EPS. 3

“Ugh.” Tubuh Maya roboh disebelah suaminya, dia meninggal dengan satu tangan masih terkepal memegang kaos polo suaminya.

Sementara itu. Tio yang berada ditempat persembunyian langsung teringat teman barunya. Dia yang masih belum paham dengan bahaya yang ada keluar bermaksud mengejar papinya. Tetapi dia melihat beberapa orang turun  ditangga dengan menenteng senjata, Tio pun sembunyi dibalik nakas kecil. Dia melihat papinya ditembak waktu  akan membuka pintu, lalu ditembak lagi tepat didada. Tio terhenyak, takut menderanya. Dia perhatikan lagi sosok yang menembaknya.

Lelaki gagah dengan pakaian hitam-hitam. Potongan rambut cepak mirip tentara. Tio tersadar dari takutnya, dia segera berlari merunduk menuju tempat persembunyian. Panik. Dia terlupa pada Doni yang tertidur di suite miliknya.

Ketika sudah berada di almari tersembunyi, Tio mendengar pintu dapur dibuka. Tio mencoba memberanikan untuk

mengintip dari lubang angin yang sempit. Ditempat itu Tio hanya bisa duduk. Dia hanya melihat seorang yang masuk. Itupun hanya tangan yang menenteng senjata. Tio melihat ada tato berwarna merah berbentuk seperti capit kepiting berwarna merah. Tato itu samar terlihat karena tangan itu memakai sarung tangan karet tipis.

Tio menggigil ketakutan dalam almari. Disembunyikan wajahnya didalam lutut. Menggigil.

Sesaat kemudian terdengar percakapan.

“Jimi, kau sudah periksa suite itu.”

“Sudah bos, ada anak sekitar usia smp tertidur disana. Dan sudah kuhabisi.”

“Baiklah. Aku akan lapor ke bos. Kalian bersiaplah naik ke heli sekarang.”

“Siap.”

Hening…

Flashback Off

Mobil sport merah itu mengarah keluar kota setelah Luna merasa tidak ada lagi yang mengikutinya. Luna  menghentikan mobil sport itu dipinggir hutan. Dia lalu turun dan berjalan menuju sebuah tumbuhan semak yang  rimbun dan banyak daunnya yang mongering. Luna memutari semak semak itu, lalu menyeret dan memindahkan  dahan semak satu persatu. Dan lalu terlihatlah jalan yang cukup dilewati satu mobil. Jalan itu terbuat dari tanah.

Luna mengarahkan mobil masuk kejalan tanah itu. Setelah beberapa meter berhenti lagi. Luna turun lagi dan mulai mengembalikan tumbuhan semak keposisi semula. Ternyata tumbuhan semak itu dipakai sebagai kamuflase untuk menutupi jalan kecil yang dilewati Luna.

Butuh waktu untuk mencapai pondok yang dimaksud Haris untuk dipakai sebagai persembunyian sementara.  Karena mobil sport yang ditunggangi bukan kualifikasi jalan tanah yang tak rata. Hampir satu jam mereka baru  sampai di sebuah area yang terbuka. Satu pondok kayu kecil.

Luna turun dan langsung masuk kedalam pondok. Dilihatnya pondok dengan tiga kamar tidur dan satu kamar lagi

yang terbesar sebagai ruangan multifungsi. Ruang makan, dapur, dan gudang. Dibelakang ada sungai kecil mengalir. Sungai itu bermata air dari bawah akar pohon tua yang besar seratus meter dari pondok.

Luna terpaksa kembali kemobil karena Tio belum juga turun. Dilihatnya Tio sedang tertidur pulas.

Kasihan juga anak ini. Harus menyaksikan orang tuanya dibunuh. Batin Lena mengamati wajah polos berkulit putih berhidung mancung itu. Pakaian Tio masih sama.

Luna pun membiarkan saja Tio. Dia lalu kembali kekabin. Perutnya lapar. Dibukanya nakas dekat kompor gas lalu diambilnya mi instant dan dua kaleng corned beef. Diperiksanya tabung elpiji, penuh. Luna pun segera memasak.  Setelah matang dia mempersiapkan piring dimeja, dan bergegas membangunkan Tio.

Tio terbangun setelah Luna menggoyang bahunya dengan keras. Sambil mengumpulkan kesadarannya dia  menatap lekat kearah Luna, cantik gumamnya dalam hati.

“Cepat bangun jangan bengong. Oh ya nama kamu Tio Kan? Aku Luna yang akan menjaga keselamatan kamu.”

\===o0o===

Haris memijit dahinya. Dia berpikir keras. Kemudian dia masuk mencari dokter forensik paling senior disitu.

“Burhan, jangan sampai ada yang terlewatkan. Kumpulkan semua bukti yang kau bisa. Aku tunggu laporan forensik secepatnya.”

“Siap Kapt.” Haris lalu mengambil hapenya dan menelepon pengacara keluarga Joni. Yang kebetulan juga adalah teman Haris.

“Halo, selamat pagi Yeni.” [Haris]

“Halo Haris, ada apa kau telepon sepagi ini?” [Yeni]

“Joni dan keluarga dibunuh. Dimana aku bisa menemuimu?”

“HAH!?! APA?!?” [Yeni berteriak kaget]

Haris menjauhkan gagetnya. Kupingnya mendengung mendengar teriakan keterkejutan Yeni. Pengacara ini adalah sahabat SMA Maya. Terasa sekali kalau Yeni begitu terpukul mendapat telepon dari Haris.

“Baiklah, satu jam lagi kita bertemu dikantor. Ada hal yang ingin aku tanyakan.” [Harirs]

“O-oke…” [Yeni]

“Sampai jumpa nanti Yen.” Lalu telepon ditutup haris.

Haris naik ke deck paling atas. Dia mengawasi kerumunan warga dan wartawan. Mereka tertahan garis polisi yang

dibentangkan anak buah Haris. Dia mengamati orang-orang itu. Meskipun dia tak bisa memastikan apa yang  dicarinya disana.

Haris turun lagi dan menemui Iptu Darwin, bawahan kepercayaannya.

“Darwin kau handle tkp ini. Aku balik dulu. Kutunggu laporan secepatnya. Perhatikan dengan detail hal yang bisa

dijadikan bukti.”

“Siap Kapt.” Iptu Darwin menjawab sambil melakukan hormat.

Haris meninggalkan TKP dan meluncur kerumahnya menggunakan mobil patroli yang tadi digunakan Luna.

Sesampainya dirumah Haris langsung mandi. Setelah mandi dia berganti baju bebas, Haris adalah polisi reserse tidak harus selalu berseragam saat dinas. Tanpa sarapan Haris langsung kekantornya.

“Maaf terlambat Yen.” Kata Haris setelah melihat Yeni sudah duduk dalam ruangannya. “Kau mau kopi atau teh?”

Lanjutnya.

“Kopi cream aja Ris.” Yeni memanggil kapten polisi dengan memanggil nama panggilan saja. Karena mereka memang berteman sejak lama.

Setelah memberikan kopi cream pada Yeni, Haris menceritakan kejadian tadi pagi. Yeni yang mendengarkan langsung memotong dengan pertanyaan.

“Aku tahu, Joni dan keluarganya pergi berlibur dengan yacht. Tak kusangka kematian mereka sungguh tragis. Aku

sangat sedih mengetahui Maya meninggal dengan tidak wajar Ris.” Mata Yeni terlihat sembab menahan air mata  saat menyebut sahabatnya Maya. “Kamu katakan tadi ada mayat anak lelaki tak dikenal?”

“Iya. Mayat itu belum diketahui identitasnya. Dia meninggal dalam suite yang berbeda dengan Joni dan Maya diketemukan.”

“Apa kamu yakin itu bukan Tio. Putra semata wayang Joni dan Maya?” Tanya Yeni menegaskan.

Haris menggelengkan kepala. Dia belum menceritakan keseluruhan cerita pada Yeni. Dimana Tio diketemukannya

masih hidup. Dan sekarang dalam pengamanan kepolisian meski belum secara resmi.

“Terus, Tio dimana Haris?”

Belum sempat Haris menjawab. Pintu ruangan diketuk. Haris mempersilahkan masuk pada orang yang mengetuk

pintu.

“Ada laporan sebuah jeep terbalik dijalan XX Kapt. Menurut saksi mata, Jeep terbalik setelah dipotong jalannya

oleh mobil sport warna merah, tetapi seluruh penumpang jeep itu membawa senapan laras panjang, kondisinya selamat lalu kabur membajak mobil lain. Kami menduga itu ada hubungannya dengan kejadian di dermaga Kapt.”

“Bagus. Cepat ketemukan mereka. Kejar dan tangkap.” Haris bersyukur Luna begitu ahli mengendarai mobil dan tanggap dengan situasi. Insting keponakannya itu sebagai polisi sangat tajam. Haris tersenyum dalam hatinya.

“Cepat bikin laporannya, dan serahkan padaku copy nya. Berkas asli tolong kamu gabungkan nanti dengan berkas laporan dari forensik.”

 

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mutmainah Cherbond

Mutmainah Cherbond

kereeeen..demen banget kalau ceritanya macam nonton film detektif..jadi ikut tegang bacanya..🧐🧐

2022-11-27

0

Yuna

Yuna

seru ..suka..👍😍

2022-01-05

0

Djoni Ayung

Djoni Ayung

asyik

2021-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!