Masih di kamar Bara.
Sian terus menangis di dalam pelukan Bara. Sementara itu Bara terus menepuk-nepuk punggung Sian dengan pelan.
“Maafkan aku Sian, tolong jangan menangis lagi aku tidak bisa melihatmu menangis seperti ini.”
Sian tetap diam dan meneruskan tangisannya, tetapi kali ini tangisan Sian sudah sedikit reda. Sepertinya dia sudah mulai menenangkan dirinya.
“Kemarilah, biar aku lihat wajah mu sekarang.”
Dengan lembut Bara menarik dagu Sian mendongkak melihatnya. Tatapan Bara sangat lembut sekali, dia juga menghapus sisa air mata Sian yang menempel di kedua sisi wajahnya. Sangat lembut sekali usapan tangan Bara di wajah Sian, saking lembutnya Sian terkesima dengan sikap Bara saat ini. Sian menutup matanya menikmati kelembutan tangan Bara di wajahnya.
Rasa ini sangat nyaman sekali. Tangannya sangat lembut dan besar di wajahku. Hangat dan nyaman saat tangan itu menyentuh kulit wajahku.
“Apakah kita bisa bicara sekarang?”
Suara lembut Bara menyadarkan Sian dari khayalnya. Sian membuka matanya perlahan dan langsung di suguhkan dengan wajah tampan milik Bara dan di sertai kumis titis yang terlihat seksi.
Astaga jantungku, kenapa dia begitu tampan.
“Sian, apakah kamu mendengarkanku?”
Sian kembali tersadarkan. Dia langsung menjauhkan dirinya dari Bara.
“Ya, aku mendengarkanmu.” Jawab Sian datar.
“Sian maafkan aku, sungguh aku tidak bermaksud untuk membuat mu merasa tertekan seperti ini.”
Bara mulai mencoba untuk berbicara dari hati ke hati. Kali ini Bara akan berkata jujur tentang apa yang dia rasakan terhadap istrinya itu.
“Terus kenapa kamu dan mama melakukannya?”
Kenapa tiba-tiba aku ragu untuk mengatakannya.
Bara terdiam, dia menelan salivanya sembari menatap ragu Sian.
“Kenapa kamu diam? Tidak bisa jawab kan?”
Sian menuntut jawaban atas pertanyaannya. Sian juga sangat kesal sekali pada Bara yang terdiam, seakan dia tidak memiliki alasan yang tepat untuk di katakan.
“Dasar menyebalkan!”
Sian marah. Tangannya mulai mendorong jauh dada Bara darinya. Setelah itu Sian menarik gagang pintu untuk keluar dari sana.
Namun, dengan cepat Bara menariknya hingga terkandas kembali di pintu.
“Lepaskan, biarkan aku keluar dari sini!”
Sian mengamuk. Bara mencoba menahan amukannya dengan menekankan tubuhnya dengan tubuh milik Sian. Sehingga Sian tidak bisa bergerak lagi.
Kemudian Bara memaksakan membukam Sian dengan Ciuman. Cup bibir Bara mendarat tepat di bibir Sian. Mata sian terbelalak kaget, bibir Bara sudah mengunci Bibirnya.
“Mmmm”
Plakk!!
Tangan Sian mendarat di sisi wajah Bara dengan keras. Bibir Bara terlepas dari bibir Sian. Dada Bara menggebu, dan wajahnya terasa panas akibat dari tamparan Sian.
“Apakah kau sudah gila!!” bentak Sian.
Nafas Sian terengah-engah karena hampir tidak bisa bernafas setelah Bara menciumnya.
Bara tetap tenang dan tidak berbicara apa pun pada Sian saat ini. Bara masih menatap ke arah bibir tebal milik Sian. Dia melihat Sian mengangkat tangannya untuk menghapus jejak ciumannya yang ada pada bibir itu. Namun, dengan cepat Bara mencengkeram tangan tersebut dan melipatya ke belakang pinggang Sian.
“Tidak akan aku biarkan kamu menghapusnya,”
Dengan bernafsu Bara langsung mendaratkan ciumannya kembali dan menjelajahi di setiap sudut bibir dan di dalam mulut Sian.
“Mhmm” desah Sian tertahan.
Bara mengeratkan cengkeramanya di pinggang Sian dan semakin membuat Sian terpojok di pintu. Bibirnya terus bermain di dalam dan di luar bibir Sian dengan sangat buas. Hingga membuat Sian tidak sempat untuk bernafas dan menelan Salivanya.
Karena tidak tahan lagi Sian mencoba mendorong Bara dengan tangan satunya lagi, tetapi Bara mengorbankan tangan kanannya untuk menahan tangan Sian yang ingin mendorongnya menjauh. Seakan tidak merasakan sakit di tangan kanannya, Bara terus menyumpal Bibir Sian dengan bibirnya. Tidak hanya bibir saja, Bara menurunkan bibirnya ke leher jenjang Sian. Bara menyeruput dan memberi tanda kepemilikan di leher Sian.
“Ahh...” desah Sian yang lolos dari bibirnya.
Bara semakin bergairah mendengar desahan Sian yang lepas dari bibirnya itu. Tanpa sadar Sian menikmati permainan lidah yang menjelajahi lehernya itu. Sekilas Bara tersenyum karena Sian merasakan kenikmatan dari perbuatannya itu. Akhirnya Sian merasakan kenikmatan yang di ingin Bara sejak dari tadi.
Tangan Bara mulai menjelajahi buah dada Sian, tetapi tak berlangsung lama Sian Tersadarkan dan langsung menghentikan tangan Bara.
“Bara hentikan,” pinta Sian.
Tidak membuat Sian mengatakan ucapannya dua kali Bara langsung berhenti. Dia mencoba menata pernafasannya yang tidak teratur dan menenangkan dirinya yang kehilangan kendali. Begitu juga Sian, dia mencoba bernafas dengan benar dan membenarkan bajunya. Keduanya sama-sama mencoba menenangkan diri masing-masing.
“Sian mengapa kamu menghentikanku?” terlihat Bara merasa sedikit kecewa.
Sian menarik nafas panjangnya dan kemudian menghembuskannya kembali.
“Aku tidak ingin melakukannya dengan mu.” Jawab Sian menunduk ke bawah.
“Kenapa tidak, kita adalah suami istri?”
“Maaf, tapi aku tidak bisa.”
“Kenapa tidak bisa?”
Bara sedikit melangkah untuk menyudutkan Sian ke pintu. Namun, Sian langsung bergeser dari posisinya itu.
“Karena aku hanya ingin melakukannya dengan orang yang aku cintai.”
Seketika ucapan Sian membuat Bara membukam mulutnya. Tak bisa dipungkiri jika saat ini Bara masih belum bisa membuat Sian mencintainya, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Bara untuk menaklukkan istrinya itu untuk mencintainya.
“Baiklah kalau begitu, berikan aku kesempatan untuk membuatmu menyukai dan mencintai diriku.” Ucap Bara dengan lantang dan penuh keyakinan.
Deg kejutan pada jantung Sian. Dia sangat terkejut dengan kata-kata Bara barusan.
“Beri aku waktu untuk membuat mu mencintaiku, aku janji akan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin.” Bara kembali membuat Sian terkejut.
Apakah dia benar-benar serius dengan ucapannya itu? Apakah aku sedang bermimpi sekarang?
Sian mencubit pipinya sendiri dan ternyata dia merasa kesakitan.
Ini bukan mimpi. Ini nyata, dia benar-benar mengatakannya.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus memberinya kesempatan?
“Sian, apakah kamu baik-baik saja?”
Bara menyadarkan Sian dari lamunannya. Entah kenapa tiba-tiba sian gelagapan di depan Bara. Jantungnya berdebar-debar tak karuan.
“Ya aku baik-baik saja.” Jawab Sian yang tidak ingin menatap Bara.
“Bagaimana?”
“Apa maksudmu, bagaimana?” Sian gugup setengah mati di hadapan Bara saat ini.
“Jawaban dari kesempatan yang aku minta dari mu barusan.” Ucap Bara dengan tenang.
Bagaimana ini, aku harus jawab apa? Sian beri saja dia kesempatan, dia adalah suami mu. Mau tidak mau kamu harus memberinya kesempatan.
Setelah mama, dia adalah orang yang akan mencintai mu di masa yang akan datang.
Sian menarik nafasnya dan menghembuskannya kembali.
“Baiklah, aku memberimu kesempatan itu.” Ucap Sian dengan cepat.
Bara tersenyum. Dia sangat senang sekali dengan jawaban yang di berikan Sian kepadanya. Saking senangnya Bara menarik sian masuk ke dalam pelukannya, dan berkata. “Terima kasih Sian, aku akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Dan aku janji tidak akan membuat mu kecewa, aku akan membuat mu menjadi istri yang paling bahagia di dunia ini.”
Bara semakin mengeratkan pelukannya, dan mengelus lembut puncak kepala Sian.
“Ingat jangan sampai kamu membuatku menyesali keputusan ini.” Ucap Sian di dalam pelukan Bara
“Em, aku janji tidak akan membuat mu menyesalinya.”
Sian tersenyum dan langsung membalas pelukan Bara dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments