Bara terbangun tepat jam 7 malam. Hal pertama yang dia lakukan adalah memeriksa ponselnya. Seperti harapannya memang ada pesan dari Sian yang masuk.
Sian:
Bara ini Laila. maaf aku yang membalas pesan darimu, saat ini aku dan Sian berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan.
“Apa!”
Bara langsung beranjang duduk dari tidurnya. Tanpa menunggu lama Bara langsung beranjak pergi menuju rumah sakit untuk memastikan Sian baik-baik saja.
Sebelum pergi Bara mengambil jaket dan dompetnya terlebih dahulu dan setelah itu dia menghubungi sopirnya untuk menyiapkan mobil. Saat ini Bara tidak bisa menyetir sendiri karena kondisi tangannya yang belum sembuh total.
Saat Bara keluar dari pintu, ternyata sopir sudah menunggunya di depan pintu. Dengan cepat Bara masuk ke dalam mobil, dan tanpa menunggu lagi mereka berangkat menuju rumah sakit.
Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit Bara berusaha menghubungi nomor ponsel Sian, tetapi nomor Sian tidak aktif.
Sial! Nomornya tidak aktif lagi.
“Pak tolong dipercepat mobilnya sekarang,” titah Bara.
“Baik tuan.”
Sopir tersebut menambah kecepatan mobil seperti yang di perintah Bara padanya. Setelah 15 menit dalam perjalanan, akhirnya Bara sampai di rumah sakit.
Bara keluar dari mobil dan langsung menuju IGD. Kepanikan membuat Bara terburu-buru. Sesampai di IGD, Bara langsung mencari sosok Sian. Namun, yang dia temukan malah Laila yang terbaring tidur di hospital bed. Terlihat luka Laila tidak terlalu serius, hanya sedikit tergores di bagian wajah dan lengannya.
“Laila di mana Sian sekarang? Apakah dia baik-baik saja?” tanya Bara panik.
Laila yang sedang berbaring langsung beranjak duduk saat melihat Bara yang datang.
“Sian ada di ruang operasi sekarang,” jawab Laila.
“Ruang operasi! Apakah dia terluka parah sehingga di bawah ke ruangan operasi?”
Bara Panik. Saking paniknya dia tidak bisa berpikir dengan tenang dan kedua kakinya lemas. Tanpa berpikir panjang Bara hendak berlari menuju ruangan operasi di mana Sian berada, tetapi Laila menghentikannya.
“Bara tenangkan dirimu, bukan Sian yang di operasi, tapi dia sedang mengoperasi kobar kecelakaan yang lainnya.” Laila mencoba menjelaskan perkataannya yang belum sempat terselesaikan.
Bara terdiam setelah mendengarkan ucapan Laila. Dia terlihat kaku di depan Laila.
“Jadi bukan Sian yang di operasi,” ucap Bara canggung. Dia terlihat menahan malu.
“Em, makanya dengarkan penjelasanku sampai selesai dulu, jangan seperti orang bego yang langsung menelan bulat-bulat penjelasan yang belum sempat di selesaikan.”
Jadi malu kan sama Laila. Mau taruh di mana muka ini.
“Bara, kenapa kamu terus berdiri di sana? Mending kamu duduk di sini.” Tawar Laila.
Dengan langkah malu-malu, Bara duduk di samping hospital bed yang di tempati Laila.
“Bagaimana denganmu, apakah kamu baik-baik saja?”
Bara berusaha menghilangkan rasa malunya dengan mengganti topik pembicaraan.
“Ya, aku baik-baik saja.”
“Bagaimana ceritanya kalian bisa mengalami kecelakaan?”
Bara penasaran dengan apa yang terjadi selama Sian dan Laila pergi. Dan bagaimana tragedi kecelakaan bisa menimpa kedua wanita itu.
“Jadi begini ceritanya, tadi sore pada saat aku dan Sian ingin menyeberang jalan raya tiba-tiba ada seorang pengendara motor yang datang dengan rem blong, aku dan Sian yang menyadarinya langsung melompat menghindari tabrakan motor tersebut sehingga aku dan Sian mengalami lecet-lecet. Sedangkan pengendara motor tersebut menabrak mobil yang ada depannya hingga terpental jauh.” Jelas Laila.
“Dan yang di operasi Sian saat ini adalah pengendara motor tersebut?”
“Em...” angguk Laila. Begitu juga dengan Bara yang ikut menganggukkan kepalanya mengerti.
“Terus sudah berapa lama Sian berada di ruang operasi?”
Laila terlihat lelah menanggapi pertanyaan Bara yang tidak ada hentinya.
“Sudah kamu tunggu saja dia di sini, aku mau tidur sebentar. Jika Sian datang tolong bangunkan aku ya.”
Laila kembali berbaring dan beristirahat. Sedangkan Bara mengerutkan keningnya saat melihat respons Laila yang tidak peduli dengan pertanyaannya.
Kenapa dia sangat menyebalkan sekali. Seharian penuh dia membuatku jengkel, dan sekarang dia malah mengabaikanku. Entar aku jitak kepala mu baru tahu rasa.
Bara sangat kesal sekali pada Laila saat ini. Karena dirinya Bara sangat bosan sekali menunggu Sian pulang, dan sekarang Bara harus menjaganya saat dia tertidur.
Setelah menunggu 2 jam, akhirnya Sian keluar dari ruangan operasi. Kemudian Sian menemui Laila di IGD. Beberapa langkah masuki instalasi IGD, Bara langsung memeluk erat Sian.
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Bara sembari memeluk erat Sian.
Apakah dia sangat khawatir padaku, sehingga memelukku erat seperti ini?
“Iya aku baik-baik saja.” Jawab Sian sembari ingin melepaskan pelukan Bara darinya.
“Tidak, jangan lepaskan pelukannya. Biarkan aku memelukmu sedikit lebih lama lagi.” Ucap Bara khawatir.
Bara menolak melepaskan pelukannya dari Sian. Sian tersenyum karena saat ini dia merasa ada perbedaan sikap dari Bara selama dia mengenalnya. Pelukan yang di berikan Bara pun terasa sangat nyaman sekali saat mendekap Sian.
“Ehem...” Laila berdehem.
Sian tertawa melihat Laila yang iri dengannya.
“Sampai kapan kalian akan berpelukan seperti itu?” Seru Laila.
Seketika Bara melepaskan pelukannya dari Sian. Dia menatap tajam ke arah Laila.
Kenapa dia selalu menggangguku dan Sian? Apakah dia tidak ada pekerjaan lain selain mengganggu kami.
“Jangan menatapku seperti itu, aku tahu jika kamu sangat kesal sekali padaku.”
Ternya Laila menyadari jika Bara sedang sangat kesal kepadanya.
“Ternyata kamu sadar kalau saat ini kamu sangat menyebalkan sekali.” Ucap Bara datar.
Sian hanya tersenyum, dan kemudian melangkah mendekati Laila.
“Bagaimana dengan keadaan mu, apakah sudah terasa lebih baik sekarang?” tanya Sian sebagai dokter.
“Iya, aku sudah merasa lebih baik dan juga tidak merasakan pusing lagi sekarang.”
“Jika memang benar begitu, kamu boleh pulang setelah cairan infus mu sudah habis.”
“Baiklah buk dokter,” ucap Laila sedikit bercanda.
“Kalau begitu, kami tinggalkan kamu sendirian di sini tidak apa-apa kan?” timpal Bara.
Mata Laila langsung menatap tajam Bara.
Kamu kira aku takut dengan tatapan mata mu itu. Walaupun mata mu keluar aku tetap tidak akan takut.
“Ya, aku baik-baik saja. Kalian boleh pulang sekarang, jangan khawatir aku bisa menjaga diriku sendiri.” Ucap Laila.
Laila menatap tajam ke arah Bara dengan berkata dalam hati. Aku tahu saat ini kamu sedang cemburu padaku. Jika kamu ingin mengalahkan ku sepertinya kamu harus berusaha lebih keras lagi.
Sebaliknya Bara juga menatap tajam Laila. Kita lihat saja nanti, kamu atau aku yang akan menang.
“Ada apa dengan kalian berdua?” tanya Sian bingung saat melihat Bara dan Laila saling menatap satu sama lain.
“Tidak ada apa-apa.” Jawab Bara dan Laila secara bersamaan.
Sekilas Bara dan Laila saling menatap dan kemudian mereka membuang tatapan mereka ke arah lain secara bersamaan.
Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apa aku melewatkan sesuatu yang penting.
Sekilas Sian tertawa garing saat melihat suami dan sahabatnya saling menatap tidak suka satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Awalnya gak suka ntar lama2 jadi suka lho,hati2 sian..
2023-04-01
0