Waktu berlalu begitu cepat. Cuti satu bulan Sian kini berakhir. Tangan kanan Bara pun sudah sembuh total.
Pagi-pagi sekali Sian sudah bersiap-siap untuk pergi bekerja. Sedangkan Bara hanya duduk di ruangan tamu melihat istrinya itu bolak balik kamar dapur. Bara sangat menyukai pemandangan di pagi harinya, suasana baru yang belum pernah dia rasakan. Melihat Sian saja membuat Bara tersipu malu. Namun, Bara juga merasa sedih karena istrinya Sian akan pergi bekerja dan meninggalkannya sendirian.
Kenapa tidak, satu bulan lamanya Bara selalu bersama Sian di rumah dan sekarang dia akan sendirian karena akan sulit baginya memiliki waktu luang untuk bersama istrinya itu.
“Kamu akan pergi sekarang?”
Bara menghampiri Sian. Wajahnya terlihat sedih karena Sian akan pergi meninggalkan dia sendirian.
“Iya, aku harus bekerja sekarang.”
Sian sibuk memeriksa isi tasnya untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan.
“Sian jangan pergi, nanti siapa yang akan menemaniku di rumah jika kamu pergi.”
Bara merangkul Sian dan memasang wajah memelas. Dia ingin Sian merasa kasihan kepadanya saat melihat wajah sedihnya itu.
Sian menghembuskan nafas lelahnya melihat Bara yang terus menempel padanya. Setelah kembali dari rumah sakit pada malam itu Bara selalu menempel dan mengikutinya ke mana pun dia pergi.
“Bara aku mohon sekali padamu jangan seperti ini terus padaku, Please...”
Saking tidak tahan lagi dengan sikap Bara yang terus menempel membuat Sian sangat lelah. Sudah berulang kali Sian memohon, tetapi Bara tetap menempelinya dan terus merayunya.
Kenapa Sian tidak juga luluh hatinya? Padahal aku sudah melakukan semuanya untuk membuatnya menyukaiku. Apa usahaku masih belum cukup di matanya? Aku bahkan menempelinya dan merayunya setiap hari, tetapi kenapa tidak ada sedikit pun respons darinya. Semua harga diriku sudah tidak ada lagi di matanya karena melakukan hal-hal yang tidak aku sukai seperti ini.
Bara melepaskan rangkulan pada Sian. Dalam waktu singkat sikap dan ekspresi wajahnya berubah datar tidak seperti yang dia tunjukan pada Sian akhir-akhir ini. Bara mulai bersikap serius, sepertinya sifat aslinya sudah kembali.
“Sian, izinkan aku bertanya satu hal padamu?”
Suara Bara terdengar datar dan serius. Auranya saat ini sangat berbeda sekali dari sebelumnya.
“Baiklah, kamu ingin bertanya apa?”
Sian sudah mulai merasakan ada perbedaan dari Bara saat ini.
“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu menyukaiku?”
“Tidak ada,”
Mendengar jawaban Sian yang singkat terkesan tidak peduli membuat Bara kecewa.
“Ucapan mu barusan mengatakan jika dari semua yang aku lakukan untukmu tidak ada sedikit pun yang membuat dirimu menyukaiku.” Ucap Bara dengan nada renda.
Sejujurnya dari semua yang kamu lakukan untuk ku tidak benar-benar dari hatimu. Semuanya hanya trik yang kamu mainkan untuk menaklukkan diriku.
“Sejujurnya aku tidak merasakan apa-apa dari semua yang kamu lakukan untukku, dan aku rasa kamu melakukan semua itu tidak benar-benar tulus dari hatimu.”
Tanpa berpikir panjang Sian mengatakan apa yang dia rasakan sebenarnya. Sejujurnya pada awalnya Sian sudah merasakan ada getaran di hatinya, tetapi saat dia mendengarkan percakapan Bara dengan mamanya Vian pada malam itu membuat Sian kecewa dan semua usaha Bara selama ini menjadi sia-sia saja di mata Sian.
“Terima kasih sudah berkata jujur padaku, kamu boleh pergi sekarang.” Ucap Bara kecewa.
Dalam sekejap Bara berubah total. Detik itu juga Bara langsung menghentikan semua usahanya untuk mendapat hati Sian. Tanpa ragu-ragu Bara membalik badanya membelakangi Sian, kemudian dia Melangkah pergi meninggalkan Sian menuju kamarnya. Tanpa menoleh ke belakang, Bara memantapkan hatinya untuk tidak lagi melakukan semua rencananya dan mama Vian.
Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba bersikap emosional begitu? Apa aku salah bicara padanya?
Lama Sian menatap punggung Bara yang semakin menjauhinya.
Sudahlah, mending aku berangkat kerja sekarang. Aku sudah hampir terlambat.
Pada akhirnya Sian pergi ke rumah sakit dengan membawah satu koper baju ganti selama berada di rumah sakit.
Saat pintu keluar tertutup Bara membalik badannya untuk melihat ke arah pintu tersebut. Hanya tersisa suara pintu, saat Bara membalik badanya Sian sudah tidak ada lagi.
Sesaat Bara berdiam diri di tempatnya, dan setelah itu membalik badannya masuk ke dalam kamarnya.
Di sisi lain Sian sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Sejujurnya di dalam hati Sian ada hal yang mengganggu pikirannya saat melihat sikap Bara yang tiba-tiba berubah. Namun, Sian mengabaikannya karena menurutnya dia tidak melakukan kesalahan apa pun.
Sesampai di rumah sakit Sian langsung bergegas pergi ke ruang ganti. Setelah selesai Sian langsung mulai menjalankan kewajibannya sebagai dokter di rumah sakit tersebut.
Saat Sian berjalan menuju ruangannya, semua karyawan dan tenaga medis di rumah sakit tersebut melihat ke arahnya dengan berbisik di belakangnya.
Kenapa mereka menatapku seperti itu? Apa yang mereka bicarakan di belakangku?
“Dokter Sian, kemarilah ikut dengan kami.” Ujar beberapa perawat yang memang bekerja di bawah pengawasan Sian.
Sian berjalan menghampiri beberapa perawat tersebut.
“Ada apa?”
“Dokter Sian, katanya dokter sudah menikah?” tanya salah satu perawat tersebut.
“Kalian tahu dari mana kalau saya sudah menikah?” tanya Sian terkejut.
“Ternyata gosip yang tersebar di rumah sakit ini adalah benar.”
“Gosip apa yang kalian maksud?” tanya Sian sangat penasaran.
Para perawat tersebut menatap Sian dengan tersenyum menyelidiki.
“Ada gosip yang sangat populer belakangan ini di kalangan para tenaga medis.”
Sian menghembuskan nafas lelahnya karena perkataan perawat tersebut selalu mengantung dan bikin dia sangat penasaran.
“Iya gosip apa itu?” tanya Sian tidak sebaran.
“Gosip tersebut mengatakan jika dokter Sian menikah dengan pria yang sangat tampan dan seksi.”
Sian kembali menghembuskan nafas lelahnya. Sian juga memutar kedua bola matanya jengkel.
Astaga aku kira gosip apa tadi. Eh...ternyata gosip ngak penting.
“Dokter katakan pada kami, apa benar suami dokter tampan dan seksi seperti yang di katakan parah perawat di sini?” tanya parah perawat tersebut.
Sian hanya mengabaikan pertanyaan para perawat tersebut dengan berjalan menjauh. Namun, parah perawat tersebut tidak menyerah begitu saja. Mereka malah menahan Sian, dan meminta pertanyaan mereka di jawab dengan jujur.
“Dokter Sian tolong jawab pertanyaan kami, jika dokter tidak menjawabnya kami tidak akan melepaskan dokter Sian.”
Sian tidak ada pilihan lain selain menjawab pertanyaan dari parah perawat tersebut. Dengan terpaksa Sian menjawab pertanyaan tersebut.
“Oke baiklah, saya akan menjawab pertanyaan kalian, tapi kalian harus berhenti bergosip lagi.”
“Baiklah dokter, kami janji.” Jawab mereka secara bersamaan.
“Baiklah, akan aku jawab sekarang pertanyaan dari kalian.” Ucap Sian. “Jawabannya adalah gosip tersebut benar.” Lanjut Sian.
“Wah...” teriak parah perawat tersebut dengan heboh.
“Saya akui dia memang tampan dan seksi.” Ucap Sian mengakuinya.
“Wah...dokter Sian bikin kami iri saja.”
“Sudah, kalian kembali bekerja sekarang.” Titah Sian.
“Baik dokter.” Ucap parah perawat tersebut yang langsung kembali bekerja seperti perintah Sian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mama amiinn Asis
sean egois nanti bucin dia sama suaminya
2021-09-28
1
ReyN
sian mah terlalu sombong dan egois awas saja nnt bara di Pepet oleh wanita lain yg tulus mencintainya baru tau rasa terlalu sombong cihh
2021-05-24
1
Anita Jenius
Hadir kak..
10 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..
2021-03-22
0