Sian duduk di kanti dengan memakan bekal yang di bawakan suaminya itu. Sembari menyuap makanan Sian terlihat masih sangat syok setelah kejadian 30 menit yang lalu. Sensasi ciuman Bara masih membekas di benaknya. Seakan tidak ingin lenyap dari ingatan, Sian masih merasakan kelembaban pada bibirnya itu.
Astaga kenapa otakku penuh dengan hal-hal kotor sih. Sadarkan dirimu Sian, kau harus sadar karena masih banyak pasien yang menunggu mu.
Tak butuh waktu lama Sian di panggil karena ada pasien yang baru saja datang akibat kecelakaan dan mengalami pendarahan yang parah di otaknya sehingga harus melakukan operasi. Sebagai dokter bedah yang berkompeten Sian selalu di percayakan untuk memimpin operasi tersulit dan serumit apa pun keadaan pasien tersebut. Operasi pun berjalan selama 6/5 jam lamanya. Setelah operasi tersebut berhasil di lakukan Sian, tapi besar kemungkinan tergantung pasien itu sendiri bisa bertahan atau tidak.
Saat keluar dari ruangan operasi hari sudah menjelang siang. Langkah kaki Sian terhentikan seketika karena merasakan kedua kakinya teras sangat lemas dan tak bertenaga.
“Dokter apakah kamu baik-baik saja?” seorang perawat menghampiri Sian, perawat itu tahu jika kedua kaki Sian tidak bisa di gerakan lagi karena terlalu lama berdiri di ruangan operasi.
“Bisakah kamu membatuku berjalan?” sian merasa sudah tidak tahan lagi sehingga dia meminta pertolongan.
“Tentu saja dokter, mari biar saya bantu.”
Dengan cepat perawat tersebut membopong sian menuju tempat tidur.
“Terima kasih.” Ucap Sian dalam keadaan mengantuk berat. Sian pun langsung tertidur lelap ketika terbaring di atas tempat tidur.
“Sama-sama dokter.” Kemudian perawat tersebut pergi setelah membantu Sian.
Baru 1 jam Sian tertidur tiba-tiba ponsel berdering. Terdengar Sian mengeram kesal karena ada-ada saja yang mengganggu saat beristirahat seperti ini.
“Halo,”
Sian memaksakan dirinya mengangkat telepon tersebut sembari enggan membuka matanya.
“Halo Sian ini mama Liora,”
Liora Hardynata adalah ibu Bara atau lebih tepatnya ibu mertua Sian. Ini pertama kalinya Liora menghubungi Sian semenjak menikah dengan anaknya Bara.
“Mama Liora!” Sian terkejut dan langsung beranjak duduk dari tidurnya.
“Iya Sian ini mama Liora, Sian ada di mana sekarang?”
“Aku lagi di rumah sakit ma, memangnya ada apa?”
“Begini Sian, mama ingin Sian datang ke rumah mama hari ini, apakah Sian ada waktu?”
“Ya ma aku akan datang, kira-kira 30 menit lagi aku akan sampai.”
“Baiklah mama tunggu kedatangan Sian.”
“Baik ma”
Kemudian Sian mengakhiri teleponnya. Lalu dia beranjak menuju ruang ganti untuk bersiap-bersiap mengunjungi kediaman mama mertuanya. Setiba di sana Sian langsung di sambut dengan hangat oleh Liora.
“Selamat datang sayang, mama kangen sekali sama Sian. Bagaimana kabar Sian sekarang? Sian tidak pernah menghubungi mama lagi setelah hari pernikahan.”
“Maaf ma, bukan maksud tidak ingin menghubungi mama Liora, tetapi aku tidak memiliki waktu untuk menghubungi siapa pun termasuk mama.”
“Iya ngak apa-apa, mama mengerti jika Sian sangat sibuk. Mama tahu jika pekerjaan Sian sebagai dokter tidaklah mudah.”
Sian tersenyum karena Liora memahaminya. Sebelum menikahi Bara Sian sangat dekat sekali dengan Liora. Walaupun Sian sangat dekat dengan Liora, tetapi Sian tidak pernah bertemu Bara sebelumnya, bahkan Sian tidak mengetahui jika Liora memiliki seorang anak laki-laki yang sudah dewasa. Setelah pernikahannya dengan Bara Sian merasa sedikit ada jarak di antaranya dan Liora. Entah apa penyebabnya, tapi yang pasti ada sesuatu yang membuat Sian sedikit merasa canggung saat bertemu dan berbicara dengan Liora, seperti ada sebuah dinding yang membatasinya.
“Ma, ada apa memanggilku untuk datang kemari?” Sian sudah mulai tidak merasakan canggung lagi.
“Mama memanggil Sian datang kemari itu ingin bertanya tentang pernikahan mu dan Bara.”
“Memangnya mama mau bertanya apa tentang pernikahan kami?”
Pembicaraan Sian dan Liora mulai menjadi serius tanpa di sadari.
“Mama ingin bertanya apakah kalian saling memberi kabar satu sama lain selama menikah?”
“Sepertinya tidak pernah deh ma.” Jawab Sian tanpa ragu-ragu.
“Satu kali pun tidak pernah?”
“Em...” angguk Sian tanpa ragu-ragu.
“Memang kalian tidak pernah berkomunikasi lewat telepon atau saling kirim pesan gitu selama menikah?”
“Kalu di ingat-ingat lagi kami tidak pernah berbicara lewat telepon, tetapi kami pernah saling kirim pesan satu kali.”
Terlihat Liora yang frustrasi. Liora tidak menyangka jika pernikahan anak-anaknya tidak berjalan sesuai rencana dan keinginannya dan sahabatnya Vivian.
“Sian pernah ngak ke pikiran buat pergi bulan madu bersama Bara ke Prancis atau London gitu?”
“Tidak pernah.” Jawab Sian dengan polosnya.
Liora semakin frustasi saat mendengar jawaban Sian yang seakan tidak mengerti maksud dari pertanyaannya. Sampai pada akhirnya Liora menyerah dan tidak lagi bertanya pada Sian. Jika Liora terus bertanya maka dia akan merasa kesal di buat oleh jawaban yang akan di berikan Sian padanya. Namun, karena rasa penasarannya Liora memutuskan untuk kembali bertanya.
“Sian mama mau tanya lagi boleh?”
“Boleh, mama mau tanya apa?”
“Pernah ngak Sian dan Bara bertemu?” terlihat wajah Liora yang berharap dengan jawaban dari menantunya itu.
“Pernah satu kali,”
Mendengar jawaban Sian membuat Liora sedikit lega dan merasa ada harapan.
“Kalian bertemu di mana? Apa saja yang kalian lakukan saat bertemu?” tanya Liora antusias sekali.
“Waktu itu Bara datang menghampiriku di rumah sakit dan kami juga tidak melakukan apa-apa dia hanya mengantarkan bekal makanan dan pakaian ganti untuk.” Jawab Sian yang menutupi kebenaran.
Mendengarnya saja Liora sudah sangat senang sekali. Liora sangat yakin jika anaknya Bara sangat tertarik dengan Sian, jika Bara tidak tertarik dengan Sian kenapa anaknya itu repot-repot datang ke rumah sakit hanya untuk memberikan bekal dan pakaian ganti untuk Sian, karena mengetahui karakter Bara yang sangat identik arogan dan tidak peduli dengan siapa pun Liora sangat yakin jika Bara menyukai Sian.
Setelah berbicara banyak hal, Sian dan Liora tidak sadar jika hari sudah larut malam. Menyadari akan hal itu Liora meminta Sian untuk menginap malam ini di kediamannya. Tanpa bisa menolak Sian setuju untuk menginap malam ini dan pagi-pagi sekali Sian berencana untuk kembali ke rumah sakit.
Kemudian Sian pun di antarkan Liora ke kamar Bara. Liora ingin Sian tidur di kamar Bara, Liora ingin membuat Sian lebih mengenal Bara dengan memperlihatkan kamar miliki Bara.
“Malam ini Sian tidur di kamar Bara saja,”
“Memangnya tidak apa-apa ma Sian tidur di sini?” Sian sedikit ragu-ragu.
“Tentu saja tidak apa-apa, Sian kan istrinya Bara dan tidak mungkin mama membiarkan Sian tidur di kamar tamu, sedangkan Sian adalah menantu di rumah ini.”
“Ahaha, baiklah Sian akan tidur di sini.” Ucap Sian yang canggung.
“Baiklah kalau begitu mama tinggalkan Sian sendirian, kalau ada perlu apa-apa Sian tinggal panggil saja pelayan di rumah ini.”
“Baik ma aku mengerti.”
Kemudian Liora melangkah pergi sembari tersenyum kemenangan karena secara perlahan dia bisa membuat Sian mengenal Bara dan kemudian Liora akan membuat Sian mencintai Bara seperti yang dia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mama amiinn Asis
ciuman yg bikin keduanya rindu satu sama lain
2021-09-28
1
HIATUS
Like 💞 like 💞 like 💞
2021-03-17
1
Sakina Nawa
ngak enak tidur sendirian
2021-03-09
1