Matahari sudah terbit. Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Penduduk di Jepang sudah mulai melakukan aktivitas mereka. Berbanding terbalik dengan sepasang insan yang masih betah di atas tepat tidur karena bekerja keras semalaman.
Saat Sian bernafas dia mencium bau tubuh maskulin Bara di hidungnya. Sian juga merasakan jika ada lengan besar melingkari perut ratanya dengan erat.
Perlahan Sian membuka matanya. Secara halus dia merasakan matahari menembus penglihatannya saat membuka mata. Setelah menetralkan cahaya tersebut di matanya, Sian melihat penampakan wajah Bara di depan matanya. Wajah tampan, hidung mancung, alis tebal, bibir seksi dan berkumis tipis.
Dia sangat tampan sekali.
Tanpa sadar tangan Sian bergerak atau lebih tepatnya, ujung telunjuk jarinya menyentuh hidung Bara dari atas hingga ke ujung dengan lembut. Kemudian ujung telunjuk tersebut juga menyentuh ke area bibir seksi Bara.
“Pagi sayang,” ucap Bara dengan suara serak khas bangun tidur.
Sian kaget. Kemudian dia menyingkirkan tangannya dari wajah Bara secepat kilat.
“Pagi”
“Sayang, barusan kamu sedang melakukan apa di wajahku?” tanya Bara dengan suara beratnya.
“Tidak ad_” Sian menghentikan ucapan, tiba-tiba saja dia menyadari sesuatu.
Tunggu sebentar, dia bilang apa tadi? Kalau tidak salah dia memanggilku sayang.
“Sayang, apa yang sedang kamu pikir sekarang?” tanya Bara kembali.
Aku tidak salah lagi, dia benar-benar memanggilku dengan sebutan sayang.
Sian larut dalam pikirannya sehingga dia tidak menanggapi pertanyaan Bara.
Cup! Bara mengecup bibir Sian. Kecupan Bara membuat Sian tersadarkan. Sian terlihat masih belum terbiasa dengan sikap spontan Bara. Dia masih kaku sekali dan malu-malu. Melihat rona merah di wajah istrinya itu Bara kembali ingin menciumnya. Bibir Bara mulai mendekati bibir Sian, tetapi saat bersamaan Sian mengingat jika hari ini ada seminar jam 9 nanti.
“Astaga, aku hampir terlambat. Ini sudah jam 8 lewat 15 menit, aku harus mandi sekarang.” Ucap Sian di tengah-tengah Bara ingin menciumnya.
Dengan cepat Sian beranjak berdiri dengan menyelimuti tubuhnya dengan menggunakan selimut yang mereka gunakan saat tidur.
“Sayang kamu mau pergi ke mana?” tanya Bara.
“Maafkan aku Bara, aku harus bergerak cepat untuk menghadiri seminar sekarang.” Teriak Sian yang sudah berada di dalam kamar mandi.
Sial!
Bara mengacak-ngacak rambutnya kasar. Bara merasa kecewa saat Sian pergi meninggalkannya di saat-saat dia ingin melangsungkan ronde kedua, tapi apa yang dia dapat sekarang, hanya ketegangan pada juniornya saat ini.
Di sisi lain Sian sudah siap untuk pergi menghadiri seminar di ballroom hotel tempat dia menginap sekarang. Sebelum pergi Sian menyempatkan dirinya untuk mencium Bara dengan berkata.
“Aku pergi dulu, jangan lupa makan.”
Sian kembali mengecup bibir Bara.
“Bye sayang...”
Sian melambaikan tangannya pada Bara, kemudian dia pergi meninggalkan Bara sendirian di kamar hotel menuju ke ballroom secepatnya.
Setelah mendapat ciuman dari Sian, Bara tersenyum sipu. Terasa ada banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya. Saking senangnya, Bara bergelut di atas tempat tidur. Tersenyum sendiri dan berbicara sendiri yang di lakukan Bara saat mengingat kejadian tadi malam.
***
Ballroom.
Saat Sian masuk ke ballroom, seminarnya sudah hampir di mulai. Semua kursi sudah terisi, hanya kursi milik Sian yang masih kosong. Di jepang, penduduknya sangat disiplin dan tepat waktu sekali. Makanya saat Sian datang ke ballroom semua orang sudah ada di tempatnya masing-masing.
Setelah Sian duduk di kursinya, seminar pun di mulai. Selama seminar berlangsung Sian terus Fokus pada sosok orang yang berbicara di depan sana. Kenapa tidak, karena yang menjadi juru bicara dalam seminar ini adalah Malik Ramiro teman Sian selama menjadi dokter residen. Selama semasa menjalani pendidikan kedokteran mereka berdua adalah rival. Kini setelah sekian lama, Sian kembali melihatnya setelah 3 tahun lamanya.
Malik atau di sebut dokter Malik ini sudah menjadi salah satu dokter yang terkenal di asian. Berkat kegeniusannya, dia mampu mengalahkan Sian dalam persaingan merebutkan posisi Malik saat ini. 3 tahun yang lalu, Sian dan Malik pernah berada di masa yang sangat sulit menjalani kompetisi. Mereka berdua di berikan kesempatan berkompetisi untuk melebarkan sayapnya di negara jepang, tetapi pada saat itu Sian di diskualifikasi karena tidak menghadiri tes tahap akhir, yaitu penentuan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Untuk menentukan siapa pemenang dalam kompetisi ini Sian mau pun Malik harus melakukan operasi yang sangat sulit dan terumit sekali pun di ilmu kedokteran.
Setelah berjuang mati-matian, Sian harus merelakan impiannya pergi ke jepang untuk menjadi salah satu dokter terhebat di asian. Pada hari kompetisi penentuan, Sian tidak hadir karena sedang berduka atas meninggalnya sang ayah di hari kompetisinya.
Semenjak hari itu, Sian selalu berusaha mati-matian untuk mengejar mimpinya setelah menyerah pada kompetisi penentuan tersebut.
Saat melihat Malik berbicara di depan sana, mengingatkan Sian akan masa lalunya yang pahit. Sian mengingat penyesalan yang amat dalam pada dirinya sendiri. Rasa pahit kehilangan sosok sang ayah membuat Sian menyerah pada mimpinya. Namun, saat ini Sian sudah merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Saat ini Sian sudah mulai melupakan kenang buruk itu dengan seiring waktu berjalan.
Dengan fokus menjadi sosok dokter yang baik dan pekerja keras membuat Sian menjadi lebih berkembang dan lebih baik lagi. Menjadi salah satu dokter terhebat di asian, bukanlah jalan satu-satunya bagi Sian. Namun, dengan menjadi sosok dokter yang baik bagi pasiennya adalah hal yang paling penting bagi Sian saat ini.
Setelah seminar berlangsung selama 12 jam kini acara selanjutnya adalah penutupan. Setelah penutupan selesai Sian berjalan keluar dari ballroom tepat jam 8 malam.
Saat melangkah keluar dari ballroom, Sian melihat Malik mencarinya dengan memanggil namanya.
“Sian...” panggil Malik di atas podium.
Tak bisa dipungkiri jika Sian belum siap untuk bertatap muka dengan Malik. Untuk menghindari Malik, Sian melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan ballroom. Saat ini Sian tidak ingin melihat Malik dulu karena dia merasa ada sesuatu yang belum bisa Sian terima. Selama bertahun-tahun Sian terus menolak bertemu dengan Malik dengan alasan yang sama, yaitu tentang dirinya yang mundur dari kompetisi pada 3 tahun yang lalu.
Maaf Malik, aku masih belum siap bertemu denganmu sekarang. Beri aku sedikit waktu lagi untuk benar-benar bisa menghilangkan kenangan pahit 3 tahun yang lalu.
Untuk cepat sampai di kamarnya, Sian memutuskan untuk menggunakan tangga darurat. Dia tidak ingin menunggu terlalu lama di depan lift karena dia takut Malik dapat mengejarnya.
Satu persatu anak tangga Sian naiki hingga sampai ke lantai 7. Sesampai di lantai 7, Sian langsung masuk ke kamar hotelnya 305. Saat membuka pintu kamar hotelnya ternyata Bara sudah tidak ada lagi di sana. Hanya sebuah memo berwarna kuning yang Bara tinggalkan untuk Sian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nungki Nunung Nurhayati
bagus nih jalan cerita nya... bikin penasaran...
2021-03-09
1