"Zion...
Kau harus kuat!
Masih belum selesai... "
Suasana gelap. Namun ia bisa mendengar suara itu dengan jelas. Ya, itu suara Zuka. Tapi darimana asalnya? Ia tak bisa melihat apapun di sana. Hanya ada kegelapan.
"Hey. Apa kau akan menyerah sekarang?
Kupikir kau tak selemah ini"
Kini suara lain terdengar. Itu suara Avren. Tapi dari mana? Dimana mereka? Suaranya menggema membuat Zion kesulitan mencari asal suara itu.
"Zion... Aku percaya kau akan menyelamatkan kami"
Kini Zuka lagi yang berbicara. Apa maksud semua ini?
"Zuka... Avren... Dimana kalian?" Ujar Zion memanggil mereka. Entah kenapa dirinya menjadi panik sekarang
"Tolong kami"
Suara Zuka terdengar parau. Itu menambah kekhawatiran Zion.
"ZUKA!! " Teriak Zion. Dan saat itu juga dirinya tersadar dari pingsan. Nafasnya memburu tak beraturan dan tubuhnya dibasahi keringat dingin. Zion mencoba menetralkan nafasnya.
Ia melihat ke sekitar. Tempat yang cukup asing baginya. Ia sedikit terkejut saat melihat seseorang di sampingnya. "Di... Dimana aku? " Tanya Zion.
Pria ber iris coklat itu menjawab. "Kau ada di rumahku. Kau pingsan saat di medan perang" Ya, orang itu adalah Rendrano Fryfer. Salah satu penyihir level 9 atau bisa dibilang salah satu penyihir terkuat di kerajaan.
"Jadi... Begitu.. " Gumam Zion. Dia ingat sekarang. Ia pingsan karena kelelahan setelah menghabisi seluruh monster di medan perang. Tak sangka akan jadi seperti ini. Zion masih memikirkan bagaimana ia kehilangan Zuka saat itu. Zuka yang secara tiba tiba mendorong dirinya dan justru dia yang ditarik pergi oleh rantai milik Avren. Jika saja dirinya lebih waspada, hal ini mungkin tak akan terjadi.
Rendrano yang melihat Zion melamun menjadi khawatir. "Sebelumnya, aku Rendrano Fryfer. Penyihir level 9. Namamu Zion kan? Apa kau baik baik saja? Apa ada yang sakit? " Tanya Rendrano. Pemuda ber iris ruby itu pun menatap ke arahnya.
"Aku baik baik saja sekarang. Aku hanya... Memikirkan tentang saudaraku" Ucapnya. Terlihat jelas kesedihan di wajahnya.
Rendrano memeluk Zion secara tiba tiba. Zion yang merasakan itu terkejut. Namun, ia tetap memilih untuk diam. Lagipula, tubuhnya masih terasa lemas karena baru siuman.
"Aku tau kau cukup terpukul karena kehilangan keluargamu. Apa dia adikmu? " Tanya Rendrano.
Zion yang masih terdiam. Ia sedikit menarik nafas. Entah kenapa rasanya hangat dan nyaman saat dipeluk seperti ini. Setidaknya ia kembali merasakan kehangatan sejak berada di dunia ini.
"Jangan sampai dia tau jika kau bukan berasal dari dunia ini. Lebih baik rahasiakan tentang itu. " Ucap Nero tiba tiba. Ya, ada benarnya. Sebaiknya dirinya tak memberitahu hal itu.
"Ya, dia sudah ku anggap seperti adikku. " Jawabnya.
Rendrano membelai kepala Zion. "Menganggapnya? Artinya dia bukan adik kandungmu? "
"Bisa dibilang begitu. Aku bertemu dengannya saat dalam perjalanan"
"Di perjalanan... Apa kau pengembara? "
"Bisa di bilang begitu. "
Hanya dengan jawaban itu saja sudah cukup bagi Rendrano. Itu cukup menjelaskan yang terjadi.
"Maaf, boleh aku tanya? Berapa lama... Aku pingsan? " Tanya Zion dengan suara yang sedikit lebih pelan.
"Kau pingsan sekitar lima hari." Zion yang mendengar itu terkejut. Lima hari? Dia tak sadarkan diri selama lima hari? Yang benar saja!
"Aku tak sadar selama lima hari? Bagaimana bisa akh.." Ucapannya mendadak berhenti saat merasakan sakit di kepalanya.
"Sst... Sudah tak apa. Kau masih lelah kan. Lebih baik istirahat dulu. Kondisimu masih lemah, jangan banyak bergerak dulu ya.. " Ucap Rendrano dan kembali membelai kepala Zion. Pemuda ber iris ruby itu tak mengatakan apapun lagi. Kepalanya terasa benar benar sakit sekarang. Lebih baik ia beristirahat dulu saat ini. Rendrano pun juga memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh lagi untuk saat ini.
Tak lama kemudian, ia merasakan nafas anak yang ada di pelukannya sudah kembali teratur. Anak itu sudah kembali tertidur. Dengan hati hati, Rendrano menidurkan tubuh Zion di kasur. Ia memandang wajah polos anak itu. Tangannya bergerak mengusap pipi anak itu.
"Kau sepertinya sudah mengalami banyak hal... " Ucap nya. Ia sedikit menghela nafas. Ingatannya kembali terarah pada apa yang terjadi di medan perang saat itu. Jika bukan karenanya, dirinya pasti sudah tiada sekarang.
Terlebih lagi, apa yang anak itu lakukan. Kekuatan yang begitu besar. Sudah jelas ia bukan penyihir biasa. Ada banyak rahasia yang tersimpan dalam anak di hadapannya itu.
"Dari sihirmu... Ini sihir terbesar yang pernah kurasakan dan ku lihat. Hanya saja, teknik pengendalian mu masih belum terlalu bagus. Aku akan melatih mu saat kondisimu sudah semakin baik. Sebelum itu, beristirahat lah... " Ucapnya dan mencium kening anak itu. Setelah itu, Rendrano pergi meninggalkan Zion.
Namun tak lama kemudian, terlihat seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang melompat lompat kecil sambil bersenandung ria. Namun, langkah kakinya terhenti saat berada di depan pintu kamar yang di tiduri Zion.
Gadis kecil itu adalah Yanata Fryfer. Putri dari Rendrano Fryfer. Gadis dengan rambut hitam panjang di ikat dua dengan poni setinggi alis dan mengenakan jepit rambut berwarna pink berbentuk bintang kristal. Gadis itu terlihat mendekati Zion.
Dengan wajah polosnya, dia menatap heran sosok yang sedang tertidur itu. "Kakak ini siapa? " Tanya Yanata dengan nada suara yang cukup menggemaskan.
"Apa kakak ini sakit? " Ucap Yanata dan menempelkan telapak tangannya pada dahi Zion. "Gak panas kok... Tapi.. Kakak ini siapa ya?"
Karena penasaran, Yanata pun mulai mencaritahu siapa orang itu. Ia memperhatikannya dari samping kanan, samping kiri, atas, sampai bolak balik memutari kaur tapi ia tak menemukan apapun yang baginya bisa menjawab rasa penasaran nya.
Sampai saat Zion membuka matanya perlahan, Yanata langsung memperhatikan nya. Iris mata merah ruby itu mulai terlihat dari balik kelopak mata yang menutupi. Yanata yang melihat itu pun kagum, karena ini kali pertama baginya melihat seseorang memiliki iris ruby seperti itu.
"Wah... Cantik banget... " Ucapnya. Zion yang melihat Yanata begitu membuka matanya terkejut. Bagaimana tidak? Begitu buka mata langsung lihat muka anak perempuan gitu. Jaraknya cukup dekat lagi.
"Ka... Kamu siapa? " Tanya Zion.
"Ah maaf kak!! Aku... Yanata Fryfer. Maaf udah buat kakak bangun! Yanata gak sengaja! " Ucap Yanata sambil menundukkan sedikit kepalanya merasa bersalah telah membangunkan orang di hadapannya itu.
Zion yang melihat ekspresi Yanata juga jadi merasa bersalah. "Ah, tidak apa kok. Namaku Zion Revael. Salam kenal" Ucap Zion. Ia mencoba untuk bangun, tapi langsung ditahan oleh tangan mungil Yanata.
"Kakak gak usah bangun. Kakak pasti cape. Tiduran aja ya..." Ucap Yanata. Zion pun memilih mengikuti ucapan gadis kecil di hadapannya itu.
"Kakak kok bisa di sini kenapa? " Tanya Yanata lagi.
"Kamu... Putrinya Rendrano ya.. Ayahmu yang membawaku kemari dari medan perang" Ucapnya terus terang.
"Wah!! Berarti kakak juga ikut perang! Keren! Waktu perang itu seperti apa? Apa asik? Kakak mau jadi kakak ku gak? Kakak cantik banget" Yanata langsung menyerbunya dengan pertanyaan. Tapi tunggu, kata kata terakhir itu. Apa? Dia mengatakan Zion cantik? Dia itu laki laki!
Ya... Gadis ini masih polos... Cantik ya? Bukannya seharusnya tampan? "A-aku... Um.. Boleh saja. " Ucap Zion sedikit malu.
"Pipi kakak kenapa merah? " Blush... Justru memperparah! Melihat wajah imut apalagi mata besarnya yang menggemaskan itu...
"Jadi sekarang aku punya kakak! Yey!!! Oh ya, orang tua kakak di mana? Dulu kakak tinggal dimana? " Tanya Yanata lagi.
Zion terlihat sedikit termenung. "Orang tua ku... Sudah pergi. Aku hanya sendiri di sini. Aku tidak punya tempat tinggal." Jawabnya.
Yanata menggenggam tangan Zion. "Kalo gitu, kakak tinggal di sini aja! Yanata kadang kesepian di sini. Kakak bisa temani Yanata. Ya!! " Ucapnya girang dengan mata yang berbinar.
"Baiklah.. Terimakasih. Tapi... Apa ayahmu mengizinkan?"
"Ayah pasti mengizinkan kok! Ibuku juga sudah gak ada. Jadi Yanata cuma sama ayah. Tapi kalo ada kakak pasti jadi lebih seru! Di sini juga banyak orang yang baik kok! "
"Baiklah... Sekali lagi terimakasih ya..."
"Hm! Sama sama kak Zii!!!!" Ucap Yanata dan memeluk tubuh Zion. "Kalo kakak sudah baikan, Yanata bakal ajak kakak jalan jalan"
"Sekarang pun bisa." Zion mencoba untuk bangkit. Setidaknya rasa pusingnya sudah menurun.
"Yeeyy!!! Tapi kakak yakin gak apa apa?" Tanya Yanata memastikan. Ia sedikit khawatir melihat wajah Zion yang sedikit pucat.
"Aku gak apa apa kok." Ucapnya meyakinkan Yanata. Lagipula, ia juga cukup penasaran dengan situasi sekitar.
Namun saat mereka berjalan ke luar kamar, mereka bertemu Rendrano. "Eh, Zion. Kamu mau kemana? Apa kondisimu sudah lebih baik? " Tanya Rendrano.
"Kak Zii udah lebih baik kok! Yanata mau ngajak kak Zii jalan jalan! Dan... Ayaaah... Yanata mau jadiin kak Zii kakak Yanata boleh gak?" Tanya Yanata dengan nada suara yang di buat buat dan mata yang berbinar. Benar benar menggemaskan.
"Ya baiklah. Mulai sekarang, anggap kami seperti keluargamu sendiri ya... Tidak perlu sungkan" Ucap Rendrano dan mengusap pucuk kepala Zion.
"Ti-Tidak perlu. Aku tidak apa" Jawab Zion agak gugup.
"Anggap kami sebagai keluarga. Kau sudah ku anggap seperti putraku sendiri ya... Mulai sekarang kau juga harus memanggilku ayah." Ucap Rendrano sambil tersenyum.
"Baiklah. Terimakasih banyak... "
"Tak perlu berterimakasih. Justru aku yang harus berterimakasih karena kau sudah menyelamatkan hidupku"
"Sama sama. Aku melakukan nya dengan ikhlas kok" Ucap Zion.
"Kau benar benar anak yang baik... Yanata, ajak kakakmu melihat lihat tempat ini ya... Hati hati" Ucap Rendrano.
Yanata pun memberi hormat. "Siap ayah!" Ucapnya dan menarik tangan Zion. "Ayo kakak!" Zion dan Yanata pun pergi. Sementara Rendrano hanya memandang kepergian kedua anak itu.
'Kondisi nya pulih dengan cepat. Tapi aku tetap khawatir. Aku harus melindungi anak itu' batinnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Egao
Zuka?
2022-04-09
1
Ahmad N.B
ternyata begitu
2022-03-11
1
Rafif 67
dianggap kakak uwu
2021-12-20
2