Setelah bekerja seharian penuh Sian memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia membawa kembali kopernya pulang ke rumah. Sian memutuskan pulang ke rumah karena merasa tidak nyaman berada di rumah sakit. Dia selalu di ganggu oleh parah perawat dan parah dokter yang penasaran dengan kehidupan rumah tangganya dan Bara.
Saat sampai di rumah, Sian tidak melihat sosok Bara ketika masuk. Biasanya Bara selalu duduk di sofa menunggunya, tetapi kali ini tidak.
Mungkin dia berada di dalam kamarnya.
Sian berjalan menuju kamarnya. Sampai di kamarnya Sian meletakan koper dan tas yang di bawah tersebut di dalam kamarnya. Karena masih penasaran dengan keberadaan Bara, Sian memutuskan mendatangi Bara di kamarnya. Sesampai di sana ternyata Bara tidak ada di dalam kamarnya.
Mungkin dia sedang membaca buku di perpustakaan.
Kemudian Sian memutuskan pergi ke perpustakaan mini mereka. Sesampai di perpustakaan ternyata sosok Bara juga tidak ada di sana.
Dia juga tidak ada di sini. Ke mana dia perginya?
Pada akhirnya Sian memutuskan pergi ke dapur untuk bertanya dengan bibi pengurus rumah. Sian keluar dari perpustakaan menuju ke dapur. Saat di dapur Sian langsung bertanya.
“Bik, apakah bibi melihat Bara? Saya cari-cari dia tidak ada.”
“Maaf nyonya, apakah tuan tidak memberitahu nyonya jika tuan pergi ke mana?
“Tidak Bik, memangnya Bara pergi ke mana?” tanya Sian kembali.
“Tadi sebelum tuan berangkat, tuan sempat bilang kepada saya jika tuan akan melakukan perjalanan bisnis selama satu bulan.”
“Perjalanan bisnis?” seru Sian kaget.
“Iya nyonya.”
Sian terdiam, dia tidak bisa berkata-kata lagi saat ini.
Kenapa Bara tidak memberitahu aku jika ingin melakukan perjalanan bisnis. Apa dia marah padaku?
Setelah bertanya Sian memutuskan pergi ke kamarnya. Entah mengapa perasaan Sian saat ini tidak enak, setelah mengingat kejadian tadi pagi. Sian merasa kepergian Bara ada hubungannya dengan masalah tersebut.
Langkah kaki Sian tertatih. Dia larut dalam pikirannya yang kalut akan Bara. Tanpa sadar Sian sudah berada di kamarnya. Seperti tanpa tujuan Sian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu Sian kembali ke dapur untuk makan malam. Saat makan Sian merasa sangat kesepian, biasanya dia selalu di temani Bara saat makan seperti saat ini.
Kenapa terasa sangat sepi sekali tidak ada Bara di rumah ini. Biasanya dia selalu duduk di depanku saat makan malam seperti ini.
Sian merasa seperti ada yang hilang saat Bara tidak ada. Terasa kosong dan hampa. Setiap sudut rumah yang gelap melengkapi suasana kosong di hati Sian saat ini.
Sian memutuskan kembali ke kamarnya walaupun dia belum menyelesaikan makan malamnya. Dia tidak bernafsu untuk makan, karena terlalu memikirkan Bara.
Karena tidak ingin berlarut-larut memikirkan Bara, Sian memutuskan untuk tidur lebih awal. Setelah memantapkan pikirannya Sian memejamkan matanya untuk memaksakan dirinya untuk tidur. Karena dengan tidur, dia bisa mengeluarkan Bara dari kepalanya itu.
Beberapa jam kemudian.
Sian membuka matanya tiba-tiba.
“Apa! Dia melakukan perjalanan bisnis selama satu bulan!” ucap Sian kesal. “Dan dia pergi tanpa memberitahukannya padaku, dasar suami menyebalkan!!” teriak Sian kesal.
Setelah melepaskan unek-uneknya Sian kembali berbaring dan menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut.
“Ah...” teriak Sian frustasi di dalam selimut.
Sian tidak bisa tertidur sedetik pun karena tidak bisa berhenti memikirkan Bara.
***
Dua minggu kemudian.
Sian terbang ke jepang untuk menghadiri seminar di sana selama satu minggu. Sian menghadiri seminar tersebut sebagai dokter perwakilan dari pihak rumah sakit tempat dia bekerja.
Sesampai di jepang Sian langsung menuju hotel di mana seminar tersebut di laksanakan. Setelah check in kamar hotel, Sian langsung menuju lift untuk pergi ke kamarnya di lantai 7.
305 adalah angka kamar Sian. Setelah keluar dari lift, Sian langsung menuju kamarnya. Seminar yang akan di hadiri Sian akan di mulai Besok pagi, karena masih memiliki waktu luang Sian menyempatkan dirinya untuk beristirahat dulu selama 1 jam. Kemudian dia berencana untuk pergi jalan-jalan.
Sian membaringkan dirinya di atas tempat tidur untuk 1 jam ke depan. Namun, tidak sesuai dengan rencananya Sian terbangun tepat jam 7 malam. Dengan rasa kecewa rencana pergi jalan-jalan pun batal. Tak selalu merasa kecewa, Sian memutuskan untuk makan malam dengan menikmati makanan kaki lima khas jepang.
Dengan antusias Sian membuka kopernya mengambil sebuah dress putih selutut untuk dia pakai pergi mencari makan malam. Setelah mengganti bajunya dengan dress putih kemudian Sian memadukannya dengan sepatu flat berwarna Cream. Semuanya sudah Siap lalu Sian pergi keluar dari kamarnya dan menunggu pintu lift terbuka untuknya.
Beberapa menit menunggu pada akhirnya pintu lift terbuka untuknya.
Ting! Pintu lift terbuka. Sian sangat terkejut sekali saat pintu lift terbuka untuknya. Kejutan besar bagi Sian, karena dia melihat sosok Bara di dalam lift tersebut.
Bara! Seru Sian dalam hati. Lama Sian terdiam sembari menatap Bara yang berada di dalam lift tersebut.
“Excuse me Miss, are you not coming?” tanya orang jepang di samping Bara.
“Yes, of course I Will.” Jawab Sian yang ikut bergabung masuk ke dalam lift.
Selama berada di dalam lift, Sian tidak berbicara sedikit pun. Sedangkan Bara terlihat sedang mengabaikan keberadaan Sian di dalam lift tersebut. Bara sibuk berbicara dengan orang jepang tersebut dengan menggunakan bahasa jepang. Sian yang mendengarkan percakapan mereka hanya mengerti sedikit selebihnya Sian tidak tahu apa yang di bicarakan Bara dengan orang jepang tersebut.
Beberapa kali Sian mencuri pandangan melihat Bara. Sudah 2 minggu Sian tidak melihatnya, dan sekarang Sian bisa melihat wajah Bara walaupun tidak terlalu jelas karena dia selalu menunduk ke bawah dengan mengalihkan perhatiannya ke ponsel.
Ting! Pintu lift terbuka.
Sian keluar terlebih dahulu, dan kemudian Bara dan orang jepang tersebut menyusul keluar dari lift. Saat berada di luar lift Sian memberanikan dirinya untuk menyapa Bara, tetapi Bara malah mengabaikannya dan pergi menjauhinya.
Dia sangat menyebalkan! Jelas-jelas dia melihatku, tapi kenapa dia tidak menyapa ku? Dan tidak mungkin dia tidak mengenaliku.
Karena mood-Nya berubah, Sian memutuskan untuk kembali ke kamar hotelnya. Sian membalik badannya berjalan menuju lift. Beberapa menit menunggu kemudian pintu lift terbuka.
Ting! Pintu lift terbuka. Sian melangkah masuk ke dalam lift setelah liftnya kosong. Kemudian dia menekan lantai 7, dan pintunya perlahan menutup. Saat pintu lift hampir tertutup rapat tiba-tiba ada tangan yang menghalanginya.
“Tunggu,”
Suara tersebut terdengar tidak asing bagi Sian. Ketika pintu lift terbuka, Sian bisa melihat orang yang menghalangi pintu lift tersebut. Dia adalah.....
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mama amiinn Asis
dia adalan bara suami mu
2021-09-28
0
Sakina Nawa
penasaran gue
2021-03-12
0
St Nurul NG
Semangat berkarya kak, sukses selalu buat kakak
2021-02-13
1