Eps. 13

Haris menyuruh untuk masuk pada pengetuk pintu.

Seorang petugas melaporkan pengacara Yeni ingin membesuk Tio dan Luna. Haris mempersilahkan untuk masuk.

“Tio… syukurlah kamu baik baik saja.” Yeni langsung memeluk Tio yang duduk dibrankar.

“Syukur kami bisa selamat aunty.” Jawab Tio sambil melihat sahabat mamanya. Lalu kemudian menoleh pada Luna. “Bibi Luna telah bertugas dengan sangat baik.”

Yeni tersenyum dan lalu memeluk hangat Luna. “Terimakasih Luna.”

Luna melempar senyuman dan mengangguk.

Kembali mereka dalam obrolan hangat.

“Tio, kamu tahu bagaimana posisi kalian bisa bocor?” Haris bertanya pada Tio.

“Tidak paman Haris.”

“Medsos.” Jawab Haris memberitahu.

“Medsos? Kami ga pernah buka akun medsos kami lagi. Disemua platform sudah kami non aktifkan.” Luna membela diri. Karena memang merasa selama empat tahun sudah menutup dari dunia maya.

“Memang benar yang kamu katakana Luna. Tapi ketampanan Tio membuat seorang Rara menampilkan fotonya disertai dengan caption yang bisa membuat seorang hacker dan tracker mengetahui posisi kalian.” Haris menjelaskan lagi.

“Aah.. foto selfie.” Tio menepuk jidatnya, menyadari dia telah lalai melarang Rara mengambil foto selfie.

Haris mengangguk mengiyakan. Sementara wajah Luna langsung cemberut. Tio yang tahu wajah Bibinya cemberut hanya menunduk penuh penyesalan.

“Resiko punya wajah tampan.” Kata Yeni memberikan pembelaan agar Tio tak terlalu merasa bersalah. “Next time lebih berhati hati ya.” Yeni berkata sambil menepuk bahu Tio. Yang ditepuk bahunya mengangguk sambil terus  menundukkan kepala menyesali kebodohannya membuat ibu Rara meninggal.

“Oh ya, apa kamu bisa memberikan tempat aman lagi Yen?” Haris bertanya untuk mencairkan suasana setelah beberapa saat berubah menjadi beku.

“Maaf Ris, kepolisian memang bisa menutup media untuk tidak memberitakan kejadian divilla. Tapi dimedsos telah tersebar luas cerita di villa dan pembersihan penduduk desa itu oleh gerombolan penjahat.” Jawab Yeni pelan.  "Kerabatku dan musuh Maxi lainnya yang aku kenal jadi ragu membantu untuk menyediakan tempat aman.”

“Hah?” Tio terperanjat mendengar jawaban Yeni. “A-apa maksud aunti dengan pem-pembersihan penduduk d-desa?” Tio terbata bata karena merasakan begitu sesak dadanya.

Yeni hanya melongo menyadari kesalahannya dalam menyampaikan berita. Tentu saja Tio terpukul dan merasa sangat bersalah. “Cih bagaimana ini? Bodoh… bodoh… bagaimana mulut ini langsung aja nyerocos ga pake saringan.” Gerutu Yeni dalam hati. Dia bingung mau menjawab seperti apa lagi.

Sejenak ruangan menjadi sepi dan membeku.

Haris kemudian melangkah mendekati Tio. Dia lalu duduk dibrangkar tepat disebelah Tio. Haris mengambil nafas dalam dalam, menepuk pundak pemuda tujuh belas tahun disebelah itu.

“Bukan karena kesalahan kamu Tio, ini semua sudah takdir.” Haris melepas napasnya, lalu menarik nafas lagi dalam dalam. “Seluruh penduduk desa dibunuh tanpa terkecuali. Kami menemukan mayat bergelimpangan di setiap rumah warga. Tapi…” Haris berhenti bercerita dan melepaskan lagi nafasnya seolah begitu berat untuk bercerita pada Tio.

“Tapi apa paman?” Luna penasaran.

“Mayat Rara tidak kami temukan. Semua jenazah sudah terkonfirm identitasnya. Dan jenazah Rara tidak berada disana.”

Tio menangis sesengukan. Dia begitu merasa berdosa. Dia merasa dialah penyebab seluruh penduduk desa yang selama empat tahun menerima dia dan bibi Luna dengan tangan terbuka penuh kehangatan harus mengalami nasib tragis. “Aku yang salah paman… semua salahku…” Tio memukul mukul kepalanya sendiri menyesali kejadian yang telah terjadi.

Luna menghambur memeluk Tio. “Tidak Tio ini bukan salahmu, bibi yang salah. Bibi yang lengah.” Luna juga menangis. Dia memeluk Tio berharap pemuda ini tak larut dalam rasa bersalah.

Haris dan Yeni terdiam seribu Bahasa. Mereka juga bingung harus berkata apa untuk menghilangkan perasaan bersalah Tio.

Tok…tok…

“Masuk.” Jawab Haris.

“Kapten bripda Linda dan bripda Gita mohon ijin bertemu dengan Ipda Luna.” Kata petugas penjaga.

“Silahkan masuk.” Setidaknya dengan menerima tamu Tio atau Luna bisa sedikit melupakan.

“Selamat siang…” Dua perempuan cantik berseragam polisi masuk kedalam kamar. Sekejap kemudian berdiri tegak karena melihat atasan mereka juga berada disana. “Maaf kapten saya tidak tahu anda juga berada disini.” Ucap  salah satu dari mereka dengan sikap sempurna.

“Saya juga minta maaf kapten.” Satunya lagi berkata.

“Tidak apa, masuklah. Ini bukan kantor.” Jawab Haris. Tangannya mempersilahkan keduanya untuk menemui Luna.

Luna yang masih duduk berhadapan dengan Tio yang menangis, langsung menoleh dan turun begitu mengetahui teman baiknya dikantor datang. Mereka langsung berpelukan dan mengobrol dengan hangat.

“Tio.. sini…” Luna memanggil dan menyuruh Tio untuk mendekat. “Kenalkan ini Linda dan Gita. Gita, Linda ini Tio.” Luna memperkenalkan Tio dengan dua teman baiknya. Tio bersalaman dan menyebutkan namanya. Lalu beranjak pergi. “Kemana Tio… duduk disini aja.” Kata Luna lagi.

“Mau ke toilet dulu.” Jawab Tio datar. Sementara Haris dan Yeni pamit keluar untuk kekantin rumah sakit.

“Pantessss kamu betah senior. Ganteng banget. Berondong lagi.” Kata Gita sambil terkikik. “Linda aja tadi pas salaman sampai melongo ga nyebut namanya.”

Gita tertawa, Luna juga karena mereka tadi sempat memperhatikan Linda yang hanya bengong menatap kearah  Tio.

“Ih.. apaan sih. Masa aku sampe segitunya? Tapi emang ganteng banget sih. Kayak artis sinetron. Mas Farell Bramastya.”

“Bener juga omongan kamu Lin.” Gita mengamini pendapat Linda.

“Hei… kalian ini kesini katanya mau besuk senior mu ini. Malah bahas Tio.” Luna berkata sambil memasang wajah jutek.

“Tadi sih niatku murni gitu kak. Tapi… sekarang jadi belok deh. Hahahah…” Linda tertawa ngakak. Kemudian tersedak saat sadar Tio sudah mendekat. “Uhuk… uhuk…” Tio yang tahu segera mengambil air mineral kemasan gelas dan menyodorkan pada Linda.

“Kualat tuh!” kata Gita dan Luna bersamaan. Linda segera menyambar gelas yang disodorkan Tio. Lalu  meminumnya.

“Makasih ganteng.” Kata Linda sambil mengangkat kedua alisnya menggoda.

“Hei… inget calon suami mu.” Kata Gita sambil menyikut Linda.

“Ih… Gita kau merusak kebahagiaanku. Menyebalkan.” Gerutu Linda terus memonyongkan bibirnya.

Gita dan Luna tertawa terbahak melihat bibir manyun Linda. Tio sendiri yang digoda Linda hanya melemparkan

senyum manis.

“Hei, Tio menurut kamu senior Luna ini cantik kan?” Tiba tiba Linda bertanya pada Tio. Luna otomatis berhenti tertawa. Dan menoleh kearah Tio.

“C-cantik. Bibi cantik kok. Udah pernah kubilang pada bibi waktu pertama berkenalan.” Jawab Tio sedikit kaget, tapi tetap dengan polosnya.

“Apa kamu bilang? Bibi?” Gita sekarang penasaran.

“Ho oh, aku panggilnya bibi Luna. Lah bibi yang minta gitu. Kalo ga, aku kena jewer.” Kata Tio sambil mengingat jeweran keras yang pernah diterimanya dari Luna.

Linda dan Gita ganti menoleh kearah Luna sambil mengernyitkan dahi mereka. Dan Luna membalasnya dengan dengan memutar matanya malas.

“Satu lagi Tio, aku penasaran. Pake banget looo…” Gita menggoda tapi dengan mimik muka dibuat sangat serius. Tio langsung menyorongkan badannya kedepan. “Kamu pernah bilang kan kalo senior Luna itu cantik?” Gita  menatap Tio. Gila ganteng banget nih cowok, pekiknya dalam hati. Tapi dia menahan gejolak hatinya, “Bagaimana reaksi senior?”

“Ehm…” Tio menggaruk ujung kepalanya mengingat kejadian saat itu. “Seingetku wajah bibi Luna tiba tiba memerah, tapi kupikir tiba tiba ngerasain sakit. Dan benar bibi langsung buru buru memboncengku ketempat persembunyian.”

“What. Apa yang kalian lakukan ditempat persembunyian setelah itu?” Tanya Linda otak mesumnya tiba tiba  terpancing.

“Ya… tidurlah.” Jawab Tio polos. Linda dan Gita yang mendengar jawaban itu melongo, lalu menutup mulut masing masing seolah syok berat.

“Hei… hei… ga seperti yang ada dalam otak mesum kalian ya! kita tidur dikamar masing masing tau! Lagian waktu itu umur Tio baru tiga belas tahun.” Luna menyeringai pada dua teman yang terus menggodanya. “Kalian ini junior ga ada akhlak ya…” sambil melempar bantal kearah Linda dan Gita.

Linda dan Gita tertawa. “Kalopun seperti yang kami pikirkan juga ga papa kok senior. Cuman sayang ga ada bukti video nya” Kata Gita sambil terkikik.

“Kalian ini…” Luna gemas pada dua temannya ini. Lalu Luna menggelitik keduanya. Ketiga perempuan itu tertawa tawa. Tio bingung tak mengerti, tapi ikut tertawa juga karena melihat semuanya tertawa.

Beberapa saat kemudian Linda dan Gita berpamitan karena harus kembali bertugas.

 

Bersambung...

=====================

Jangan lupa Komentar ya readers baik hati

Terpopuler

Comments

Djoni Ayung

Djoni Ayung

asyik sekali Tio dan luna selamat dari maut hahahaha😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂

2021-11-21

1

Styaningsih Danik

Styaningsih Danik

rara?kemana dia? jangan2 direkrut dicuci otaknya? bisa jadi kan?🤔🤔🤔 buat senjata pamungkas biar tio mudah ditangkep

2021-10-31

0

Srie wibi

Srie wibi

awalnya saling Menggoda tp lama2 pst PNY rasa

2021-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!