Eps. 17

Kediaman Maxi Widodo

Kegagalan pembunuh bayarannya membuat Maxi marah hebat. Dia menemui Jimy pemimpin kelompok pembunuh bayaran yang disewa Maxi.

“Jimy, kita sudah lama saling kenal. Kita sudah lama bekerja sama…” Maxi menjeda kalimat datarnya dan menatap tajam pada lawan bicaranya. “Kenapa menghadapi dua cecunguk saja kau selalu gagal hah?” Maxi melanjutkan  kalimatnya dan menekankan pada kata gagal.

“Maaf bos, mereka benar benar dinaungi dewi fortuna. Tapi bos tenang saja saat bertemu mereka lagi, tak akan ada lagi kesempatan mereka untuk bernafas.” Jimy yang ditatap tajam tetap menjawab Maxi dengan sangat tenang.

Dalam misinya kali ini dia sangat malu, karena reputasi genk capit merah sebagai the best assassin harus gagal dan memberikan coretan diwajahnya. Sebenarnya dia merasa sangat malu pada Maxi, tapi sebagai professional dia menghadapinya dengan sangat tenang dan dingin. Bahkan sejak kecerobohannya dengan tidak terbunuhnya Tio Alberto Widodo, dia sudah memberikan garansi, tak akan men carghe biaya operasional. Akan tetapi dia semakin rugi besar dan semakin mendapat malu karena gagal lagi.

“Kalo gagal lagi?” Tanya Maxi tajam dan kini wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah Jimy. Yang ditanya tetap dengan ekspresi yang tenang dan dingin.

“Tembak jidatku.” Jawabnya datar, sambil menyerahkan pistol berkaliber besar pada Maxi.

Maxi terbahak bahak. Dia pergi ke meja bar dan menenggak minumannya.

“Kuberi kau waktu tiga bulan. Kalau gagal lagi… KAU MATI!!”

 

 

Dibawah ini, untuk sekedar menambah imajinasi para pembaca kembali author sajikan profile dua tokoh jahat novel "KISAH TIO DAN BIBI LUNA".

Nama : Maxi Widodo

Usia : 45 tahun

Profesi : CEO MW Group

Adalah adik nomor dua dari Joni Widodo. Masih ada lagi satu adik daripada Joni Widodo, yaitu Rodi Widodo. Dua saudara Maxi itu sudah meninggal dibunuh pembunuh bayaran yang disewanya.

Sosoknya tinggi besar dengan kulit sedikt kehitaman ditambah dengan jambang dan berewok tercukur rapi serta tatapan mata yang tajam. Membuat siapapun yang menjadi lawan bicara akan berada dalam kondisi dibawah tekanan.

Maxi Widodo termasuk pengusaha sukses. Semenjak kedua orang tuannya meninggal, harta warisan telah dibagi secara adil. Dan ketiganya juga sukses dengan usahanya masing masing. Tapi rasa benci telah membuat mati mata hati seorang Maxi Widodo.

Kebencian Maxi terutama pada kakaknya. Karena Joni berhasil memperistri Maya, mendapatkan cinta wanita yang Maxi dambakan. Karena cinta tak terbalas, kebencian timbul karenanya.

Maxi mulai mengulik lagi harta warisan dari orang tua mereka. Tetapi Joni punya bukti yang membuat Maxi tak berkutik. Maxi sebenarnya tahu kakaknya orang yang baik, dia pasti akan memberikan sebagian hartanya bila dia meminta. Tapi bukan itu yang ada dipikiran Maxi. Yang membuat dia sakit harus hancur dan mati.

Kebencian semakin membutakan hatinya. Ditambah sifat aslinya yang serakah dan selalu terobsesi pada anti kegagalan. Membuat kekejaman dan kebengisannya menjadi jadi.

 

 

Nama : Jimy Sadeva

Usia : 30 tahun

Profesi : Ketua Capit Merah

Sosoknya tinggi besar dan tegap. Sorot matanya tajam menghujam siapapun lawan bicaranya. Meski berwajah cukup tampan, Jimy Sadeva adalah pembunuh berdarah dingin.

Jimy Sadeva pernah berada dalam satu kesatuan pasukan elit negeri ini. Dia salah satu prajurit cemerlang. Kepandaian dan kemampuannya mampu mengundang perhatian dari para jenderal. Diusianya yang masih muda, dia telah mendapat banyak penghargaan atas keberhasilan misi yang diembannya.

Pada tugas terakhirnya untuk menghalau gerombolan pengacau keamanan di dekat perbatasan negeri ini, tiba tiba dia menghilang setelah berhasil menghancurkan markas gerombolan pengacau.

Sejak saat itu, keberadaannya bagai siluman. Pihak intelejen Negara hanya tahu dia membentuk organisasi kecil berisi para disertir pasukan elit dari berbagai Negara untuk menerima misi pembunuhan, sabotase, terorisme dan lain lain.

Jimy Sadeva adalah mantan Luna Ginaya Budianto.

\=== Kembali pada Tio dan Luna===

Sebuah mobil memasuki mansion. Jalanan menuju mansion ditanami pohon palm di sisi kanan dan kirinya. Jalan itu seolah membelah padang rumput yang luas. Mobil berhenti didepan mansion.

Haris turun terlebih dulu baru kemudian Tio dan Luna. Barisan pengawal dan asisten rumah tangga telah berdiri rapi di anak tangga menuju mansion.

Tio lalu melangkah menaiki tangga mansion, semua yang berdiri menundukkan kepala hormat.

“Selamat datang tuan muda.”

Tio terus melangkah. Sampai dipuncak tangga Tio menjumpai lelaki tua bertuksedo. Lelaki itu berwajah datar. Senyum tipis dilepaskan hampir tak terlihat.

“Selamat datang tuan muda. Sudah empat tahun lebih kami menunggu anda kembali ke mansion ini.” Kata laki laki tua itu. Dia adalah Alfredo, Kepala Asisten Rumah Tangga. Dia sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarga Joni Widodo, bahkan sejak Joni masih belum menikahi Maya ibunya Tio.

“Terima kasih Alfredo.” Lalu Tio melangkah memasuki mansion.

“Semua sudah dipersiapkan tuan muda, juga kebutuhan untuk nona Luna. Tuan Haris dan Nyonya pengacara Yeni telah memberitahu kepada kami dua hari lalu.” Alfredo menjelaskan segalanya jelas dan kaku.

“Hmmm…”

“Tadi sekretaris pribadi tuan besar Joni, tuan Kelvin bilang setelah makan malam baru bisa datang menemui anda tuan muda. Hari ini beliau masih memimpin meeting diperusahaan.”

“Baiklah. Antarkan bibi Luna ke kamarnya.” Titah Tio pada Alfredo. Alfredo kemudian memanggil seorang asisten perempuan yang masih muda untuk mengantar Luna. Sementara Tio segera berlalu menuju kamarnya dilantai dua, setelah Haris berpamitan untuk kembali kekantornya.

Tio membuka kamarnya, kamar yang empat tahun lebih ditinggalkannya. Masih sama tak berubah. Tio bergegas  menuju kamar mandi dan segera mandi. Tubuhnya lelah, kenangan dalam kamar ini membuatnya mengingat masa masa orang tuanya masih bersama dengannya.

Kesedihan dalam hati mengingat papanya dan mamanya meninggal. Air mata Tio mengalir bercampur dengan air shower. Dia teringat masa masa bahagia itu. Dia rindu orang tuanya.

Sementara Luna yang telah diantar ke kamar tamu, bergegas membuka walk in closed yang menjadi penghubung dengan kamar mandi. Beragam jenis pakaian dan sepatu terpajang disana. Ukurannya pun pas dengan dia. Senyum langsung mengembang. Persiapan yang sungguh sempurna.

Luna tak terlalu terkejut, dia sendiri adalah anak pengusaha kaya. Meski tak sekaya keluarga Widodo. Yang dia heran adalah ukuran baju, sepatu bahkan underwearnya pun pas. Bagaimana mereka tahu ya? batin Luna dengan wajah melongo keheranan.

Pintu kamar diketuk, Luna membukanya. Ternyata Alfredo dia hanya mengatakan makan siang akan disajikan satu jam lagi. Luna mengangguk dan bertanya apa Tio akan makan dibawah? Dan Alfredo mengiyakan.

Luna segera mandi dalam bathup. Sudah dua minggu lebih dia tak memanjakan diri dengan menikmati mandi  bathup lengkap dengan aroma terapinya.

Tepat satu jam Luna keluar kamar. Dipakainya pakaian kasual namun tetap anggun menawan. Mengenakan dres panjang selutut dengan strip bermotif bunga kuning gading diujungnya warna navy bermotif bunga dengan krah menutup sampai leher. Tampilan Luna makin terlihat anggun ditunjang heels sepuluh sentimeter berwarna hitam. Rambutnya hanya dihiasi jepit kecil berbentuk bunga warna pink. Dengan riasan makeup tipis natural semakin membuatnya  girly looks namun anggun menawan.

Luna turun menuju ruang makan diantar satu pelayan yang mengatakan bahwa tuan muda Tio sudah menunggu di meja makan.

Pintu ruang makan dibuka tampak disana sebuah meja panjang. Tio telah duduk di kepala meja. Disamping kirinya telah duduk pengacara Yeni. Luna memasuki ruang makan. Tio berdiri. Yeni yang melihat Tio berdiri pun ikut berdiri menyambut Luna.

Luna kagum akan penampilan Tio saat itu. Simple, tapi terlihat dewasa banget. Dengan balutan kemeja lengan panjang warna abu abu, lengan digulung dibawah siku. Dipadankan dengan celana hitam model slimfit sangat pas dengan sepatu pantofel hitam mengkilatnya. Rambutnya disisir rapi dan dilengan kirinya bertenger jam tangan berwarna hitam. So perfect dimata Luna.

Alfredo menarik kursi sebelah kanan TIo. sehingga Yeni dan Luna duduk berhadapan. Dilihatnya penampilan pengacara Yeni. Sungguh mantan kekasih pamannya ini cantik mempesona. Berbalut dress selutut warna marun dengan lengan tiga perempat berkrah kecil. Rambut sebahu bergelombang berwarna coklat soft dibiarkan tergerai. Anting panjang berbandul mutiara putih semakin menambah kecantikan wanita paruh baya didepan Luna ini.

Luna melempar senyum manis pada Yeni. Dan kemudian dibalas dengan senyuman yang tak kalah manis.

Kemudian acara makan siang pun berlangsung. Tak banyak perkataan yang keluar dari acara makan siang itu.

Terpopuler

Comments

Nurlaela Ella

Nurlaela Ella

jangan2 ketua capit merah si jimi mantan pacar luna

2022-11-04

0

Djoni Ayung

Djoni Ayung

asyik

2021-11-21

0

Alif Nurjanah

Alif Nurjanah

gmn jd nya nanti klo lawan sm mantan?

2021-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!