Eps. 18

“Sekarang apa rencana kamu Tio?” pengacara Yeni mengawali pembicaraan siang itu. Sambil duduk disofa dan memegang secangkir teh yang baru dituangkan Alfredo.

“Aku belum tahu aunty. Aku masih memikirkan cara untuk memancing genk capit merah keluar mencariku. Tapi entahlah.” Jawab Tio.

“Kau bahaslah itu dengan Luna dan Haris. Semakin cepat genk itu tertangkap aku yakin dalang pembunuhannya akan terungkap.”

“Iya aunty.”

“Oke. Aku balik ke kantor dulu. Kalo ada perlu akan kuhubungi kalian.” Yeni bangkit dan menghampiri Tio bermaksud memeluk putra sahabatnya yang sekarang sudah dianggapnya seperti putranya sendiri. Sebelum sempat memeluk Tio sedang membungkuk membersihkan sepatunya dengan tisu. Kalung pemberian papanya yang selalu tergantung dilehernya lolos keluar dari kemejanya. Yeni yang melihat itu tertarik. Dia merasa pernah melihat kalung seperti itu tapi dia lupa. “Tio, sebentar ya.” Katanya sambil menepuk bahu Tio yang sedang buru buru menyelipkan kalung berbandul bulat bermata berlian biru kembali kebali bajunya.

“Iya aunty, ada apa?” kata Tio sambil memandang wajah Yeni.

“Boleh kulihat kalung itu?” katanya lalu.

Tio langsung melepasnya dan memberikan pada Yeni.

“Hemm… sepertinya aku pernah melihat ini di suatu majalah. Dan ini bukan kalung biasa.” Yeni bergumam sendiri. Lalu difotonya kalung itu dengan kamerah hapenya. Setelah itu dikembalikan pada Tio. Dan lalu memeluk pemuda itu dan juga memeluk Luna lalu pergi keluar mansion.

Malam hari di mansion. Sekretaris pribadi Joni Widodo, Kelvin Chandra datang di mansion. Mereka telah selesai

makan malam dan melanjutkan obrolan di ruangan kerja yang dulunya digunakan Joni Widodo.

“Tuan muda, perusahaan membutuhkan anda untuk menggantikan tuan besar Joni.” Kata Kelvin membuka

pembicaraan.

“Paman Kelvin, Aku saja masih belum lulus SMA, seharusnya tahun aku bisa lulus. Tapi karena kejadian di villa aku sudah meninggalkan sekolah. Bagaimana aku bisa menghadapi para pemegang saham itu?” Jawab Tio datar. “Tidak bisakah paman menghandle semuanya? Sampai setidaknya sampai tahun depan?”

“Ehm… tapi setidaknya anda harus tampil di perusahaan pusat. Nilai saham kita turun sedikit demi sedikit. Saya takut kepercayaan pemegang saham terus tergerus jika tak melihat pewaris tunggal JONWIN Inc. tampil. Setidaknya Anda harus mengadakan konferensi pers untuk meyakinkan pemegang saham bahwa anda siap menjalankan  perusahaan.”

“Oke. Paman aturlah dengan Kapten Haris. Karena aku percaya pada kapten Haris.”

“Baiklah tuan muda.” Jawab Kelvin datar.

“Paman Kelvin. Bisakah paman carikan aku tim hacker yang hebat? Juga beberapa peralatan canggih yang  kubutuhkan?” Tanya Tio tiba tiba, karena tiba tiba dia terpikirkan suatu cara untuk memancing genk capit merah keluar mencari keberadaan dirinya.

Luna yang dari tadi berada diruangan dan hanya diam mendengar itu mengernyitkan dahinya.

“Apa yang kau pikirkan Tio?” Tanya Luna kemudian. “Kau bisa menggunakan tim cyber kepolisian jika memang kau

ada bukti.”

“Maaf bibi Luna, bukannya aku tak percaya dengan kepolisian. Tapi aku ingin sebuah tim yang bisa bekerja tanpa takut melanggar protocol resmi, maksudku tanpa prosedur berbelit.” Jawab Tio. “Tim cyber kepolisian untuk membantuku pasti perlu assessment dari atasan paman Haris. Dan itu bisa memperlama proses juga resiko bocor semakin besar.” Tio berhenti sejenak. “Bahkan paman Haris tidak bisa mempercayai semua yang ada di jajaran kepolisian.” Tio memberikan alasan lain tidak menggunakan kepolisian, dan ini cukup membuat Luna terdiam.

Kepiawaianmu menganalisa dan memutuskan sesuatu hal memang sangat bagus, mungkin factor genetika dari seorang almarhum CEO JONWIN Inc.

“Okelah aku setuju kali ini.” Luna mengerti keinginan Tio.

“Bagaimana paman Kelvin?” Tanya Tio sambil menoleh kearah sekretaris pribadi itu.

“Bisa tuan muda. Satu minggu lagi tim itu akan saya siapkan.” Jawab Kelvin datar.

“Pastikan dalam tim itu bukan orang yang mengenal paman Maxi.”

“Siap tuan muda.”

Alfredo masuk keruangan dan mengatakan Kapten Haris datang. Tio menyuruhnya untuk mengantarkan Kapten Haris masuk.

“Aah… maaf aku terlambat, Tio, tuan Kelvin dan Luna.” Seru Haris setelah memasuki ruang kerja yang luas. Lalu mengambil duduk di sofa disebelah Luna.

“Its okay paman.” Jawab Tio. sementara Luna hanya tersenyum tapi berbeda dengan Kelvin. Dia memasang wajah masam karena Haris hanya memanggil Tio tidak pakai embel embel tuan muda.

Cih, tak tahu sopan santun. Pangkat kamu itu hanya kapten. Bos mu yang jenderal saja akan memanggil menggunakan tuan muda. Decak Kelvin dalam hati.

“Oh ya, Luna aku sudah sign untuk cuti kamu selama satu minggu. Terhitung mulai besok.” Tiba tiba Haris mengatakan itu pada Luna.

“Tapi aku tak mengajukan permohonan cuti paman.” Protes Luna.

“Aku yang memberimu cuti itu. Kamu sudah empat tahun bekerja tanpa sekalipun minta cuti. Lagian mama dan  papa kamu terus mengomeli aku karena kamu tak juga pulang kerumah. Bahkan waktu lebaran juga kamu ga pulang.” Haris membela diri dari protes anak buah sekaligus keponakan tersayangnya.

“Tapi…”

“Ini perintah! Mulai besok kamu cuti. Posisimu digantikan Ipda Bella.” Tegas Haris. Kemudian dia menoleh pada Tio dan Kelvin. “Tuan Kelvin, seperti yang saya sampaikan tadi siang pengawalan tuan muda Tio mulai besok sampai satu minggu kedepan akan digantikan Ipda Bella. Mohon kerjasamanya.”

“Maaf tuan muda, bolehkah saya mengatakan sesuatu.” Kelvin minta ijin pada Tio. dan pemuda kaya ini  menganggukan kepala mengijinkan.

“Kami juga punya kepala keamanan yang bisa diandalkan dan dipercaya Kapten Haris. Dan mulai besok bila tuan muda Tio setuju dia juga akan standby untuk mengawasi pengamanan tuan muda kami.” Kelvin lalu menoleh pada Tio. “Tuan muda tentu kenal dengan Hendrik. Kepala keamanan tuan besar Joni. Dia yang akan memimpin tim  pengawal tuan muda.”

“Baiklah. Aku setuju paman Kelvin.” Kemudian Tio membisikkan sesuatu pada Kelvin. Setelah itu Kelvin pamit untuk keluar ruangan sejenak. “Dan bibi Luna, selamat menikmati cuti. Kuharap bibi Luna bisa kembali bertugas menjagaku lagi.” Kata Tio dengan menatap tajam pada Luna dan menekankan kata pada menjagaku lagi.

“Baiklah. Paman. Tuan muda Tio. mulai besok aku akan cuti.” Kata Luna santai. Hanya ada satu yang mengganggu pikirannya sekarang. Siapa itu Bella, aku belum pernah dengar nama Ipda Bella selama bertugas bersama paman, pikir Luna dalam hati. Apa dia cantik, single? Luna tenggelam dalam pikirannya sehingga tak menyadari Kelvin  sudah masuk kembali.

“Oh ya, hampir aku lupa. Aku mengajukan promosi kenaikan dua tingkat untuk kamu Luna. Dan telah di approve oleh pusat. Mungkin minggu depan pangkat kamu resmi dinaikkan dua tingkat. Selamat ya.”

“Terima kasih paman. Asyik.” Luna memeluk komandan sekaligus pamannya itu.

Mereka berempat kemudian melanjutkan dengan obrolan ringan. Sekitar hampir satu jam, Alfredo memasuki  ruangan diikuti seorang lelaki berjas hitam. Kemudian lelaki itu memberi hormat kepada semua yang hadir setelah menyerahkan sebuah kotak kecil dan sebuah paper bag pada Kelvin. Dan lalu pamit dan keluar diikuti Alfredo.

Beberapa saat kemudian Haris berpamitan untuk pulang. Selang beberapa menit Kelvin pun berpamitan. Tinggallah Tio dan Luna dalam ruang kerja yang besar dan mewah itu. Tio lalu mengambil paperbag dan sebuah kotak kecil  kemudian berjalan menuju Luna yang masih duduk disofa sambil menyesap secangkir teh hijau. Tio mengulurkan  paperbag dan kotak kecil itu pada Luna.

“Apa ini?” Tanya Luna mengernyit dahinya. Lalu diletakkan cangkir teh pada meja.

“Untuk bibi.” Jawab Tio datar. Luna menerimanya. Lalu membuka kotak kecil terlebih dulu. Sebuah Hape merek terkenal keluaran terbaru. Matanya berbinar, lalu dibukanya paperbag yang ternyata berisi dua box kecil. Luna menghela nafas. Penasaran, segera dibukanya box pertama jam tangan cantik berlapis emas dengan asesoris permata melingkari jam.

Jam tangan itu langsung dipakainya. Sungguh indah ditangan putih Luna. Apalagi malam itu dia mengenakan dress hitam tanpa lengan dengan rok lebar dibawah. Rambutnya disanggul rapi mempamerkan leher jenjang putihnya. Dia lalu berdiri dan meletakkan tangan kirinya yang sekarang telah berhiaskan jam tangan tadi. Sangat pas.

Tio yang memandangnya sangat terpesona. Luna begitu mempesona malam ini.

“Bibi cantik sekali.” Gumamnya lirih. Tapi masih bisa didengar Luna.

Wajah Luna langsung blushing. Dia bingung harus berkata apa. Speechless tingkat dewa.

Luna pura pura tak mendengar gumaman Tio, dia meneruskan membuka box kecil berikutnya. Sepasang anting anting keluaran perusahaan perhiasan terkenal yang diproduksi terbatas ada dalam box itu.

“Cantik sekali.” Serunya girang. Baru tadi siang dia membaca diinternet. Sekarang benda cantik itu telah berada ditangannya. Dia menoleh kearah Tio. Tanpa sadar dia melangkah dan langsung memeluk pemuda tampan itu. “Terima kasih Tio. Cantik sekali antingnya. Terima kasih.”

Tio hanya diam dan membalas pelukan Luna semakin erat. Kemudian dia membisikkan sesuatu.

“Tapi lebih cantik bibi Luna kok.”

Luna memukul punggung Tio dan lalu menempelkan kepalanya diceruk leher pemuda itu. Untuk sesaat dia tak ingin melepaskan pelukan itu. Kemudian dia tersadar akan kelakuannya. Yang menurut dia tak pantas. Dia lalu ingin melepaskan pelukannya pada Tio, tapi pemuda itu seperti enggan melepaskan pelukannya. Luna memundurkan tubuhnya sebahu karena lengan Tio masih menahan punggungnya. Diperhatikan wajah Tio lekat lekat.

“Lepaskan Tio, dan bibi mau tanya untuk apa hadiah ini?”

Tio melepaskan pelukannya. Dan berkata datar “Biar bibi cepat kembali bertugas kesini.”

Lagi lagi pipi Luna merona merah. Dia tertunduk malu, bibirnya tersenyum lebar.

“Ini sudah larut bi. Aku pamit untuk tidur. Besok aku kan mengantar bibi pulang ke mansion paman Jeri. Oh ya  bi, di hape itu sudah tersimpan nomorku. Hanya nomorku.” Katanya memberi penekanan pada kata nomorku, lalu  beranjak meninggalkan Luna.

Keesokan harinya, setelah sarapan berdua. Tio dan Luna duduk santai ditaman. Alfredo datang melaporkan bahwa tuan Kelvin. Tio menyuruh Alfredo untuk mengajak kelvin ke taman.

“Selamat pagi tuan muda.” Ucap Kelvin. Dibelakangnya berdiri seorang lelaki berjas hitam. Sorot matanya tajam tapi mengurangi ketampanannya. “Ini kepala keamanan yang saya ajukan kepada tuan muda. Saya harap tuan muda berkenan.”

Lelaki maju kehadapan Tio dan Luna yang sedang duduk. Dia menyerahkan map coklat pada Tio.

Luna yang melihat Kelvin berdiri menyenggol lengan Tio dan memberi isyarat bahwa Kelvin masih berdiri belum dipersilahkan duduk. Tio yang akan membuka map coklat itu menyadarinya.

“Ah ya… maaf paman. Mana sopan santunku sebagai tuan rumah disini. Silahkan duduk paman.” Kata Tio basa  basi.

Kelvin duduk berhadapan dengan Tio. sementara laki-laki itu tetap berdiri dibelakang Kelvin.

Tio membuka map coklat yang tadi disodorkan lelaki itu padanya.

Nama Lengkap : Marco Dicanio

Usia : 25 tahun

Kemampuan beladiri :

> Thaiboxing tingkat fighter

> Wingchun sabuk hitam

> Juijitsu sabuk hitam

> Kendo level kyudan (Dan 9)

“Marco bolehkah aku melihat keahlian kendo kamu?” Tanya Tio sambil tersenyum. Dia sangat tertarik dengan keahlian pedang seperti yang tercantum dalam biodata Marco.

“Baik tuan muda.” Jawab Marco. Dia lalu melepas jas hitamnya, melipatnya dan menaruhnya diatas rumput. Ternyata dipunggungnya telah menempel katana (pedang jepang) pendek atau dalam bahasa jepangnya  akizashi.

Marco lalu mencabut wakizashi.

“Sebentar, boleh kulihat wakizashi anda?” Pinta Tio antusias. Marco menundukkan kepala lalu menyarungkan  kembali katananya dan menyerahkan dengan dua tangan dibawah, sambil membungkuk. Seolah seorang samurai menyerahkan pedangnya pada shogunnya. “Hmm… sepertinya ini pedang samurai yang bagus. Tidak terlalu berat dan sangat seimbang.” Kata Tio sambil melihat katana yang belum lepas dari sarungnya.

Tio lalu melangkah kearah pohon cemara udang. Tio mencabut katana yang dipegangnya. Lalu menoleh pada  Marco. Yang ditoleh menganggukkan kepala seolah tahu tuan mudanya sedang minta ijin untuk menggunakan pedangnya. Tio lalu berancang ancang, setelah merasa siap dia menebaskan katana itu pada salah satu dahan  yang rendah.

Wezt! Dahan dengan diameter 5 centimeter itu langsung terpotong. Marco kagum pada Tio. Dia tak menyangka tuan mudanya ini mengerti cara menggunakan pedang. Asisten rumah tangga yang ada disekitar situ langsung membersihkan dahan yang terpotong begitu Tio kembali ke tempat duduknya.

“Tepat perkiraanku. Katana yang bagus.” Lalu mengembalikannya pada Marco.

“Saya tak menyangka tuan muda begitu hebat menggunakan teknik sabetan pedang.” Jawab Marco sambil menunduk dan menyorongkan dua lengannya dengan telapak tangan terbuka.

“Hmm.. bibi Luna yang mengajariku.” Jawabnya datar sambil menunjuk pada Luna yang duduk.

Marco menoleh pada Luna dengan pandangan tak percaya, namun berubah kagum pada kecantikan yang  dimilikinya.

“Setelah melihat pedang ini, anda tidak perlu menunjukkan kemampuan berpedang anda. Saya percaya pedang sebagus ini tidak bisa dibeli tapi harus didapatkan.” Kata Tio cepat karena mengetahui Marco memandang Luna dengan pandangan kagum. “Silahkan paman Kelvin, mengantar Marco untuk mengetahui segala yang harus dikenal dan diketahui selama akan bekerja menjagaku.”

“Terima kasih tuan muda.” Jawab Marco. Dia paham tuan muda didepannya ini tak senang ketika dia melihat pada

Luna.

“Baiklah tuan muda, saya akan mengajak Marco dan memberitahukan perihal tim keamanan yang sudah saya bentuk terlebih dulu.”

Kemudian Kelvin dan Marco pergi meninggalkan Tio dan Luna yang masih menikmati pagi ditaman.

Setengah jam berlalu, Tio dan Luna merasa bosan. Baru saja akan beranjak, Alfredo datang melaporkan Kapten Haris tiba dengan membawa seorang polisi wanita berseragam. Tio pun menyuruh Alfredo untuk mengantar menemuinya.

Setelah berbasa basi, Haris memperkenalkan polwan yang diajaknya. Dan seperti halnya Marco, polwan itu menyerahkan stopmap hitam berisi biodatanya. Tio langsung membuka dan membacanya.

Nama Lengkap : Bella Marunia.

> Usia : 24 tahun

> Profesi : Polisi Wanita

> berpangkat Inspektur Dua Polisi

> Keahlian beladiri :

> Karate ban hitam

> Judo ban hitam

> Silat Setia Hati level pendekar

> Memanah level 4 (sertifikat dari INASP) plus expert dalam memanah dengan menunggang kuda.

“Wow, kemampuan anda yang terakhir ini sangat unik. Sebelum hari terakhir anda bertugas disini saya ingin melihat dan belajar pada anda.” Kata Tio sangat antusias, setelah membaca mahir memanah diatas kuda.

Wajah Luna langsung masam mendengar itu.

Terdengar langkah kaki menghampiri. Semua menoleh ternyata Kelvin dan Marco. Setelah mendekat Tio memperkenalkan semuanya.

“Baiklah Marco dan Kak Bella, silahkan anda berdiskusi. Paman Kelvin dan Kapten Haris saya permisi dulu akan mengantar bibi Luna untuk pulang.” Kelvin mengangguk dan membungkuk. Sementara Haris hanya tersenyum.

Beda dengan Marco dan Bella, mereka langsung bergerak mengikuti Tio dan Luna. Dengan tanggap mereka sudah tahu akan tugasnya mengawal, karena belum pernah berdiskusi tentang jadwal dan lain-lain mengenai tugas, maka tanpa banyak bicara keduanya langsung mengekor.

 

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Nini Tipah

Nini Tipah

lope you sekebun buat thor 😘😘😘

2023-12-12

0

Djoni Ayung

Djoni Ayung

semakin asyik dibacanya

2021-11-21

0

Styaningsih Danik

Styaningsih Danik

cie cieeee yg dpt anting2 sm jam tangan bikin pingin...

2021-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!