“Tunggu,”
Suara tersebut terdengar tidak asing bagi Sian. Ketika pintu lift terbuka, Sian bisa melihat orang yang menghalangi pintu lift tersebut. Dia adalah Bara.
Saat melihat wajah Bara, Sian langsung menekan tombol closed dengan cepat. Belum sempat pintu lift terbuka lebar, Sian sudah bergerak cepat ingin menutup pintu lift tersebut.
Melihat Sian yang ingin menutup pintu lift kembali dengan cepat Bara menerobos masuk ke dalam lift.
“Apa kamu sudah gila, aku hampir ke jepit pintu lift.”
Sian hanya diam saja, dia tidak menjawab perkataan Bara tersebut. Kali ini Sian membalas Bara dengan mengabaikannya.
“Apa yang kamu lakukan di jepang?” tanya Bara.
Sian tidak menjawab, dia terus mengabaikan Bara.
“Sian aku sedang bertanya dengan padamu, kenapa kamu tidak menjawab?”
“Maaf, apakah Anda mengenal saya?”
Sian bersikap seakan dia tidak mengenali Bara saat ini.
Owh, dari caranya berbicara ternyata dia ingin membalas ku.
Bara menatap ke arah Sian dengan serius. Begitu juga dengan Sian.
Kamu pikir hanya kamu saja yang bisa mengabaika ku, aku juga bisa tahu! Sekarang bagaimana rasanya di abaikan?
“Kemarilah,” pinta Bara.
“Maaf saya tidak bisa,” tolak Sian yang terus berpura-pura tidak mengenali Bara, dan bahasa yang digunakan Sian pun berbeda.
Bara hanya terus menatap Sian, dan dengan sangat cepat sekali Bara menarik Sian ke dalam pelukannya, kemudian Bara mendorongkan tubuhnya dan tubuh Sian hingga menempel di dinding lift.
“Ah...” teriak Sian kaget. Dia tidak akan mengira jika Bara membuat dirinya terkandas di dinding lift.
Setelah itu Sian hanya diam saja, hanya terdengar suara deru nafasnya. Saat ini detak jantung Sian berdetak sangat cepat sekali, karena jarak tubuhnya dan tubuh Bara tidak menyisihkan jarang lagi. Saking gugupnya Sian, Bara bisa mendengar Suara detak jantung Sian yang semakin cepat.
“Tadi kamu bilang apakah aku mengenali mu?” ucap Bara mengulangi kata-kata Sian.
Sian masih tetap diam dan tidak menjawab perkataan dari Bara. Hanya tatapan mata yang bisa Sian lakukan saat ini. Semakin dalam tatapannya ke mata Bara, semakin Sian tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang tidak terkendali.
“Baiklah jika kamu diam seperti ini, biar aku yang menjawabnya.”
Tangan Bara mulai melingkari pinggang kecil Sian, kemudian Bara semakin mengeratkan kedua tangannya memeluk pinggang kecil tersebut, lalu dia berkata.
“Aku sangat mengenali dirimu, kamu adalah istriku yang sangat keras kepala, cerdik dan ceroboh.” Ucap Bara menjawab pertanyaan yang sebelumnya di tanyakan Sian padanya.
“Apakah kamu puas dengan jawabanku?” Bara melanjutkan perkataannya.
Sian tidak menjawab, dia masih tetap diam dengan membungkam mulutnya itu.
“Kenapa bibir ini hanya diam saja dari tadi?” ucap Bara dengan menyentuh lembut bibir Sian dengan ibu jarinya.
Sian semakin mematung dan detak jantungnya semakin berpacu cepat saat Bara menyentuh bibirnya.
OMG, kenapa sentuhannya terasa nikmat?
Menyadari bibir Bara yang semakin mendekati bibirnya, secara tidak langsung Sian menutup kedua matanya. Sian bisa merasakan embusan nafas Bara yang hangat mengenai wajahnya. Tidak hanya itu saja, Sian juga merasakan sentuhan ringan di permukaan bibirnya. Namun, pada saat Bara benar-benar ingin meleburkan bibirnya pada bibir Sian tiba-tiba Ting! Pintu lift terbuka.
Dengan cepat Bara memisahkan dirinya dari Sian. Setelah pintu lift benar-benar terbuka ada 6 orang yang ikut masuk ke dalam lift tersebut, sehingga posisi Sian dan Bara terpisahkan. Sian berada di depan pintu lift, sedangkan posisi Bara berada di belangkang sehingga Bara tidak bisa melihat Sian sama sekali karena tertutupi oleh orang-orang yang baru saja masuk.
Astaga, hampir saja.
Sian menghembuskan nafas leganya. Di waktu bersamaan pintu lift terbuka tepat di lantai 7. Tanpa bersuara Sian keluar dari Lift bersamaan dengan orang-orang yang masuk ke dalam lift, sehingga Bara tidak menyadarinya.
Setelah keluar dari lift. Sian kembali menghembuskan nafas leganya, kemudian Sian berjalan dengan cepat masuk ke dalam kamarnya 305.
Di sisi lain Bara terus naik ke atas bersama orang asing tersebut. Saat pintu lift terbuka Bara mengikuti orang-orang tersebut keluar dari lift. Setelah keluar dia mencari sosok Sian, tetapi dia tidak melihatnya sama sekali. Bara tidak tahu jika Sian sudah keluar dari lift semenjak dari tadi.
Karena tidak melihat Sian keluar dari Lift, Bara kembali masuk ke dalam lift dan menekan angka 7. Bara ingat jika Sian pernah masuk ke dalam lift dari lantai 7. Setelah sampai di lantai 7, Bara keluar dari lift dan kemudian dia mengambil ponselnya di dalam saku celananya untuk menghubungi Sian. Namun, Sian malah tidak mengangkat telepon darinya. Kemudian Bara berali ke pesan.
Bara:
Kamar mu di nomor berapa?
Pesan terkirimkan ke ponsel Sian. Beberapa detik menunggu Sian membalas pesannya.
Sian:
Aku sangat lapar, belikan dulu aku makanan nanti aku kasih tahu nomor kamarku.
Setelah membaca pesan Sian, Bara langsung turun ke lantai dasar dengan menggunakan lift. Setelah berada di lantai dasar Bara langsung keluar dari hotel untuk membelikan makanan Istrinya itu.
Dalam waktu 15 menit Bara kembali lagi ke hotel dan naik ke lantai 7.
Bara:
Makanan mu sudah aku belikan, beritahu aku berapa nomor kamarmu sekarang?
Sian:
Lantai 7 nomor 305.
Bara:
Baiklah aku segera ke sana sekarang.
Kemudian Bara berjalan ke kamar 305. Setelah berada tepat di depan pintu kamar, Bara menekan bel kamar tersebut.
“Ya tunggu sebentar...” teriak Sian di dalam kamar.
Brakk!! Sian membukakan pintu kamarnya untuk Bara. Namun, Sian hanya membukakan pintunya sedikit hanya kepalanya saja yang keluar.
“Apa yang kamu lakukan? Buka pintunya sekarang.” Pinta Bara.
“Makanannya mana?”
Sian ingin memastikan dulu, apa benar Bara membawakan makanan untuknya. Bara langsung mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang Paper Bag yang berisi makanan jepang.
“Baiklah kamu boleh masuk sekarang,”
Sian membuka pintu kamarnya untuk Bara. Setelah Bara masuk, dia langsung berbaring atas kasur.
“Ingat, jangan lama-lama di sini. Setelah aku makan kamu pergi keluar dari kamar ini.” Ucap Sian memperingatkan.
Bara tidak menjawab, tetapi dia malah berkata dalam hati. Apa pun yang terjadi, aku harus tidur di sini bersama dengan mu.
Tanpa memperdulikan Bara lagi, Sian langsung memakan makanan yang di bawahkan oleh Bara tersebut. Selama makan Sian tidak berbicara sedikit pun pada Bara. Menyuap dan menyuap yang di lakukan Sian saat ini.
“Sudah berapa hari kamu tidak makan?” tanya Bara.
Melihat Sian makan dengan rakus, membuat Bara ingin mencoba merasakan makanan tersebut.
“Boleh aku merasakan makanan itu?”
Seketika Sian menatap ke arah Bara. Beberapa detik kemudian dia tersenyum kepada Bara.
“Kalau mau, ambil sendiri.” Ucap Sian yang kembali menyuap makanan ke dalam mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nungki Nunung Nurhayati
lanjuutttt.....
2021-03-09
0