya, Tari bekerja sebagai SPG. Ia begitu menikmati pekerjaannya, ia bahkan sudah terbiasa dengan pakaian minim yang dikenakannya.
Hubungan Tari dengan Jerry berjalan semakin dekat, bahkan tak jarang mereka menghabiskan waktu bersama.
Hari itu Tari berniat untuk mengenalkan Jerry kepada keluarganya, entah mengapa Tari begitu yakin pada hubungannya dengan Jerry.
Tari tak banyak bertanya tentang seluk beluk Jerry, ia bahkan acuh ketika Jerry selalu bisa meluangkan waktu untuknya.
"Duduk, Jer." Tari meninggalkan Jerry diruang tamu, sedangkan ia tengah membuatkan minuman untuk sang kekasih.
Jerry terperanjat, ia berdiri ketika melihat ibu Tari datang menghampirinya.
"Ini Nak Jerry?" Tanya Bu Nita sembari tersenyum ramah pada Jerry.
Jerry membalas senyuman Bu Nita, ia juga menyalami wanita paruh baya itu dengan sopan.
"Iya, Bu. Saya Jerry," sahut Jerry.
"Silahkan duduk lagi, anggap saja di rumah sendiri. Maaf yah Nak Jerry keadaan Tari memang begini," ujar Bu Nita.
Jerry mengangguk, "tidak apa-apa, Bu. Saya juga bukan orang yang gimana," sahut Jerry.
"Oh iya, Nak Jerry kemari pakai apa?" Tanya Bu Nita, ia masih dibuat penasaran dengan status Jerry.
"Saya kesini pakai mobil, Bu. Karena rumah Tari masuk gang, jadi mobilnya diparkir di pinggir jalan besar." Jerry menerangkan. Ada rasa tidak enak pada Tari juga ibunya, pasalnya Jerry tidak jujur tentang keadaannya pada Tari juga keluarganya.
"Oh, begitu. ngomong-ngomong Nak Jerry kerjanya apa?" Bu Nita masih mencari informasi tentang kekasih sang anak.
"Saya pengusaha, Bu." Lagi, Jerry menutupi kebenaran yang ada.
Bu Nita tampak terkesima, mendengar pekerjaan Jerry yang seorang pengusaha.
"Wah, hebat. Pengusaha dibidang apa, Nak?" tanyanya lagi.
Belum sempat Jerry menjawab, Tari datang membawa minuman untuk sang pacar.
"Udah dong tanya-tanyanya, Bu. Ibu kayak reporter saja," sindir Tari sembari menyimpan minuman dihadapan Jerry.
"Minum, Jer!" Pinta Tari, lalu ia duduk disebelah kekasihnya itu.
Jerry mengangguk dan meminum minuman yang dihidangkan oleh Tari.
"Bu, kenapa masih disini? Mau ikutan ngobrol?" Tanya Tari pada ibunya yang masih betah duduk didepan Tari juga Jerry.
Bu Nita melirik sinis pada anaknya, masih banyak yang ingin ia tanyakan pada Jerry.
"Yasudah Ibu tinggal, mari Nak Jerry." Bu Nita pamit pada kekasih sang anak, sembari mengulum senyum ramah.
Jerry hanya tersenyum tipis, dan mengangguk melihat calon ibu mertuanya pergi.
"Maaf, yah. Ibu memang bawel," ucap Tari.
"Gak apa-apa Tar. Aku senang, kok. Ibu kamu ramah," jawab Jerry.
Saat tengah berbincang dengan Tari, lagi-lagi kebersamaan Tari dan Jerry terganggu oleh suara ponsel Jerry yang terus berbunyi.
"Ish, si Noval ngapain sih nelepon terus. Gak tahu apa orang lagi pacaran," gerutu Jerry.
Mendengar dering ponsel Jerry yang terus-terusan berbunyi, Tari meminta Jerry untuk menerima panggilan telepon itu.
Jerry mengangguk, dan meminta izin untuk mengangkat teleponnya diluar rumah.
"Kenapa harus keluar? Kan bisa diangkat di sini," gumam Tari dalam hatinya.
"Halo, ada apa, Val?" Tanya Jerry dengan berbisik.
"Heh, kau kebiasaan kalau sudah minjem mobil! Aku mau pergi, cepat balikin!" Seru Noval dengan nada marah diseberang sana.
Jerry berdecak, ia lalu mengiyakan apa yang di pinta Noval. Setelah panggilan telepon mati, Jerry kembali menemui pacarnya.
"Tar, aku harus pulang." Jerry meminta izin.
Tari berdiri, "kok buru-buru? Siapa yang telepon?" tanyanya.
"Emm ini tadi Ibu telepon, minta diantar ke dokter." Jerry berdalih.
"Oh, Ya sudah kalau gitu. Hati-hati dijalan, salam buat Ibu kamu." Tari tak menaruh curiga pada ucapan Jerry, ia selalu percaya dengan apa yang diucapkan sang kekasih.
Sebelum keluar rumah, Jerry kembali menghentikan langkahnya.
"Tar, liburan nanti aku mau ngajak kamu ke puncak. Mau?" Tanya Jerry.
Tari terdiam, sebelumnya ia belum pernah pergi jauh dengan lelaki.
"Emm, aku harus minta izin ke Ibu sama Bapak dulu. Nanti aku kabari," ucap Tari.
Jerry menghela nafasnya, "ya sudah aku tunggu, aku pulang, yah." Jerry berpamitan sembari mendekatkan wajahnya hendak mencium Tari.
Tari terhentak ketika Jerry hendak menciumnya, ia segera memundurkan langkahnya.
"Kenapa?" Tanya Jerry ketika Tari menjauhinya.
"Emm, gak enak sama Ibu." Tari beralasan.
Tampak raut wajah kesal di wajah Jerry, ia lalu berlalu pergi tanpa berucap apapun pada Tari.
Melihat ekspresi kesal sang kekasih, membuat Tari merasa tak enak hati.
"Apa Jerry marah? Emangnya aku salah, yah?" Tari bertanya-tanya dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
𝙋𝙐𝙅𝙄💞jff🌈
jerri main nyosor aja
2021-03-20
0