Sian melangkah masuk ke kamar Bara dan menutup pintunya. Setelah itu dia mulai mengelilingi dan melihat-lihat isi kamar suaminya itu. Sian sangat tercengang melihat kamar Bara yang tersusun rapi dan sangat bersih. Tidak ada satu pun debu yang menempel di kamar tersebut.
“Kamarnya sangat berbeda sekali dengan kamarku.”
Satu persatu Sian mendatangi benda-benda aneh yang terdapat di dalam kamar tersebut. Bisa di bilang selera Bara cukup ekstrem menurut Sian.
“Sepertinya dia sangat menyukai benda-benda yang berbentuk aneh.”
Tanpa sadar Sian menyentuh ukiran wajah seorang wanita yang terletak di atas meja. “Ini wajah siapa?” Sian sangat penasaran sekali dengan sosok wanita tersebut.
Tak berlangsung lama Sian meletakan kembali ukiran wajah tersebut ke tempatnya. Kemudian dia masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya, kalau di ingat-ingat lagi Sian sudah 2 hari tidak mandi. Setelah selesai mandi Sian berjalan ke arah lemari pakaian Bara untuk meminjam baju. setalah itu Sian naik ke atas ranjang milik Bara dan menidurinya dengan nyaman tanpa merasa aneh sedikit pun.
5 menit Sian berbaring tiba-tiba ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon Sian langsung mengangkatnya tanpa ragu-ragu.
“Halo,”
“Apakah kau sedang berbaring di ranjangku sekarang?”
Suara Bara langsung membuat Sian terkejut dan beranjak duduk dari tidurnya.
“Tidak, aku tidak berbaring di ranjangmu.” Kata Sian berbohong.
“Benarkah? Sepertinya aku merasa kau sedang berbohong padaku.”
“Kau tahu dari mana aku sedang berada di kamar mu sekarang?”
Sian berusaha mengalihkan pembicaraan, karena apa yang di katakan Bara memang benar.
“Mama yang memberitahuku.”
“Oh pantas saja, mana mungkin kau bisa tahu aku berada di kamar mu saat ini.”
“Kau jangan lega dulu, aku juga tahu kalau kau saat ini sedang memakai bajuku.”
Refleks mata Sian menyelidiki setiap sisi dalam kamar ini untuk mencari camera tersembunyi.
“Jangan bilang kau_”
“Aku tidak memasang camera tersembunyi di kamarku sendiri “ potong Bara.
“Terus bagaimana kau bisa tahu kalau aku memakai bajumu?” tanya Sian menyelidiki.
“Aku hanya menebaknya dan ternyata tebakan ku benar.” Ucap Bara tertawa.
“Kau jangan berbohong, aku tidak suka dengan kebohongan seperti ini.” Kesal Sian.
“Serius aku hanya menebaknya, mana mungkin aku tahu kau sedang memakai bajuku saat ini.”
Bara berusaha membela dirinya dari amarah Sian. Sementara itu Sian langsung mengakhiri sambungan teleponnya karena merasa sangat kesal bercampur malu.
“Sangat menyebalkan, bagaimana bisa dia hanya menebak-nebak, dia kira aku akan percaya dengan ucapannya.” Kesal Sian.
Karena tidak ingin terlalu memikirkannya Sian kembali berbaring dan mencoba untuk tidur dengan tenang tanpa memikirkan apa pun. Dalam hitungan detik Sian tertidur pulas karena memang seharian penuh Sian tidak tertidur.
Di waktu yang sama Liora datang menyelinap masuk untuk mengambil beberapa foto Sian yang tertidur pulas di atas ranjang Bara. Berhasil mengambil Foto Sian, Liora diam-diam keluar dan menutup pintu kamar dengan sangat berhati-hati sekali. Setalah pintu tertutup Liora menghubungi Bara.
“Halo Bara, mama sudah melakukan apa yang kamu minta.”
“Tolong mama kirimkan ke Bara sekarang,”
“Tunggu sebentar Bara, mama mau tanya apa benar Bara menyukai menantuku Sian?” tanya Liora menyelidiki.
“Bara ngak mau jawab pertanyaan mama, kirimkan saja foto-fotonya ke Bara sekarang. Bye mama.”
Bara langsung menutup teleponnya begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari ibunya itu.
“Dasar anak bodoh, mamanya bertanya malah menutup teleponnya.” Kesal Liora. Lalu kemudian Liora mengirim beberapa foto yang dia ambil tersebut ke Bara anaknya.
***
Besok paginya
Sian terbangun ketika mendengar suara ketokan pintu kamar yang dia tempat saat ini. Saat matanya terbuka matahari sudah sangat tinggi dan jarum jam pun menunjukkan jam 12 siang.
Astaga! Aku terlambat bekerja. Ponselku di mana?
Sian berusaha mencari letak ponselnya, tetapi malah tidak ketemu juga. Seingat Sian semalam dia meletakan ponselnya di atas nakas, tetapi kok tiba-tiba menghilang.
Ponselku di mana? Kenapa tiba-tiba hilang.
Dengan cepat Sian beranjak keluar dari kamar, saat membuka pintu sudah ada pelayan yang sedang menunggunya.
“Maaf Nona, Anda sudah di tunggu tuan dan nyonya di meja makan.”
“Baiklah saya akan segera turun,”
Sian kembali masuk ke dalam kamar dan melupakan untuk rencananya untuk mencari ponselnya. Dia lebih memilih masuk ke dalam kamar membersihkan dirinya dan setelah itu mengganti bajunya karena dia juga harus kembali ke rumah sakit secepatnya. Setelah semuanya selesai kemudian Sian pergi turun menghampiri papa dan mama mertuanya.
“Pagi Pa, pagi ma.” Sapa Sian ketika sudah berada di meja makan.
“Pagi sayang, apakah tidurmu nyenyak semalam?” tanya Liora.
“Iya ma, tidurku nyenyak semalam.”
“Sian, hari ini kamu ngak sibuk?” tanya papa mertua Sian.
Papa mertua Sian bernama Paridipa Hardynata. Pria uang berwatak tegas dan berwibawa ini memiliki sisi penyayang.
“Sebenarnya Sian sibuk Pa, tetapi Sian kesiangan karena ponsel Sian hilang entah di mana.”
“Ini ponsel Sian, ada pada mama.” Liora memberikan ponsel tersebut kepada Sian dengan tersenyum.
“Kok bisa ponsel Sian ada pada mama?” terlihat wajah Sian bingung.
“Semalam mama ambil saat Sian sedang tertidur.” Liora tersenyum.
“Kenapa mama mengambil Ponselku?”
“Mama kamu Vivian yang meminta mama untuk mengambil ponsel ini, karena Vivian ingin Sian beristirahat tanpa ada gangguan dari rumah sakit.”
“Ngak gitu juga kali ma, kan Sian harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai dokter.” sela Paridipa papa mertua Sian.
“Udah Pa, papa diam saja karena ini urusan perempuan. Papa ngak lihat wajah menantu mu ini terlihat sangat kelelahan.” Ucap Liora seakan apa yang dia lakukan adalah untuk kebaikan Sian.
“Udah papa sama mama jangan ribut, Sian mau pergi sekarang karena ada panggilan darurat dari rumah sakit bahwa ada operasi yang harus aku lakukan.” Sela Sian menghentikan perdebatan kedua mertuanya itu.
“Sian makan dulu sarapannya, terus baru pergi ke rumah sakit.” Ucap Liora.
“Maaf ma, kayaknya waktu operasinya sudah sangat mepet sekali. Jadi aku harus berangkat sekarang.”
“Baiklah kalau begitu Sian berangkat sekarang, hati-hati di jalan.” Ujar papa mertuanya.
“Ya udah, Sian pergi pamit dulu ya Pa ma.”
Kemudian Sian beranjak berdiri dari hadapan kedua mertuanya itu. Sebelum pergi Sian memeluk papa dan mama mertuanya dan kemudian dia baru pergi keluar dengan terburu-buru. Dalam waktu singkat mobil yang di kendarai Sian pun pergi keluar meninggalkan kediaman keluarga Hardynata itu.
Saat tiba di rumah sakit Sian langsung mengganti bajunya dengan jubah biru yang sering dia pakai untuk mengoperasi pasiennya. Sekan tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang Sian seperti hidup di dunia mesin waktu yang di ciptakan hanya untuk dirinya. Walaupun begitu Sian tetap menyukai dunia kehidupannya, bukan tanpa alasan Sian menyukai kehidupan yang dia jalani saat ini melainkan banyak alasan yang membuat Sian menyukai dunianya itu.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
# Kurang tidur dan kurang istirehat
2023-04-01
0
Qaisaa Nazarudin
Lurang tidur dan lurang isterehat bisa membuat seseorg itu mengalami stroke,Masa iya dokter bedah specialist cuman dia seorang?? sampe2 gak mandi 2 hari lagi,iih jorok banget,apalagi selalu berada di ruang operasi yg banyak kumannya,bahaya..
2023-04-01
0
Nouvanti Mila
katanya jam 12...kok masih pagi dan sarapan???
2022-01-05
0