Masih di hari yang sama, di malam harinya.
Memiliki banyak waktu luang Sian menyempatkan dirinya untuk memeriksa telepon dan pesan yang masuk di ponselnya selama 1 bulan terakhir dia tidak memegang ponsel. Satu persatu pesan yang masuk sian baca, semakin Sian membaca pesan itu satu persatu semakin Sian terkejut saat melihat sebagian besar dari pesan yang masuk kedalam ponselnya adalah pesan dari Bara suaminya sendiri.
Astaga Apa Bara sudah gila kenapa dia mengirim pesan sebanyak ini ke ponselku.
Pesan yang dikirim oleh Bara isinya sama, dan pesan tersebut berisi tentang pertanyaan. ”Kapan kamu akan pulang?“ hampir 15 pesan yang Bara kirimkan.
Sian yang lagi sedang fokus membaca pesan satu persatu di dalam ponselnya tiba-tiba Bara menerobos masuk ke dalam kamarnya.
“Sian kembalikan ponselku sekarang. “ ucap Bara datar dan terkesan serius.
“Aaahh! Bagaimana kamu bisa keluar dari kamar mandi?” kaget Sian.
“Kamu pikir dengan mengunciku di kamar mandi bisa membuatku terkunci di sana! Tentu saja tidak, cepat kembalikan ponselku sekarang juga.”
“Terus kamu pikir masuk ke kamar orang itu tidak pakai Ketuk pintu dulu! Pakai Permisi kek jangan menerobos masuk kayak seperti orang yang tidak punya tata krama. “
“Sudah jangan banyak alasan, kembalikan ponselku sekarang juga.” pinta Bara.
“Jika kamu ingin ponselmu kembali, kamu harus sopan dulu kepadaku jangan bersikap seperti orang yang tidak hormat pada privasiku.”
Bara merasa jika Sian banyak sekali permintaan kepadanya. Sesungguhnya Bara tidak menyukai jika ada orang yang mengatur dirinya seperti yang dilakukan Sian padanya. Namun, Bara menyukai jika Sian melakukan semua itu kepadanya. Entah mengapa, Bara merasa Sian sangat menarik di matanya.
“Kenapa kamu diam? Apakah kamu tidak ingin ponsel mu kembali?” tanya Sian sembari memegang ponsel bara di tangannya.
Bara hanya diam, dia melangkahkan kakinya tiba-tiba mendekati Sian yang sedang duduk di atas tempat tidur. Entah apa yang ada dibenak Bara saat ini, langkahnya semakin dekat dan terus mendekati Sian.
Karena merasa tidak takut kepada Bara, Sian malah ingin mempermainkannya.
“Kenapa, kamu ingin merebut ponsel ini dari tanganku?”
Tanpa ragu-ragu Sian berdiri dia atas tempat tidurnya dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sembari memegang ponsel miliki Bara. Sian melompat-lompat di atas tempat tidurnya agar Bara tidak bisa mengambil ponsel tersebut dari tangannya.
“Ayo ambil jika kamu bisa?” Sian terus melompat setinggi yang dia bisa.
Bara hanya tersenyum melihat tingkah Sian yang berada di luar dugaannya. Seakan tidak bergeming dengan godaan Sian, dengan tenangnya Bara mendekat lalu. “Aaah!” tangan kirinya menarik Sian hingga jatuh bertumpu di atas dadanya sehingga membuat tubuh Sian bergantung di tubuhnya.
“Kamu pikir aku tidak bisa mendapatkan ponselku kembali hanya karena tanganku patah.” Dengan kuat Bara memeluk pinggang Sian.
“Turunkan aku sekarang juga,”
“Sebelum ponselku kamu kembalikan aku tidak akan menurunkan mu.” Bara memberikan sebuah senyuman yang licik.
Dasar, bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan.
“Oke baiklah, ini ponsel mu aku kembalikan.”
Sian mengalah dan mengembalikan ponsel itu kepada Bara. Setelah ponsel itu kembali pada pemiliknya, Bara langsung menurunkan Sian. Namun, setelah menurunkan Sian “Cup” Bara mencuri satu kecupan pada bibir Sian.
“Terima kasih atas ciumannya, bibirmu terasa sangat manis.” Ucap Bara tersenyum dan kemudian pergi begitu saja setelah mencuri satu ciuman.
Sian membeku di tempat, nafasnya tertahan di dada dan sorot matanya terpaku pada satu arah. Setelah Bara menghilang dari pandangannya dia baru bernafas dengan lepas dan menyadarkan dirinya.
Kenapa aku selalu tidak melakukan apa-apa saat dia mencuri ciuman dariku, seakan aku terkesan ingin di cium olehnya.
Apa aku sudah mulai gila? Kenapa aku bisa menikmati saat di cium olehnya.
Tubuh Sian merespons setiap sentuhan yang di lakukan Bara padanya. Sepertinya sentuhan yang di lakukan Bara pada Sian memang di rencanakannya. Setiap kali bagian tubuh Sian di sentuh oleh Bara memiliki sensasi sensual yang membangunkan hasrat di dalam tubuh Sian. Tanpa sadar Sian menyentuh bibirnya dengan membayangkan bibir seksi milik Bara.
Astaga Sian, apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu menyentuh bibirmu sendiri dengan membayangkan bibirnya. Mungkin aku sudah gila, bisa-bisanya aku memikirkan hal yang kotor seperti itu.
Karena merasa tidak tahan dengan dirinya sendiri, Sian berlari memasuki kamar mandi dan menyiram wajahnya dengan air untuk menyadarkan otaknya yang kotor.
Sungguh hari ini sangat melelahkan bagi Sian. Seharian penuh dia harus berurusan dengan mama Vian dan Bara. Kedua orang tersebut bersekongkol untuk membuat Sian masuk ke dalam rencana yang sudah mereka berdua rancang. Entah rencana seperti apa yang sudah di susun oleh keduanya untuk menaklukkan Sian.
Di kamar Bara berbaring di atas tempat tidurnya dengan tersenyum sendiri. Dia tidak henti-hentinya tersenyum dan kadang-kadang tertawa sendiri di dalam kamarnya.
Sian Sian Sian, ternyata kamu sangat menarik sekali. Aku tidak menyaka kalau kamu memiliki sisi yang sangat manis sekali.
Tingkahnya itu membuatku terus ingin menggodanya setiap kali melihatnya. Pinggangnya yang kecil sangat enak dipeluk.
Matanya yang tajam membuatku ingin terus menatapnya.
Yang paling membuatku candu adalah Bibirnya yang tebal itu membuatku ingin menyentuhnya lagi dan lagi.
Tiga hal di tubuh mu yang sudah aku sentuh itu membuatku semakin ingin menyentuh bagian lain di tubuh mu.
Bara kembali tersenyum setelah mengabsen dan menghafal rasa sensasi setiap sentuhannya pada setiap inci bagian tubuh Sian. Sebagai suami Bara sangat ingin sekali satu kamar dengan istrinya Sian, tetapi ada banyak faktor yang membuat Bara harus menahan dirinya sampai dia bisa membuat Sian benar-benar menginginkannya.
Bara kembali tertawa karena berangan-angan sejak dari tadi dia lakukan. Dia terlihat seperti maniak yang kecanduan ingin menyentuh wanita. Tanpa dia sadari tangan kanannya terasa sangat nyeri sekali karena efek obat pereda sakitnya sudah menghilang. Saking nyerinya Bara langsung menghampiri Sian di kamarnya.
“Sian,” panggil Bara dengan mengetok pintu kamar istrinya itu. Tidak ada jawaban dari Sian.
“Sian Buka pintunya sekarang,” Bara kembali mengetok pintu kamar Sian dengan kencang.
Di balik pintu, Sian terlihat sangat kesal karena Bara masih mengganggu pada tengah malam seperti ini.
Brakk
“Ada apa?” tanya Sian setelah membukakan pintu.
“Tanganku terasa sakit,” ucap Bara datar.
“Owh, efek obatnya sudah habis, kamu minum lagi obat yang sudah aku resepkan untuk mu itu.”
“Tolong kamu bantu aku carikan obatnya, karena aku lupa menaruhnya di mana.”
Sian menghelakan nafas lelahnya saat melihat Bara.
“Sebagai dokter yang baik, aku akan membantu mu untuk mencarikan obatnya.”
Bara tersenyum karena Sian bersedia membantunya untuk mencarikan obat pereda rasa sakit yang entah di mana, tapi yang pasti obat tersebut ada di dalam kamarnya.
“Ayo ke kamar kamu sekarang,” ajak Sian. Mereka berdua berjalan memasuki kamar Bara, di mana Sian terlebih dahulu berjalan masuk dan kemudian baru Bara yang menyusul.
Sian sibuk mencari obat sedangkan Bara masih berdiri di depan pintu kamarnya. Perlahan Bara menutup pintu kamarnya dan kemudian dia menguncinya, setelah itu anak kuncinya dia cabut dari daun pintu untuk disembunyikan.
“Bara obatnya sudah ketemu, kemarilah cepat minum obatnya jika tidak ingin menahan sakit terlalu lama.” Ucap Sian.
Bara berjalan mendekati Sian yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya. Setelah itu dia duduk di atas kasurnya dan mengambil obat yang sudah di siapkan Sian terlebih dahulu kemudian obat tersebut Bara masukan ke dalam mulutnya.
“Ini minum,” dengan perhatian Sian memberikan segelas air minum pada Bara.
“Terima kasih” ucap Bara sembari menatap Sian.
Setelah Bara meminum obat, Sian beranjak ingin kembali ke kamarnya. Namun, Bara menahan tangannya.
“Jangan pergi,” ucap Bara.
Arti sesungguhnya dari jangan pergi adalah ‘Kamu tidak boleh pergi’
“Hari sudah larut malam, aku harus tidur sekarang.” Sian menatap Bara.
“Tetaplah bersamaku sampai rasa sakit di tanganku menghilang.” Ucap Bara kembali.
Yang mana arti dari ucapan Bara yang sesungguhnya adalah “Pintu sudah aku kunci, kamu tidak bisa keluar dari sini sampai aku mengizinkannya.”
Bara memainkan perannya sebagai orang sakit yang tak berdaya. Sian yang melihat aktingnya itu langsung tertipu dan mengikuti apa yang di katakan Bara padanya.
“Baiklah, aku akan berada di sini sampai rasa sakit di tangan mu menghilang.”
Bara tersenyum dalam hatinya, karena Sian masuk ke dalam tipuannya.
Sangat mudah sekali menipu mu, aku hanya memainkan peran kecil dan kamu sudah tertipu dengan peran itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sakina Nawa
masuk perangkap Sian
2021-03-09
1
Kalisa Lisa
semakin seru, next 😇
2021-02-25
0