Tidak ingin banyak berbicara lagi hanya untuk menggunjing pangeran di hadapannya, Liang Fenghong pun akhirnya berkata, “Kasim kepercayaan ibumu adalah mata-mata dari Li Guifei.” Pria ini begitu suka mengubah topik dengan kasar. Namun, perubahan topik yang kasar ini memang diperlukan.
Wang Junsi yang sempat termenung setelah mendengar gunjingan Liang Fenghong langsung terbelalak. “Apa?” Kengerian terpancar dari ekspresi sang Pangeran Keempat. “Apa maksud ucapanmu itu?” Dia mengambil satu langkah maju secara refleks. Terlihat dari pancaran matanya kalau dia begitu mengkhawatirkan keadaan ibunya.
Liang Fenghong menarik napas. Dia kemudian menceritakan mengenai Kasim Xia kepada Wang Junsi, bagaimana pria tersebut mencoba meracuni Huang Yan’an dengan Ku Xingren. Hal tersebut membuat sang Pangeran Keempat sangat terkejut, bahkan sampai meragukan kebenaran dari ucapan Liang Fenghong.
“Kasim Xia? Bagaimana mungkin?” Manik biru Wang Junsi bergerak-gerak seakan mencari-cari keanehan dari sikap Kasim Xia setiap kali mereka berjumpa. Namun, dia tak mendapatkan apa-apa. “Kasim Xia telah mengikuti ibuku selama bertahun-tahun ….”
Begitu sang Tuan Muda Liang menjelaskan kalau informasi tersebut didapatkan dari Huang Miaoling, Wang Junsi pun tidak mampu lagi mengelak dan hanya bisa menelan kenyataan secara bulat-bulat. Tangan sang Pangeran Keempat mengepal kuat, menyayangkan kenyataan bukan dirinya yang mengambil sendiri nyawa pengkhianat itu.
Kalau bukan karena Huang Miaoling yang secara singkat menceritakan keterlibatan Kasim Xia dan Pasukan Kematian, Liang Fenghong mungkin juga tidak akan tahu mengenai hal ini. Oleh karena itu, dia tidak terkejut kalau Wang Junsi sendiri tak tahu-menahu soal keberadaan pengkhianat bernama Kasim Xia ini.
“Bisa dikatakan kalau kita adalah pendatang baru dalam permainan tua ini,” ujar Liang Fenghong dengan suara dalam. “Kita sudah melewati periode peletakan catur di papan permainan.” Dia melanjutkan, “Jangan begitu heran apabila kau tak tersadar mengenai keberadaan pengkhianat dalam kubu pemain lama.” Alisnya bertaut, memperkeruh ekspresi di wajahnya, tapi tidak mengurangi ketampanan yang pria itu miliki. ‘Sulit untuk sepenuhnya mengerti ….’
Dalam permainan catur kerajaan Wu, jelas ada dua kubu besar yang saling berlawanan, kubu Ibu Suri He dan kubu Kaisar Huatai. Masing-masing kubu tahu mengenai kelemahan dan kelebihan lawan mereka, mereka begitu mengerti satu sama lain sampai-sampai tak ada satu pun yang mampu menggunakan mata-mata untuk menyerang lawan. Yang bisa mereka lakukan dengan mata-mata hanyalah mengawasi gerak-gerik musuh sampai akhirnya perang yang begitu terbuka terjadi dalam bentuk pemberontakan.
Bila dibandingkan dengan kerajaan Wu, maka permainan catur kerajaan Shi begitu berantakan. Entah ada berapa kubu yang hadir untuk bermain di atas papan, mengakibatkan tak adanya kejelasan mengenai siapa musuh dan siapa teman. Oleh karena itu, teman di hari ini bisa menjadi musuh di hari esok, begitu pula sebaliknya.
Tak ada yang pasti.
Liang Fenghong mengesampingkan pemikirannya itu dan berkata, “Selagi kita tidak berada di kerajaan Shi, waktu di tempat ini tidak berhenti.” Entah apa tujuannya mengatakan hal yang begitu jelas diketahui semua orang. “Saat berita mengenai kemenangan kita di kerajaan Wu tiba di kerajaan Shi, musuh pasti telah menyiapkan rencana untuk menyambut kita, terutama dua orang yang pada saat itu paling menonjol di seluruh kerajaan.”
“Dua?” Wang Junsi menautkan alisnya.
“Kau dan Ling’er,” jawab Liang Fenghong. Lalu, dia menaikkan alis kanannya, kali ini sungguh mempertanyakan kecerdasan pria di hadapannya. “Apa kau kira semua orang tahu kalau Wang Chengliu terlibat dalam kerja sama denganmu dan kerajaan Zhou untuk membantu kerajaan Wu?” Ekspresinya perlahan berubah serius ketika menyadari Wang Junsi memang tak mengetahui kebenaran kalau hanya Kaisar Weixin yang mengetahui keterlibatan Wang Chengliu sebelum perjamuan kemarin malam. “Oleh karena itu, Wang Junsi, sudah kukatakan sebelumnya… adik keenammu itu adalah orang yang sangat berbahaya.”
“Maksudmu ….” Wang Junsi tak berani menyelesaikan ucapannya ketika otaknya dengan cepat menghubungkan satu benang dengan benang yang lainnya.
Liang Fenghong menganggukkan kepalanya, bersyukur lawan bicaranya akhirnya menyadari apa yang sedang dia bicarakan. Sang Tuan Muda Liang memulai, “Menyingkirkan ibumu dengan tangan Li Guifei yang haus akan pembalasan dendam, itu melemahkan hubungan keluarga kerajaan dengan keluarga Huang. Meminjam tangan Wang Wuyu untuk menggesermu dari persaingan mendapatkan ikatan pernikahan dengan kerajaan Wu, itu akan melemahkan dukungan yang mampu diberikan oleh Kaisar Huatai.” Tangan Liang Fenghong tiba-tiba mengepal. “Lalu, menggagalkan pernikahanku dan Ling’er, itu akan menimbulkan kesalahpahaman antara Liang dan Huang. Semua itu akan berakhir pada pengisolasian dirimu dan keluarga Huang dari segala bantuan luar.”
Mata Wang Junsi bergetar menyadari kalau orang paling mengerikan dalam papan permainan kerajaan Shi adalah satu sosok pendiam itu. “Kejadian hari ini adalah sebuah rencana … untuk menguburku … dan keluarga Huang?”
***
Huang Miaoling yang telah menunggu begitu lama di dalam ruangan menjadi semakin tidak sabar seiring detik demi detik berlalu. Topeng ketenangan yang biasa dia gunakan perlahan luntur dan memunculkan ekspresi tak sabar di permukaan wajahnya. Hal tersebut membuat Wu Meilan yang memerhatikannya sedikit tersenyum tak berdaya.
“Junzhu, kau sungguh tak apa-apa?” ujar Wu Meilan pada akhirnya, mencoba untuk mengalihkan Huang Miaoling dari kekesalannya.
“Aku sudah mulai mendapatkan kekuatanku kembali, Tuan Putri. Tak perlu khawatir.” Huang Miaoling tersenyum seraya menggerak-gerakan tangannya di hadapan Wu Meilan. Tiba-tiba, dia tersadar akan sesuatu dan memandang ke arah Wu Meilan. “Tuan Putri, selagi aku bersembunyi bersama dengan Tuan Muda Liang, apa yang sebenarnya terjadi?”
Wu Meilan sedikit terkejut dengan pertanyaan Huang Miaoling, dia mengira kalau gadis itu seharusnya sudah tahu mengenai apa yang terjadi. Bukankah dikatakan oleh Liang Fenghong kalau gadis itu sepenuhnya sadar sepanjang kejadian, tapi hanya tak bisa bergerak saja? Kalau memang benar, dengan kekuatan bela diri Huang Miaoling yang meningkatkan kemampuan inderanya, dia seharusnya bisa mendengar dengan baik percakapan yang terjadi, bukan?
Namun, bagaimanapun dugaannya, pertanyaan telah dilontarkan, dan Wu Meilan pun harus menjawab. Putri itu pun menjelaskan mengenai kedatangan Chenxiao yang berujung pada kedatangan Wang Chengliu. Tak ada sedikit pun hal yang dilewatkan oleh Wu Meilan, menandakan bahwa di keadaan menegangkan seperti itu, sang Putri kerajaan Wu mampu mempertahankan kesadaran dan ketelitiannya.
Selagi Wu Meilan menceritakan apa yang terjadi, pandangan Huang Miaoling sedikit menggelap. Kecurigaan sang Tuan Putri Wu memang tidak salah, Huang Miaoling memang sudah tahu mengenai apa yang terjadi karena dia bisa mendengar jelas mengenai percakapan yang terjadi dan mengira-ngira gerakan yang diambil setiap orang. Namun, dia memiliki tujuan lain untuk menanyakan kembali hal ini pada sang Tuan Putri Wu.
‘Ekspresinya … ingatannya terhadap setiap kalimat yang dilontarkan pria itu ….’ Secercah kekhawatiran terpancar dari pandangan Huang Miaoling. ‘Wang Chengliu! Beraninya kau!’ pekik Huang Miaoling seraya menggertakkan gigi.
Walau hatinya begitu kacau, Huang Miaoling tetap menunjukkan ekspresi tenang di hadapan Wu Meilan. Di akhir cerita, sang Nona Pertama Huang bahkan berterima kasih dengan sebuah senyuman di wajahnya.
“Tuan Putri, kapan kau berencana untuk memilih?”
Pertanyaan singkat Huang Miaoling kali ini membuat Wu Meilan tercengang. Putri itu tidak tercengang karena bingung mengenai maksud sang Nona Pertama Huang, melainkan terkejut karena pertanyaan itu datang dengan begitu tiba-tiba.
Setelah beberapa detik berlalu, sang Tuan Putri tersenyum canggung. “Kenapa Junzhu menanyakan hal ini secara tiba-tiba?”
“Karena aku mulai merasa Tuan Putri sempat berpikiran untuk memilih Pangeran Keenam.”
Detik itu juga, Wu Meilan terbengong. Dia menatap Huang Miaoling untuk waktu yang sangat lama. Saat Wu Meilan mampu mendapatkan kembali suara dan kendali atas tubuhnya, gadis itu bertanya, “Apa yang membuat Junzhu berpikiran demikian?” Kengerian terlukis di wajahnya.
Huang Miaoling terdiam sesaat sebelum akhirnya menghela napas. Gadis itu menuangkan teh untuk Wu Meilan, membuat putri itu kembali terkejut dengan tindakannya. “Tenangkanlah dirimu terlebih dahulu, Tuan Putri,” ujar sang Nona Pertama Huang seraya menyodorkan cangkir berisi teh kepada sang Putri.
“Ah ….” Rona merah muncul di wajah Wu Meilan ketika mendengar ucapan gadis di hadapannya. Dia meraih cangkir yang disodorkan oleh Huang Miaoling dan memeluk cangkir itu dengan telapak tangannya, mencoba menenangkan dirinya.
“Tuan Putri, kau masuk jebakan,” ujar Huang Miaoling seraya menuangkan teh untuk dirinya sendiri.
“Jebakan?” Wu Meilan mengulangi ucapan gadis di hadapannya.
Pandangan Huang Miaoling tidak beralih dari cangkir teh yang ada di hadapannya, matanya memperhatikan pantulan dirinya pada permukaan teh yang mulai tenang. Setelah sekian lama, Huang Miaoling masih tak bisa percaya kalau saat dia harus menghadapi hantu dari masa lalunya akan datang dengan begitu cepat.
“Apa yang membuat sesuatu dianggap menarik oleh seseorang?” tanya Huang Miaoling seraya mengangkat pandangannya kepada Wu Meilan. Dia tidak menunggu lama sebelum akhirnya menjawab, “Jawabannya adalah perbedaan, Tuan Putri.”
___
A/N: :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Rose_Ni
lah sama yg dibilang ama Weng Chengliu
2024-01-08
0
fifid dwi ariani
trusbahagia
2023-07-18
0
Cantik Cute
sampai sini masih adakah tim yg pengen mioling balikan dg chengliu?? . Heran
2023-05-25
2