Panggilan dari rumah sakit seakan menjadi Alarm yang terpasang di ponsel Sian dan berbunyi membangunkan Sian dari tidurnya. Karena sudah terbiasa ketika mendengar ponselnya berbunyi saat pagi hari Sian langsung bangun dan langsung beranjak. Secara tidak sadar Sian melupakan jika dirinya tengah berada di rumahnya buka di rumah sakit.
"Halo,"
Sian mengangkat teleponnya dalam keadaan setengah sadar.
"Operasi, sekarang? baiklah saya mengerti."
Kemudian Sian mengakhir teleponnya dan membuka matanya lebar-lebar. Ketika sadar sepenuhnya Sian baru menyadari jika dirinya tengah berada di rumah bukan di rumah sakit.
"Astaga!! kenapa aku bisa lupa, mana operasinya sebentar lagi."
Tanpa mengganti baju dan mandi terlebih dahulu Sian meraih tasnya dan keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa. Dia tidak menyadari jika suaminya Bara sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan bersama, tapi Sian malah pergi tergesa-gesa tanpa melihat suaminya Bara.
"Apakah dia mau pergi lagi? dengan memakai seragam kemarin."
Bara langsung berdiri dari kursinya dan berjalan sampai ke pintu keluar sembari melihat Sian yang bergegas masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Rumah tanpa berpamitan.
"Tuan apakah Anda sudah selesai sarapannya?" tanya bibi pengurus rumah.
"Sudah bik, bersihkan saja meja makannya sekarang."
"Nyonya Sian tidak sarapan Tuan?"
"Tidak bik, Sian sudah pergi tanpa berpamitan dengan saya jadi bibi bersihkan saja meja makannya."
"Baik Tuan,"
Terlihat Bara begitu tidak peduli, tetapi di dalam hatinya dia sedikit kecewa karena dia sengaja mengosongkan waktunya untuk mengenal lebih dekat istrinya Sian. Namun, semua yang di rencanakan Bara gagal total karena Sian pergi begitu saja tanpa melihat dirinya.
"Tuan maaf sebelumnya kalau saya ikut campur urusan tuan dan nyonya, sejujurnya selama satu bulan tuan pergi nyonya tidak pernah pulang ke rumah karena sangat sibuk sekali di rumah sakit, setiap hari saya selalu di minta nyonya Vivian untuk membawahkan makanan dan pakai ganti nyonya Sian. Saya mengatakan semua ini supaya tuan tidak merasa kecewa dan marah pada nyonya Sian, menurut saya nyonya hanya memenuhi kewajibannya sebagai dokter dan bukan bermaksud tidak menganggap tuan di rumah ini."
Bara hanya diam saja dan meresapi apa yang di katakan oleh bibi pengurus rumah kepadanya. Sejujurnya Bara hampir saja memiliki pikiran buruk tentang perilaku Sian sebagai istrinya, tetapi setelah mendengar ucapan bibi pengurus rumah membuat Bara menghentikan pikiran buruk tentang Sian.
"Bik, kira-kira kapan Sian akan pulang?"
"Jika nyonya sudah berada di rumah sakit akan sulit bagi nyonya pulang ke rumah."
"Kenapa seperti itu bik?"
"Jika nyonya sudah di rumah sakit maka nyonya tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang seperti wanita pada umumnya, bisa di bilang sebagian besar waktu yang di miliki nyonya berada di dalam ruangan operasi. Walaupun nyonya memiliki waktu senggang, nyonya Sian lebih memilih untuk beristirahat dan tidur di rumah sakit di bandingkan pulang ke rumah."
Bara hanya menganggukkan kepalanya mengerti dengan ucapan bibi pengurus rumah. Mendengar penjelasan tersebut Bara mengerti dengan pekerjaan yang di lakukan istrinya itu.
"Baiklah bik terima kasih sudah mau menjelaskan semua tentang Sian pada saya. Bibi boleh lanjutkan semua pekerjaan dan satu lagi bik tolong siapkan bekal untuk Sian, nanti saya akan berkunjung ke rumah sakit tempatnya bekerja."
"Baik tuan,"
Setelah itu Bara melangkahkan kakinya menuju kamar Sian. Di sana Bara membuka lemari pakai Sian dan mengambil beberapa helai baju dan celana termasuk pakaian dalam. Kemudian semua pakaian yang dia pilih di masukannya ke dalam tas yang dia ambil di lemari pakai tersebut.
Sebelum pergi mengunjungi Sian di rumah sakit Bara terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya yang belum terselesaikan. Setelah menyelesaikan pekerjaannya Bara langsung meluncur ke rumah sakit walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Saat tiba Bara langsung berjalan memasuki rumah sakit dengan membawa tas dan bekal yang sudah di siapkan oleh bibi pengurus rumah. Setelah masuk Bara langsung menghampiri resepsionis.
"Permisi,"
"Ada yang bisa kami bantu tuan?"
"Saya ingin bertemu dengan dokter Sian Queensha."
"Tunggu sebentar tuan saya tanyakan dulu,"
"Baiklah,"
Terlihat resepsionis tersebut menghubungi departemen spesialis bedah dan setelah itu dia menutupnya.
"Maaf tuan, dokter sian lagi berada di ruangan operasi sekarang. Jika tuan ingin menitipkan sesuatu bisa melalui kami atau tuan ingin menunggu hingga dokter sian selesai dari operasi?"
"Kira-kira jam berapa operasinya akan selesai?"
"Maafkan saya tuan, operasinya akan berlangsung lama selama 5 jam dan kami tidak tahu kapan operasinya akan selesai."
"Baiklah kalau begitu saya akan menunggu sebentar dan jika operasinya belum selesai juga saya akan menitipkan semuanya pada kalian nanti."
"Baiklah Tuan, beritahu saja kami nanti."
Kemudian Bara mencari tempat duduk yang kosong untuk menunggu Sian selesai. Di sisi lain orang-orang resepsionis mulai bergosip tentang Bara, kenapa tidak Bara yang memiliki wajah tampan yang maskulin dengan postur tubuh sempurna yang di idam-idamkan banyak wanita.
Sebaliknya Sian sudah berada di ruangan operasi selama 3 jam lamanya dan sisanya tersisa 2 jam lagi operasinya akan selesai.
Selama 2 jam Bara menunggu dengan sabar sembari memperhatikan keramaian aktivitas rumah sakit yang seperti medang perang yang sesungguhnya dan di balik semua itu ada pahlawan yang berjuang mati-matian untuk menyelamatkan banyak nyawa dengan kedua tangan ajaibnya. Sekilas Bara memikirkan Sian yang berada di medan tempur yang barusan dia lihat dan ada di pikirannya saat ini.
Sementara itu Sian keluar dari ruangan operasi setelah 5 jam bertahan di medan perang. Saat keluar Sian mendapat kabar jika ada seorang yang sedang menunggunya selama dia berada di ruangan operasi. Tanpa bertanya siapa orang yang menunggunya itu Sian langsung turun ke lantai dasar untuk menemui orang tersebut dan menghampiri resepsionis untuk bertanya di mana keberadaan orang yang sedang menunggunya itu.
"Permisi, di mana orang yang sedang menunggu saya?"
"Orangnya duduk di sana dokter,"
Secara bersamaan Sian melihat ke arah jari telunjuk resepsionis tersebut dan kemudian Sian melangkahkan kakinya mendekati Bara yang sedang duduk menunggunya.
"Permisi ada perlu apa Anda ingin bertemu saya?" ujar Sian yang tidak mengenali wajah suaminya itu.
Bara yang melihat Sian datang menghampirinya langsung beranjak berdiri dan menatap wajah Sian yang polos tanpa polesan bedak apa pun.
"Apakah kau tidak mengenaliku?"
Terlihat Bara yang sedikit kecewa saat Sian tidak mengenalinya sama sekali.
"Maaf Anda siapa?"
"Aku suami mu Bara."
Seketika Sian terkejut dan tidak menyangka jika suaminya rela menunggu lama untuk menemuinya. Yang lebih membuat Sian tidak menyaka kenapa tiba-tiba dia menyempatkan dirinya datang ke rumah sakit walaupun memiliki aktivitas yang sangat sibuk sekali.
"Aku sangat sibuk sekali sehingga tidak bisa mengingat dengan jelas wajahmu, tolong maafkan aku karena tidak bisa mengenalimu."
Sian berusaha bersikap tenang di hadapan Bara walaupun dia merasa sangat canggung sekali saat ini. Berbeda halnya dengan Bara, pria ini malah menatap Sian dengan begitu lekat sehingga kedua bola matanya menajam.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Sian merasa semakin canggung dengan tatapan Bara yang mendominansi.
Tanpa menjawab Bara melangkah mendekati Sian dan memposisikan wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah Sian hingga kedua hidung mereka bersentuhan.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Tatap baik-baik wajahku, dan ingat baik-baik wajah ini jangan sampai kau melupakannya lagi."
Seketika Sian menelan saliva dengan sangat tegang, dan kedua kelopak matanya berkedip beberapa kali karena sangat gugup sekali.
"Baiklah aku akan mengingatnya, tolong kau jauhkan wajah mu sekarang dari wajahku."
Sian mencoba untuk memalingkan wajahnya dari wajah Bara, tetapi Bara malah menghentikannya dengan memegang kedua sisi wajah Sian dengan kedua tangannya dan kemudian Bara mengecup pelan bibir Sian yang sedikit kering itu lalu melepaskan tautan bibirnya dari bibir Sian.
"Ingatlah ciuman ini, jangan sampai kau juga melupakannya."
kemudian Bara melangkah mundur dan berbalik mengambil tas dan bekal yang dia bawah.
"Ambil ini, aku membawakannya untuk mu."
Sian diam tidak bersuara sedikit pun. Sedangkan tangannya bergerak mengambil apa yang di berikan Bara padanya.
"Dan satu lagi, aku akan pergi melakukan perjalanan bisnis besok dan akan kembali bulan depan, jadi aku harap kau bisa menjaga dirimu baik-baik sampai aku kembali."
"Em..." angguk Sian pelan sembari menatap Bara.
"Baiklah aku pergi sekarang, jangan lupa di makan bekalnya. Selama tinggal sampai ketemu lagi bulan depan."
Perlahan Bara pergi melangkah menjauhi Sian. Sementara itu Sian terdiam di tempatnya karena sangat terkejut dengan perlakukan Bara yang tiba-tiba romantis sekali padanya setelah satu bulan pernikahan mereka.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Akan di bawa kemana kah biduk rumah tangga mereka yg seperti ini🤫🤫😌😌
2023-04-01
0
Qaisaa Nazarudin
Astaga mending gal isah pulang sekalian,Apa gunanya karir yg bagus kalo kehidupan dan rumah tangga tunggang langgang??!🤦🏻♀️🤦🏻♀️🙇🏻♀️🙇🏻♀️😡😡
2023-04-01
0
Yesi Triyanto
waduh LDR bisa2 nya luoa dgn muka suami OMG
2022-03-17
0