Masih di malam yang sama.
Bara melangkah mendekati Sian yang sedang makan. Bara duduk di samping Sian yang lagi asyik menyuap makanan ke dalam mulutnya. Dalam hitungan detik Cup! Tanpa aba-aba Bara langsung melahap bibir Sian yang sedang mengunyah makanan di dalam mulutnya.
Mata Sian langsung terbelalak kaget saat Bara memakan makanan yang ada di dalam mulutnya itu. Kemudian Bara menarik dirinya setelah makanan di dalam mulut Sian lenyap di rampas oleh dirinya tanpa izin terlebih dahulu kepada Sian.
“Bara apa yang kamu lakukan!” bentak Sian.
“Kata kamu aku boleh ambil sendiri makanannya,” jawab Bara tanpa dosa.
“Bukan berarti makanan yang ada di dalam mulutku yang kamu ambil! Kan makanannya masih ada di dalam piring banyak. Kenapa harus mengambil yang ada di dalam mulutku!” marah Sian.
“Aku malas mengunyah, makanya aku mengambil makanan yang ada di dalam mulut mu.” Jawab Bara santai.
Sian mengeram menahan amarahnya yang sedang memuncak di atas kepalanya. Saat ini Sian ingin sekali menghabisi Bara dengan kedua tangannya itu.
Dengan kedua tangan yang terkepal kuat, Sian beranjak berdiri dari duduknya sembari menatap Bara dengan mata yang membunuh.
Apa yang ingin dia lakukan sekarang? Tidak mungkin dia akan membunuhku kan?
Bara mendongkak melihat Sian yang berdiri di depanya dengan wajah yang sangat menakutkan. Wajah itu seperti ingin memakan Bara saat itu juga.
“Pergi dari kamar ini sekarang juga!”
Aurah Sian sangat mematikan sekali saat ini. Namun, Bara malah bersikap biasa saja dan tersenyum saat Sian ingin mengusirnya dari kamar tersebut. Dengan santainya Bara berkata.
“Aku tidak akan pergi dari kamar ini, aku akan tidur di sini bersama dengan mu.”
“Aku bilang pergi ya pergi!” bentak Sian.
Bara malah tersenyum saat Sian membentak dirinya. Tanpa bergerak sedikit pun dari kursinya, Bara menarik Sian hingga duduk di atas pangkuannya.
Sikap spontan Bara kembali membuat Sian Terbungkam. Setiap kali Bara melakukan apa yang ingin dia lakukan pada Sian, selalu membuat Sian terdiam dan pasrah. Di saat seperti ini pun Sian masih tidak bisa menolak sikap spontan Bara begitu saja.
“Kenapa susah sekali membuatmu takluk kepadaku,” ucap Bara sembari menarik dagu Sian mendekati wajahnya.
“Karena semua yang kamu lakukan untuk ku tidak benar-benar dari hatimu, aku tahu semua rencanamu dan mama.” Ucap Sian menatap dalam mata Bara. Seakan Sian mencari sesuatu di dalam mata itu.
“Rencana apa yang kamu maksudkan?” tanya Bara yang tidak mengerti maksud dari Sian.
“Aku dengar semua percakapan mu dan mama di dalam telepon di perpustakaan pada malam itu.”
Pada akhirnya Sian mengatakan apa yang dia dengar pada malam itu di perpustakaan mini di rumahnya dan Bara.
“Astaga, Sian apa yang kamu dengarkan pada malam itu tidaklah benar semuanya.”
Bara mencoba menjelaskan semuanya pada Sian yang duduk di atas pangkuannya.
“Terus menurut kamu apa yang aku dengarkan pada malam itu tidak benar?” ucap Sian membantah perkataan Bara.
“Sian dengarkan aku sekarang, aku tidak bermaksud membuat rencana untuk menipu dirimu, tapi aku membuat rencana tersebut untuk membuat dirimu mau menerimaku. Aku melakukan semua itu karena aku mencintai mu, bukan untuk mengambil keuntungan darimu. Aku sungguh-sungguh mencintai mu. Aku sudah kehabisan cara untuk membuatmu jatuh cinta denganku, makanya aku meminta bantuan mama Vian. Karena hanya mama Vian seorang yang mengenal baik dirimu.”
Bara menyatukan keningnya dengan kening Sian. Bara memejamkan matanya dengan nafas berat, Bara mencoba menenangkan dirinya dari emosinya yang terpendam di dalam dirinya selama ini.
“Bara, apakah benar semua yang kamu katakan itu?”
Sian terlihat mempercayai penjelasan Bara tersebut.
“Em...semua yang aku katakan adalah benar, aku sungguh-sungguh mencintai dirimu.”
Sian menatap dalam mata Bara, dia mencari kebenaran dari mata itu. Perlahan bibir Sian bergerak mendekati bibir Bara, tapi dia menghentikannya. Namun, tidak dengan Bara. Pria ini melanjutkan niatan Sian ingin mencium bibirnya. Bara meletakkan tangannya di tengkuk Sian, kemudian dia menekannya hingga wajah mereka bertemu dan selanjutnya Bara mendaratkan bibirnya ke bibir Sian. Cup Bara mengecup satu kali bibir Sian dengan cepat dan lembut.
Tidak menunggu lama, Bara kembali merangkul bibir Sian dengan bibirnya. Kali ini Bara tidak melepaskan bibir Sian begitu saja, dia mulai mencium setiap sudut bibir Sian dengan lembut dan berhati-hati. Bara tidak ingin membuat Sian menolaknya lagi kali ini. Dia ingin membuat Sian benar-benar membalas ciumannya saat ini.
Perlahan dan lembut Bara meleburkan bibirnya tanpa henti menjelajahi di setiap sudut bibir Sian, baik di luar maupun di dalam Bara mengabsennya satu persatu. Setelah puas mencium bibir, Bara turun ke leher jenjang Sian. Dia membuat sebuah tanda kepemilikan di kedua sisi leher Sian.
Semakin lama Bara semakin Buas. Dia mencium Sian dengan tergesa-gesa sehingga tubuh Sian terjatuh dari pangkuannya saat ini.
“Aw...” teriak Sian yang terduduk di lantai.
Tak peduli dengan rasa sakit yang Sian rasakan saat terjatuh, dengan cepat Bara turun dari kursinya dan menghampiri Sian di lantai. Saat ini Bara tidak bisa menghentikan gairahnya, dia langsung menyerobot mencium Sian kembali walau pun posisinya berada di lantai.
“Mmm...”
Bara terus mencium Sian tanpa henti. Dalam keadaan sadar Sian membalas ciuman Bara secara perlahan, walaupun Sian tidak bisa mengimbangi kelincahan bibir Bara menciumi bibirnya.
Setelah bertahan beberapa menit di lantai, akhirnya Bara mengangkat tubuh Sian ke tempat tidur. Dengan cepat Bara melepas jasnya, dan melemparkannya begitu saja di lantai. Kemudian dasi, lalu kemejanya, satu persatu Bara melepaskan pakaiannya. Setelah itu Bara terus melanjutkan ciumannya di bibir Sian. Tidak hanya bajunya saja Bara lepas, tetapi di juga melepaskan dress yang di kenakan Sian saat ini.
“Sian apakah kamu mengizinkan aku melakukannya sekarang?” tanya Bara yang menjeda aktivitasnya.
Sian terlihat ragu-ragu, sesungguhnya Sian sangat gugup sekali saat ini. Dia tidak mungkin menghentikan Bara saat ini, karena mereka berdua sudah terlalu jauh jika ingin berhenti. Dengan memantapkan hatinya Sian menganggukkan kepalanya pelan, dan berkata.
“Lakukanlah secara pelan-pelan, karena ini pertama kalinya aku melakukannya.”
Bara tersenyum mendengar ucapan Sian.
“Tentu saja aku akan melakukannya dengan pelan, aku tidak ingin menyakitimu. Jika terasa sakit kamu bilang saja padaku.”
“Em...” angguk Sian pelan.
Kemudian Bara memulai aksinya. mengawalinya dengan sebuah ciuman mesra pada bibir dan leher jenjang Sian. Lalu Bara menyatukan jiwanya dengan jiwa Sian secara lembut dan perlahan, hingga kedua jiwa mereka menjadi satu. mereka benar-benar melakukan hubungan intim malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mama amiinn Asis
aku benci sean bikin sean bucin sebucinnya sama bara
2021-09-28
1
Nungki Nunung Nurhayati
akhirnya...... ehm....
2021-03-09
3