Selama dalam perjalanan Sian memasang wajah ketus. Dia masih tidak terima dengan apa yang terjadi di rumah sakit barusan. Sekilas Sian menatap ke sampingnya yang mana Bara duduk di sana, saking marahnya Sian menatap Bara dengan tatapan tidak senang.
“Kenapa? Apakah kau marah padaku?” tanya Bara.
Bara menyadari jika Sian sangat marah dan tidak senang terhadap dirinya.
“Menurut mu aku sedang tersenyum pada mu?!”
Bara melihat wajah Sian yang tertekuk karena menahan amarah.
“Dari yang aku lihat kamu sedang tersenyum padaku,”
Apa dia buta! Aku sudah memasang wajah tertekuk seperti ini dia malah bilang aku sedang tersenyum.
“Sepertinya aku harus kembali lagi ke rumah sakit sekarang,” ucap Sian.
“Kenapa, apakah kamu tidak akan cuti? Kan mama sudah bilang jika tidak menurut kamu akan berhenti bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu.” Kata Bara
“Bukan, aku harus kembali ke rumah sakit karena untuk memeriksakan mata mu itu di sana.” Timpal Sian yang kesal.
“Untuk apa? Mata ku baik-baik saja, tidak perlu di periksakan.”
“Aku tidak percaya, coba kau lihat ada berapa jariku sekarang?” tanya Sian sembari mengangkat salah satu tangannya di depan mata Bara.
“Ada lima,”
“Terus kau lihat wajah ku sekarang, apakah ekspresi wajah ku sedang tersenyum atau marah saat ini?” tanya Sian kembali dengan cepat.
“Sedang marah,” jawab Bara cepat.
“Terus kenapa tadi kau bilang aku sedang tersenyum?!”
Kena kau, siapa suruh bermain-main denganku. Ternyata kau bodoh juga ya, hahaha.
Bara terdiam, dia tidak sadar masuk ke dalam jebakan batman Sian. Ternyata sian tidak sedang mengetes kedua matanya, tetapi Sian membuat Bara terjebak dalam permainannya sendiri.
“Kenapa, tidak bisa jawab?!”
Selain keras kepala ternyata kau sangat cerdik juga Sian.
“Tadi aku salah bicara,” jawab Bara sekan biasa saja, walau pun sebenarnya saat ini Bara merasa malu.
Apa! Dia bilang salah bicara! Ternyata kau sungguh licik dan bermuka dua.
“Lain kali berpikir dulu sebelum bicara, jangan sampai kamu membuat orang lain marah dan membunuh mu hanya karena kamu salah bicara.” Sindir Sian.
Bara langsung menoleh ke arah Sian yang sedang menyindirnya.
“Barusan kau bilang apa?” Bara terlihat emosi dengan perkataan Sian.
“Aku hanya memberimu nasehat, apakah kamu tidak suka?” Sian tersenyum.
Satu sama, kamu kira aku tidak bisa membalas permainan kata yang kau mulai.
Bara terlihat meremas lutut karena menahan emosinya. Dia tidak mengira jika Sian juga pandai dalam bermain kata seperti dirinya.
Tanpa di sadari mereka sudah sampai di rumah. Sian keluar terlebih dahulu dari mobil dan mengambil barang-barangnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah tanpa membatu Bara keluar dari mobil.
“Sian bantu aku keluar dari mobil,” teriak Bara.
“Kau kan bisa keluar sendiri dari sana, dasar pria manja.” Balas teriak Sian. Kemudian Sian melanjutkan langkahnya.
Dua satu, sangat mudah sekali memenangkan permainan ini.
Sian pergi dengan tersenyum kemenangan. Entah mengapa tiba-tiba suasana hati Sian berubah drastis, dari bad mood menjadi menyenakkan. Sebaliknya suasana hati Bara menjadi bad mood setelah di permainkan oleh Sian.
Sian melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sian tidak berhenti tersenyum sendiri setelah memenangkan permainannya, dia merasa sangat puas sekali.
Beberapa menit kemudian ponsel Sian berdering dan yang menelepon adalah mamanya Vivian. Dengan tersenyum Sian mengangkat telepon mamanya itu.
“Halo ma,”
“Sian! Kenapa kamu meninggalkan suami mu di dalam mobil sendirian!” teriak Vivian di dalam telepon.
Refleks Sian menjauhkan ponsel dari telinganya.
“Apa sih ma, telingaku sakit dengar suara mama.”
“Cepat jemput Bara di dalam mobil sekarang juga,” titah Vivian dalam telepon.
“Aku tidak mau, dia kan bisa keluar sendiri dari sana.” Sian menolak.
“Oke baiklah jika itu yang kamu inginkan, jangan salahkan mama jika kamu tidak bisa bekerja lagi sebagai dokter di rumah sakit mana pun termasuk membuka praktik sendiri.” Ancam Vivian.
“Ma...apa salah Sian sih sama mama? Kenapa harus sampai mengancam Sian segala.” Rengek Sian.
“Makanya, jika tidak ingin ancaman mama terjadi Sian menurut sama mama sekarang, dan kamu jemput suami mu sekarang.”
“Oke baiklah, Sian jemput Bara sekarang, Bye.”
Sian langsung menutup teleponnya dan pergi keluar untuk menjeput Bara yang berada di dalam mobil.
Dasar suami menyebalkan! Busa-bisanya dia menggunakan mama untuk melawan ku.
Bara tersenyum melihat Sian kembali untuknya.
“Ayo sian cepat sedikit, aku sudah kepanasan terlalu lama berada di dalam mobil.” Ujar Bara tersenyum.
“Kenapa kamu tidak keluar sendiri sih dari sana? Kamu kan bisa membuka pintu mobil dan keluar dari sana.” Ucap Sian kesal sembari menghampiri Bara.
“Apakah kamu tidak lihat tanganku sedang terluka, terus aku tidak terbiasa membuka pintu mobil dengan menggunakan tangan kiriku.”
Tanpa menanggapi Sian membukakan pintu mobil untuk Bara. Wajah Sian tertekuk dua kali lipat dari sebelum.
“Nah...gitu dong, itu baru namanya istri yang baik.” Ucap Bara menyindir Sian.
Sian semakin menekuk wajahnya saat Bara menyindirnya. Setelah Bara keluar dari mobil kemudian dia mendekati Sian yang berdiri di sampingnya. Perlahan wajah Bara mendekati wajah Sian.
Jangan bilang dia ingin menciumku lagi seperti waktu itu.
Jantung Sian mendadak berdetak tak karuan karena bibir Bara semakin mendekati bibirnya. Tanpa sadar Sian menutup matanya seakan dia pasrah untuk di cium oleh Bara.
“Dua sama, aku tidak akan membiarkan mu memenangkan permainan ini.” Bisik Bara di telinga Sian.
Sian langsung membuka matanya, sedangkan Bara sudah berjalan pergi meninggalkannya dengan tertawa.
“Bara!!!” teriak Sian frustasi.
“Ayo cepat masuk, kamu akan gosong jika terus-terusan berada di luar sana.” Balas teriak Bara yang sudah hampir hilang di balik pintu.
Sian menggenggam erat kedua tangannya, wajahnya sangat merah sekali karena terbakar amarah yang sudah berada di pucuk ubun-ubunnya.
“Bara!!! Aku akan membalas perbuatan mu ini!” teriak Sian menjadi-jadi.
Sian kembali ke kamarnya dengan sangat marah. Dia tidak terima jika Bara terus-terus menggunakan mamanya untuk mengalahkannya dan mengatur kehidupannya. Karena tidak terima Sian berjalan ke kamar Bara yang ada di samping kamarnya itu. Saat sudah berada di depan pintu kamar Bara Sian masuk tanpa bersuara. Sedangkan Bara tengah berada di dalam kamar mandinya saat ini. Dengan liciknya Sian mengunci pintu kamar mandi Bara dari luar dan meninggalkannya begitu saja.
Selamat menikmati tidur di kamar mandi sampai besok pagi.
Sian pergi keluar dari kamar Bara dan menutup pintunya dengan perlahan. Setelah beberapa detik Sian kembali ke kamarnya.
“Sian!!! Buka pintu kamar mandinya sekarang!” teriak Bara di dalam kamar mandi.
Sian bisa mendengar suara teriakan Bara dengan sangat jelas sekali. Dia merasa sangat puas sekali mendengar suara Bara yang sangat putus asa itu.
“Sian cepat buka pintu kamar mandinya sekarang, jika tidak aku akan melaporkan mu kepada mama!” teriak Bara kembali.
Kali ini kau tidak bisa melaporkannya kepada mama lagi, karena ponselmu ada padaku, Hahaha.
Pada akhirnya permainan ini di menangkan oleh Sian, dan skor mereka tiga berbanding dua.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Halimah
seruuuu
2021-02-27
0
Rhia Sitanggang
Ha...ha..., Spt kucing dan anjing saja mereka thor
2021-02-27
1
budiarti halim
bagus thoorr..
2021-02-07
1