Tak Percaya Diri

Tari masuk ke dalam kamarnya, ia langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Rasa kantuk seketika menyerang matanya, perlahan mata Tari menutup. Dering ponsel membuat mata Tari kembali terbuka, ia secara spontan meraih ponselnya yang berada di dalam tas.

Kening Tari mengkerut, melihat nomor asing yang menghubunginya.

"Halo," ucap Tari dengan ragu.

"Halo, Tar." Suara diseberang sana membuat Tari kebingungan, pasalnya ia tak mengenali suara itu.

"Iya. Siapa?" Tanya Tari.

"Aku, Jerry. Masih ingat?" Tanya Jerry.

Tari mengerutkan keningnya, "Jerry? Yang tadi di Mall?" Tanya Tari.

"Hehe, iya. Apa aku mengganggu?" Tanya Jerry, basa basi.

"Emm tidak, tapi dari mana kau tahu nomor teleponku?" Tanya Tari.

"Dari, Nina." Jerry menjawab seadanya.

Tari membulatkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara, "ada apa?" Tanya Tari.

"Tidak, cuma ingin ngobrol saja. Lagi apa?" Jerry masih berusaha mengajak Tari berbincang.

"Oh. Aku sedang tiduran saja," jawab Tari asal.

"Emm, oh iya apa gak akan ada yang marah aku telepon kamu?" Tanya Jerry. Sebenarnya Jerry tengah mencari tahu, apakah Tari sudah memiliki pasangan atau belum.

"Tidak. Kenapa memangnya?" Tari masih menjawab.

"Syukurlah kalau gitu." Suara Jerry terdengar sangat lega, hal itu membuat Tari mengernyitkan keningnya.

"Jer, kalau gak ada yang penting aku tutup, yah. Aku mau istirahat," ujar Tari.

"Tar, tunggu. Kalau ada waktu, hari minggu besok bisa ketemu?" Tanya Jerry, ia tak ingin melewatkan kesempatan apapun.

"Hemm, bisa. Ya sudah, kabari lagi aja nanti," ucap Tari.

"Beneran? Ya sudah, nanti aku kabari lagi, yah. Selamat istirahat, Tar." Jerry berucap sangat lembut pada Tari.

Mendengar suara lembut Jerry, membuat Tari membalas ucapan Jerry dengan lembut.

"Iya, makasih."

Selepas menerima telepon dari Jerry, Tari segera membersihkan dirinya dan berniat untuk istirahat.

***

Tak terasa, jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Tari melewatkan makam malamnya, ia keluar dari kamar hendak mencari sesuatu yang dapat mengisi perutnya yang keroncongan.

"Ibu kenapa gak bangunin aku, sih." Tari menggerutu disela aktifitasnya mencari makanan.

"Hah! Gak disisain makanan." Tari semakin merasa kesal, ia hendak kembali ke kamarnya namun ia dikejutkan oleh ibunya yang kini berdiri di depannya.

"Ibu! Aku kaget," ucap Tari sembari memegangi dadanya yang berdebar.

"Cari apa jam segini?" Tanya bu Nita sembari berkacak pingggang di depan anaknya.

"Kenapa Ibu gak sisain makanan buat Tari?" Tanya Tari dengan kesal.

"Sengaja! Kamu itu kerja jadi SPG, penampilan kamu itu nomor satu. Kalau kamu makan malam, terus badan kamu gendut, perut kamu buncit, nanti penampilan kamu gak menarik!" Seru bu Nita dengan jelas.

Mendengar perkataan ibunya, Tari sejujurnya merasa marah. Namun mengingat kembali pekerjaannya, ia juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Akhirnya, Tari mengalah dan memilih kembali ke kamar. Ia tidur dengan perut kosong, namun apa daya ia harus kembali tidur karena matanya sudah merasa lelah.

***

Pagi hari, Tari sudah membersihkan tubuhnya. Ia telah mendapat telepon dari Jerry, mereka berniat untuk bertemu hari itu.

Tari memandang wajahnya di cermin, ia lalu melirik berbagai alat kecantikan di hadapannya.

Tangan Tari mulai bergerak mengambil salah satu alat make up, ia mulai merias wajahnya.

Selesai dengan wajah, Tari beralih ke lemari pakaian. Ia memilih baju mana yang akan dikenakannya, ia ingin tampil beda hari itu.

Tari mengambil sebuah gaun dengan panjang selutut, ia melihat pantulan dirinya di cermin.

Tari tersenyum, penampilannya kini begitu berbeda.

Sebelum berangkat, Tari sempat melirik kerudungnya yang tergantung di pinggir lemari. Untuk pertama kalinya, Tari pergi keluar rumah tanpa mengenakan kerudung.

Melihat anaknya yang tak seperti biasanya, pak Doni sontak menghentikan langkah Tari.

"Mau kemana?" Tanya pak Doni sembari memperhatikan penampilan anaknya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Mau pergi," jawab Tari.

"Pergi? Pakai baju kayak gitu?" Pak Doni merasa risih melihat penampilan anaknya.

Tari melirik baju yang dipakainya, lalu kembali menatap sang ayah.

"Kenapa memangnya, Pak? Aku kan harus terbiasa tampil kayak gini," ucap Tari, ia membela diri.

"Ganti, Bapak gak suka!" Titah pak Doni.

"Kok ganti sih, Pak?" Tolak Tari.

"Bapak gak suka, itu kamu pakai baju yang kurang bahan." Pak Doni kekeuh dengan pendapatnya.

Mendengar perdebatan sang anak dengan suami, bu Nita keluar dari kamarnya.

"Ada apa, sih? Kenapa pagi-pagi udah rame?" Tanya bu Nita sembari berjalan menghampiri keduanya.

"Lihat anakmu, Bu!" Titah pak Doni pada istrinya.

Bu Nita memandang anaknya, "mau kemana?" Tanyanya.

Tari menelan salivanya, "mau pergi, Bu." Tari takut jika sang ibu juga melarangnya memakai pakaian tersebut.

"Oh, yasudah."

Mendengar istrinya yang biasa-biasa melihat penampilan sang anak, pak Doni dibuat tak habis pikir.

"Loh, Ibu gak lihat dia pakai baju kayak apa?" Sindir pak Doni.

"Kenapa? Bagus kok, kekinian. Tari juga kelihatan lebih cantik dan modis, Pak. Biar banyak laki-laki yang suka juga sama Tari," ujar bu Nita dengan santainya.

"Astagfirulloh! Ibu mau anak gadis kita di godain sama laki-laki? Bapak gak rela!" Seru Pak Doni.

"Bapak mau anak kita gak dapat jodoh?" Balas bu Nita.

Pak Doni tak dapag berkutik, ia memilih pergi meninggalkan anak juga istrinya.

Melihat kedua orangtuanya bertengkar, sedikit membuat Tari merasa bersalah.

"Bu, Tari ganti baju, deh. Bapak kayaknya marah," ucap Tari.

"Ngapain ganti baju? Sudah kalau mau pergi, pergi sana. Urusan Bapak biar Ibu yang tanganin," jawab bu Nita.

Tari menghela nafasnya, lalu ia berpamitan pada ibunya.

Di jalan, Tari masih merasa tidak enak hati.

"Bapak gimana, yah? Apa salahnya dengan penampilan aku?" Tari bertanya-tanya dalam hatinya.

***

Tari kini sudah ada di tempat dimana ia akan bertemu dengan Jerry, Tari sesekali merapihkan pakaiaannya. Dari jauh, ia melihat seorang laki-laki yang turun dari sebuah mobil.

"Itu Jerry? Dia pakai mobil?"

Tari masih memandang Jerry yang kini berjalan ke arahnya.

"Kalau Jerry pakai mobil, berarti dia orang kaya, dong. Ya ampun, aku gak percaya diri jadinya."

Tari mulai merasa malu bertemu dengan Jerry, pasalnya ia kini tengah membandingkan keadaannya dengan penampilan Jerry saat itu.

"Tapi kalau dia kaya, Ibu pasti bangga. Aku sudah rapih belum, yah?" Ucap Tari sambil merapihkan rambutnya, ia ingin terlihat cantik di depan Jerry.

Terpopuler

Comments

𝙋𝙐𝙅𝙄💞jff🌈

𝙋𝙐𝙅𝙄💞jff🌈

lanjt

2021-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 B'tari Ayunda Pasha
2 Hari Pertama Bekerja
3 Tak Percaya Diri
4 Jerry Sebenarnya
5 Penolakan Tari
6 Firasat Sang Ayah
7 Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8 Berubah
9 Sepuluh Juta
10 Awal Tak Terduga
11 Kena Batunya
12 Gusar
13 Rencana Nita
14 Gugur
15 Rasa Tak Bersalah
16 Apa Itu Jerry?
17 Jerry Yang Sebenarnya
18 Menata Hidup
19 Nomor Ponsel
20 Telepon Masuk
21 Mengindar
22 Bertukar Cerita
23 Di Pecat
24 Pipi Merah Jambu
25 Magnet Mengundang Rasa
26 Salah Sangka
27 Panggilan Misterius
28 Rencana Jerry
29 Putusan Noval
30 Suara Itu
31 Penguntit
32 Penguntit 2
33 Ancaman
34 Amplop Coklat
35 Amplop Coklat 2
36 Penguntit Lagi
37 Rencana Makan Malam
38 Rencana Makan Malam 2
39 Penolakan
40 Teka Teki
41 Kembalinya Jerry
42 Tak Salah
43 Dugaan Sang Ayah
44 Nyaman 1
45 Terkaan
46 Serangan Orang Asing
47 Menutupi
48 Persetujuan
49 Taman Lama
50 Tak Salah Lagi
51 Bercerita
52 Pandangan Terhadap Tari
53 Bertemu
54 Peringatan Untuk Jerry
55 Luka Lama
56 Penilaian
57 Keputusan
58 Tak Enak Hati
59 Firasat Seorang Istri
60 Secercah Harapan
61 Prasangka
62 Hilang Harapan
63 Kejujuran
64 Apa ini hukuman?
65 Terkuak
66 Berdebat
67 Sesak
68 Rencana Bu Ambar Part 1
69 Rencana Bu Ambar Part 2
70 Restu
71 Surat Dari Jerry
72 Penerimaan dan Pertentangan
73 Sebuah Akhir Perjalanan
Episodes

Updated 73 Episodes

1
B'tari Ayunda Pasha
2
Hari Pertama Bekerja
3
Tak Percaya Diri
4
Jerry Sebenarnya
5
Penolakan Tari
6
Firasat Sang Ayah
7
Hal Yang Tak Diinginkan Terjadi
8
Berubah
9
Sepuluh Juta
10
Awal Tak Terduga
11
Kena Batunya
12
Gusar
13
Rencana Nita
14
Gugur
15
Rasa Tak Bersalah
16
Apa Itu Jerry?
17
Jerry Yang Sebenarnya
18
Menata Hidup
19
Nomor Ponsel
20
Telepon Masuk
21
Mengindar
22
Bertukar Cerita
23
Di Pecat
24
Pipi Merah Jambu
25
Magnet Mengundang Rasa
26
Salah Sangka
27
Panggilan Misterius
28
Rencana Jerry
29
Putusan Noval
30
Suara Itu
31
Penguntit
32
Penguntit 2
33
Ancaman
34
Amplop Coklat
35
Amplop Coklat 2
36
Penguntit Lagi
37
Rencana Makan Malam
38
Rencana Makan Malam 2
39
Penolakan
40
Teka Teki
41
Kembalinya Jerry
42
Tak Salah
43
Dugaan Sang Ayah
44
Nyaman 1
45
Terkaan
46
Serangan Orang Asing
47
Menutupi
48
Persetujuan
49
Taman Lama
50
Tak Salah Lagi
51
Bercerita
52
Pandangan Terhadap Tari
53
Bertemu
54
Peringatan Untuk Jerry
55
Luka Lama
56
Penilaian
57
Keputusan
58
Tak Enak Hati
59
Firasat Seorang Istri
60
Secercah Harapan
61
Prasangka
62
Hilang Harapan
63
Kejujuran
64
Apa ini hukuman?
65
Terkuak
66
Berdebat
67
Sesak
68
Rencana Bu Ambar Part 1
69
Rencana Bu Ambar Part 2
70
Restu
71
Surat Dari Jerry
72
Penerimaan dan Pertentangan
73
Sebuah Akhir Perjalanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!