Eps. 8

“Bos, hacker kita berhasil menemukan sebuah caption dari target yang telah lama kita cari.” Ardian menyampaikan laporan pada Maxi Widodo, kemudian dia memberikan berkas berisi foto yang diambil dari sebuah akun medsos.

Maxi dengan tajam menatap foto yang disodorkan asistennya. “Akhirnya kau membuat kesalahan juga bang**t kecil.” Gerutu Maxi pelan. Bibirnya membentuk seringaian menakutkan. Tangannya segera mengkode. Ardian yang paham lalu menyerahkan hape pada bos nya.

“Kau sudah lacak keberadaannya?” [Maxi]

{--------}

“Segera kamu bereskan. Aku ingin tak lagi ada kegagalan lagi. Paham!”

{--------}

Maxi menutup sambungannya dan melemparkan hapenya lagi pada Ardian.

======

Luna berjalan kedapur. Dia bermaksud minta kepada pelayan untuk dibuatkan minuman jus. Saat langkah sudah

mendekat dapur dia mendengar obrolan dua orang pelayan.

“Sepertinya pak lurah menerima beberapa tamu kaya dari kota.”

“Kamu tahu darimana?”

“Tadi suamiku bilang ada lebih dari sepuluh mobil terparkir di halaman balai desa.”

“Emangnya akan ada pejabat mengunjungi desa kita ya?”

Perasaan hati Luna langsung berkecamuk. Apakah musuh sudah mengetahui tempat persembunyian ini. Batin Luna. Diurungkan niatnya kedapur. Dia lalu bergegas masuk kedalam kamar. Dia mengambil beberapa senjata dan ditempatkan di tempat tempat yang bisa dengan mudah untuk diraihnya bila keadaan mendesak.

“Kuharap Tio langsung balik kevilla.” Harap Luna dalam hati.

Malam itu.

“Tio, bibi minta kamu bersiap. Firasat bibi mengatakan malam ini akan terjadi sesuatu.”

“Ada apa bi?” tanya Tio dengan menatap lekat wajah Luna yang kecantikannya serasa bertambah.

“Entahlah, semoga firasat bibi salah. Kamu ingat kan jalur pelarian dan persembunyian yang telah bibi rencanakan.”

“B-baiklah bi. Semoga ga akan terjadi sesuatu. Aku takut bi.” Luna yang tahu kalau Tio mulai ingat kembali ketakutan masa lalu, berjalan mendekati dan memegang kedua pundak lalu menatap dalam dalam mata Tio. Luna tahu meski Tio bisa beladiri dengan baik, tapi dia tak punya pengalaman bertanding. Dan itu bisa membuat masalah kalau Tio berada jauh dari sisinya saat terjadi hal hal yang tak diinginkan.

“Tenanglah, aku akan menjagamu dengan nyawaku sebagai taruhannya.” Kata Luna lalu memberikan pelukan. Dia berharap pelukannya bisa meredam ketakutan dan memberikan rasa aman pada tio.

Tio terdiam dalam pelukan Luna. Rasa nyaman langsung hadir. Kemudian dia melepaskan diri. “Aku akan bersiap  dan waspada bi.” Dengan mantap Tio menjawab. Lalu pergi masuk kamar dan mempersiap diri.

Dia mengingat semua plan yang telah diajarkan Luna.

Tio sudah tertidur dikamarnya. Sementara Luna sudah mulai hanyut di kursi ruang tamu. Dia tertidur menghadap jendela yang mengarah pada gerbang, ditangannya sebuah AK47, senjata faforitnya.

Menjelang fajar. Luna terbangun mendengar deru mobil memasuki halaman villa. Dengan cepat dikumpulkan semua

kesadarannya. Lalu merunduk melihat keluar dari jendela yang cukup lebar. Banyak mobil berjajar menghadap villa ini. Lampunya depannya tidak dimatikan, bahkan ditambah lampu sorot menyala terang terpasang diatas kap masing masing mobil. Lina menghitung ada dua belas mobil SUV berbagai merk dan type. Beberapa orang turun dan berdiri disamping mobil. Tangan tangan mereka melakukan gerakan secara bareng, mengokang senjata laras panjang.

Luna segera berlari dengan merunduk. Kondisi dalam villa yang gelap minim penerangan dibiarkan oleh Luna. Dia ingin para penyerbu villa beranggapan penghuni villa ini sedang tidur atau berharap villa ini tak berpenghuni. “Huh, pemikiranku sangat konyol saja, mungkin efek tak pernah turun mengejar penjahat dalam empat tahun ini.” Batin

Luna. “Mereka ada disini tentu saja karena sudah memastikan targetnya ada disini.” Sungut Luna lagi. Terus berlari menuju kamar Tio dilantai dua. Dibukanya pintu kamar, dilihatnya Tio sedang duduk bersandar pada nakas. Tangannya merangkul erat lututnya.

Tio melihat kearah Luna. “Bi…” Luna meletakkan telunjuknya dibibir. Lalu mendekati Tio yang masih ketakutan.

“Tenang… kamu ikuti aku sekarang. Jangan sampai terlalu jauh.” Luna menarik tangan Tio untuk mengikutinya keluar kamar.

“KALIAN YANG DIDALAM. CEPAT KELUAR!!! ATAU KUBUNUH GADIS INI DAN KELUARGANYA!!!” terdengar  sebuah teriakan dari toa. Luna segera menyeret tangan Tio turun. Diintipnya keluar jendela.

“Ra-ra?” Luna terkejut. Kenapa Rara yang dijadikan sandera? Pikir Luna dalam hati. Tio lalu mencoba mengintip.

Matanya melotot melihat adegan Rara berdiri didepan mobil, seorang lelaki menodongkan pistol dikepala Rara. Terlihat Rara menangis ketakutan. Sejenak kemudian orang tua Rara didorong masuk hingga terjatuh kesamping Rara. Gadis itu semakin ketakutan.

“Jangan keluar aden….” Teriak ibu Rara. Tak lama kemudian terdengar makian dan suara tembakan.

Tio dan Luna masih mengintip. Mereka melihat ibu Rara tersungkur setelah ditembak tepat dikepala. Tio langsung syok. Bayangan papanya ditembak kembali melintas. Luna yang mengetahuinya menggoyang-goyang pundak Tio agar bayangan masa lalu itu buyar.

“Tenang Tio… tenanglah.” Pinta Luna tegas. “Asal kamu tahu, Rara dan keluarganya akan tetap mati. Baik kita keluar atau tetap disini. Mereka semua penjahat gila Tio. Paham?”

“I-iya bi.” Sejurus kemudian. Tio sudah bisa menguasai pikirannya. Matanya menatap tajam kearah halaman. Luna pergi mengambil beberapa pucuk senjata. Diberikannya pada Tio satu AK47, satu M24SWS dan satu pistol glock. Tak lupa beberapa magazen dan kotak peluru dalam sebuah backpack kecil.

Luna sendiri menenteng AK47, dipundaknya tersampir satu shotgun dan uzi. Dipinggangnya ada dua pucuk desert eagle caliber 44.

Tio menyampirkan AK nya, menyelipkan glock dipinggang belakang. Sementara M24SWS nya dia tenteng. Dalam

situasi mengintai seperti ini M24 lebih tepat karena senapan ini sudah dilengkapi dengan telescope optic . Jika  dalam situasi serbu tentu saja AK47 adalah pilihan terbaik. Begitu analisa Tio.

Tio kembali mengintip keluar. Dilihatnya Rara menangis sejadinya, meski tak bergerak. Dengan kondisi berlutut dan tangan diikat kebelakang. Kondisi bapaknya juga sama. Bahkan terlihat jelas celananya basah. Ketakutan dan putus asa terlihat nyata diwajah keduanya.

“Ayo Cepat KELUAR! Aku hitung sampai sepuluh. Kalian tak keluar satu persatu akan kubunuh mereka.”

“Aku akan memeriksa, apakah kita bisa kabur sesuai rencana atau tidak.” Lina berhenti mengawasi raut muka Tio

yang makin mengeras. Suara gigi terdengar lirih. Luna tahu Tio sudah diliputi amarah melihat kejadian tadi. "Tenanglah Tio, redam amarahmu. Jangan ceroboh. Tunggu aku kembali. Mengerti!” Tio hanya mengangguk.  Sementara pandangannya masih kedepan. Luna meninggalkan Tio.

Setelah Luna pergi, Tio beranjak bergeser kekiri. Dia mendekat pada kusen jendela paling kiri. Pada kusen itu telah direka Luna sedemikian sehingga bisa diambil satu lobang kotak. Sehingga bisa memasukkan moncong senjata tanpa harus memecahkan kaca.

Tio mengambil kayu penghalang sehingga lobang kotak tercipta. Dimasukkannya moncong M24SWS dia  mengarahkan tepat ke kepala sipenodong Rara.

“…5, ….6, …” Suara letusan menggema. Lelaki yang menodongkan pistolnya ke Rara, tiba tiba ambruk menimpa

tubuh Rara. Gadis itu menjerit hebat dibawah tindihan mayat.

Luna yang mendengar suara tembakan segera berlari menuju Tio berada. “Sh*t, kubilang tenang Tio.” Katanya

setelah disamping Tio. Terdengar komando tembak. Sesaat kemudian kaca-kaca pecah beterbangan, serpihan tembok dan kayu melayang diterjang peluru yang ditembakkan.

 

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nini Tipah

Nini Tipah

uhhh 🤭😁😁

2023-12-12

0

Nurlaela Ella

Nurlaela Ella

asli authornya hebat bisa tau jenis senjata

2022-11-04

0

Djoni Ayung

Djoni Ayung

bagus Tio

2021-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!