Suara hembusan napas kencang yang disengaja untuk mematikan cahaya lilin bisa terdengar. Pandangan gadis yang melakukan hal tersebut terlihat semakin gelap sewaktu cahaya lilin menghilang seketika. Kepala gadis itu berputar sesaat untuk melihat ke arah majikannya yang telah terbaring di atas tempat tidur. Lalu, dia berjalan meninggalkan ruangan, tidak merasa ada perlu untuk mengucapkan salam pamit seperti yang biasa dilakukan para pelayan lain pada majikan mereka.
Lagi pula, wanita di atas tempat itu selamanya akan pernah menjadi majikannya.
Setelah suara decitan pintu terbuka dan tertutup terdengar, keheningan sepenuhnya menyelimuti ruangan itu. Hanya ketika waktu satu dupa berlalu, wanita di atas tempat tidur membuka matanya dan menggeser tirai setengah tembus pandang yang membatasi tempat tidur dan ruangannya. Yakin kalau telinganya tak lagi mendengar suara apa pun di dekat ruangannya, wanita itu perlahan turun dari tempat tidur dan mengenakan alas kakinya.
Tak berapa lama, pintu kembali berdecit terbuka, mengejutkan wanita tersebut. “Putri Mahkota?”
Mendengar suara itu, wanita tersebut menghela napas lega. “Xiaoxue, bantu aku kenakan pakaianku,” ujar Huang Wushuang selagi otot-ototnya meregang.
Tak butuh waktu lama bagi Huang Wushuang untuk bersiap-siap dengan bantuan Xiaoxue. Lagi pula, memang gadis pelayan itu yang bertugas dalam membantunya berpakaian sehari-hari selagi Yuanli mengamati pekerjaan masing-masing pelayan, bertugas bak elang pengawas.
“Kau sudah pastikan dia kembali ke kediaman pelayan?” tanya Huang Wushuang.
Xiaoxue menganggukkan kepalanya. “Aku yang hari ini bertugas menjagamu, Putri Mahkota. Tidak perlu khawatir. Dia tak mungkin kemari sampai besok pagi,” ujar gadis itu dengan anggukkan kepala yakin. “Para pengawal juga telah kuberikan ‘hadiah’ sesuai perintahmu. Mereka tak akan buka suara mengenai kepergian kita malam ini,” jelasnya diiringi dengan anggukkan kepala Huang Wushuang.
Dengan tudung hitam menutupi kepalanya, Huang Wushuang keluar bersama dengan Xiaoxue. Dua pengawal di depan teras dan dua pengawal di gerbang kediaman menundukkan kepala mereka, berpura-pura tidak melihat apa pun sesuai perjanjian yang terbentuk demi beberapa bongkah emas. Sesuatu yang begitu ironis mengingat kalau para pengawal tersebut telah mengucap sumpah ketika diangkat menjadi pengawal istana, sebuah sumpah yang mengikat mereka untuk menjaga ketertiban istana dan tidak memihak siapa pun terkecuali sang Kaisar yang terhormat.
Omong kosong!
Di depan harta dan kekayaan, hampir semua orang akan tunduk dan menutup mata mereka terhadap pelanggaran.
Xiaoxue menuntun Huang Wushuang dengan langkah kaki pendek yang cepat, menunjukkan kalau dirinya merasa cukup khawatir akan bertemu dengan para pengawal patroli yang jelas tak sempat dia sogok. Namun, seperti para pelayan lainnya, dia mengetahui jalan-jalan pintas yang mampu membantunya untuk sampai di tujuan dengan lebih cepat.
Tak sampai lima belas menit, Huang Wushuang dan Xiaoxue pun tiba di depan sebuah gerbang besar dengan dua penjaga dengan tampang yang mengerikan menunggu di sana. Ketika melihat sosok Xiaoxue, kedua pengawal tidak mengatakan apa pun dan membiarkan kedua wanita itu masuk. “Guifei telah menunggu kalian,” ucap salah seorang pengawal dengan dingin, sepertinya tak ingin banyak berbasa-basi pada dua orang di depannya. Pada akhirnya, mereka yang setuju datang ke tempat ini menunjukkan kalau mereka lebih memerlukan Li Guifei dibandingkan Li Guifei memerlukan mereka.
Beberapa langkah diambil oleh Xiaoxue dan Huang Wushuang yang terlihat sedikit kebingungan. Keduanya tak pernah menginjakkan kaki di istana ini, terlebih lagi menemui Li Guifei secara pribadi karena hubungannya yang buruk dengan selir-selir Kaisar Weixin dan para penghuni istana yang lain.
Namun, tiba-tiba, pintu kamar Li Guifei terbuka, menunjukkan sosok seorang wanita bermata dingin. Melihat pakaian pelayan tingkat tinggi yang dikenakan pelayan itu, Huang Wushuang yakin kalau wanita itu adalah Shuixiang, pelayan pendamping Li Shijing sejak wanita itu masuk ke dalam istana.
“Kak Shuixiang,” panggil Xiaoxue seraya memberi salam dengan hormat ketika melihat Shuixiang.
Shuixiang menganggukkan kepalanya kepada Xiaoxue dan melirik Huang Wushuang. Selama sesaat, dia mempelajari sang Putri Mahkota dengan mata dingin, membuat Huang Wushuang sejujurnya merasa cukup tersinggung. Bagaimanapun, statusnya adalah seorang putri mahkota, bagaimana mungkin seorang pelayan memperlakukannya seperti ini?
Ah, Yuanli adalah sebuah pengecualian. Gadis itu bisa membunuhnya.
Lalu, siapa bilang Shuixiang tak bisa melakukannya? Ha ha ha!
“Salam kepada Putri Mahkota.” Mengejutkan, tapi Shuixiang membungkuk rendah, menunjukkan penghormatannya kepada Huang Wushuang. Begitu badannya tegap, dia berkata, “Li Guifei telah menunggu di dalam, silakan masuk.”
Shuixiang memimpin Huang Wushuang dan Xiaoxue untuk melangkah masuk ke dalam ruangan Li Shijing yang masih diterangi cahaya lilin-lilin yang menyala terang. Pintu dibukakan oleh dua pengawal penjaga pintu yang mempersilakan mereka masuk dengan penuh hormat, membuat Huang Wushuang dengan bodohnya merasa tersanjung dengan perlakuan yang diberikan para bawahan Li Guifei.
“Guifei, Putri Mahkota telah tiba,” ujar Shuixiang seraya berlutut di tengah ruangan dengan Xiaoxue dan Huang Wushuang di belakangnya. Melihat Shuixiang berlutut, Xiaoxue juga mengikuti tindakan wanita itu. Hal tersebut membuat Shuixiang melirik ke arahnya dengan pandangan penuh arti, mungkin mengagumi sikap pelayan muda itu yang mampu beradaptasi sesuai perkembangan situasi.
Setelah ucapan Shuixiang mendarat di telinga Li Shijing, terlihat pantulan bayangan Li Shijing dari balik tirai yang membatasi tempat tidurnya bergerak mendudukkan diri. Jari-jari lentik menyentuh bagian tirai yang terbelah dan menariknya ke samping, menunjukkan satu sosok menawan yang begitu menggoda.
Detik itu, bahkan Huang Wushuang yang dikatakan sebagai Peony kerajaan merasa tenggorokannya tercekat melihat kecantikan wanita itu. ‘I-ini Li Guifei?’ pikirnya.
Sejak dirinya menikah ke dalam keluarga kerajaan, Huang Wushuang telah melihat semua selir dalam penghormatan pagi setiap harinya. Namun, seakan begitu disengaja atau memang ada alasan tertentu, Li Guifei tidak pernah hadir dalam perkumpulan pagi para wanita dalam istana.
Perkumpulan pagi adalah suatu upacara wajib yang mana para wanita-wanita muda di istana memberikan hormat mereka pada wanita yang lebih senior atau kedudukan yang lebih tinggi. Semua wanita diwajibkan untuk hadir, dan semua lelaki dilarang untuk datang. Tradisi ini tak pernah dipecahkan sebelumnya, sampai akhirnya Huang Wushuang mendengar tentang Li Guifei.
Tak pernah ada yang berani membahas alasan kenapa Li Guifei tak pernah hadir dalam perkumpulan pagi. Namun, ada dua kemungkinan. Yang pertama, Li Guifei tidak menghormati Permaisuri Mingmei karena tahu Kaisar Weixin tak akan mempersulitnya apa pun yang terjadi. Yang kedua, Permaisuri Mingmei memang tak pernah mengizinkan wanita itu untuk hadir di perkumpulan pagi karena hubungan keduanya yang begitu buruk.
“Putri Mahkota, Huang Wushuang?” Suara Li Shijing yang terdengar bagai alunan musik, ditambah dengan senyuman yang lebih menyerupai seringai di wajahnya membuat seluruh tubuh Huang Wushuang menggigil. “Memang bunga peony sesuai rumor,” ucapnya disertai nada mengejek yang sulit dimengerti.
“Huang Wushuang memberi salam kepada Li Guifei,” ucap Huang Wushuang sembari menundukkan kepala dan membungkuk sedikit sesuai statusnya.
Mendengar getaran dalam suara Huang Wushuang, Li Shijing tersenyum. “Kau takut padaku?” tanyanya dengan nada tertarik.
Hal tersebut membuat Huang Wushuang sedikit terkejut dan mengangkat pandangannya dengan bingung. “Ya? Ah, tidak, Guifei. Tentu saja, tidak,” jawabnya terbata-bata.
“Jadi, kau tidak takut padaku?” Senyuman di wajah Li Shijing perlahan menghilang dan menunjukkan garis datar yang mengerikan.
“Ini ….” Huang Wushuang bingung harus menjawab apa. Namun kemudian, dia teringat akan sosok Huang Miaoling dan menarik napas dalam-dalam. “Tentu tidak, Li Guifei. Seorang wanita yang begitu cantik sepertimu tentu tidak perlu ditakuti, melainkan harus dihormati,” ucapnya yang membuat seisi ruangan menjadi hening. ‘Apa aku … salah menjawab?’ pikir Huang Wushuang dengan jantung berdetak.
Tak berapa lama, suara tawa yang renyah terdengar dari sisi Li Shijing. Wanita itu tertawa dengan sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya, membuat Huang Wushuang menghela napas lega dan otot-otot di tubuh Xiaoxue meregang lemas. “Anak yang baik, kemarilah.” Li Shijing melambaikan tangannya, mengisyaratkan pada Huang Wushuang untuk mendekat. Melihat Huang Wushuang hanya mendekat empat langkah, masih cukup jauh dari jangkauannya, dia menatap wanita itu dalam-dalam. “Kau bilang, kau tidak takut padaku. Lalu, untuk apa menjaga jarak sejauh itu?”
Mendengar hal ini, Huang Wushuang pun memberanikan diri untuk melangkah maju sangat dekat dengan Li Shijing. Jarak keduanya begitu dekat, hanya dengan menjulurkan tangannya sedikit, Huang Wushuang bisa menyentuh wajah sang Selir Agung.
Li Shijing mendorong tirainya ke satu sisi dan menepuk bagian kosong pada tempat tidurnya. “Duduklah, Putri Mahkota.” Dia tersenyum. “Ucapanmu menunjukkan bahwa dirimu berbeda dari mereka yang lebih memilih untuk takut dibandingkan menghormatiku. Mulai sekarang, kau adalah adikku. Dengan demikian, panggil aku Kakak dan bukan Guifei.”
Mata Huang Wushuang dan Xiaoxue membesar selagi alis Shuixiang bertaut untuk sekilas. “G-Guifei, itu tidak pantas,” balas Huang Wushuang dengan gugup. Memanggil wanita di hadapannya ini dengan panggilan ‘kakak’ akan mengacaukan segalanya, termasuk pohon keturunan keluarga kerajaan.
Li Guifei adalah selir Kaisar Weixin, wanita pria itu. Dengan kata lain, wanita itu adalah ibu tiri dari Wang Zhengyi. Demikian, Li Guifei secara tak langsung adalah ibu mertuanya. Bagaimana mungkin Huang Wushuang memanggil seseorang yang berkedudukan sebagai ibu mertuanya dengan panggilan ‘kakak’?!
Seakan baru terpikirkan mengenai hal itu, Li Shijing menyentuh sisi wajahnya, menunjukkan kebingungan yang bahkan tak sempat menghilangkan kecantikannya. Sebaliknya, sikap wanita itu membuatnya menjadi semakin menarik. “Benar juga. Bibimu, Huang Yan’an, seumuran denganku. Kalau kau memanggilku ‘kakak’, sedikit tak pantas,” ucapnya, memikirkannya dari perspektif yang lain. Wanita itu kemudian tersenyum manis. “Kalau begitu, panggil aku ‘bibi’. Ini … tak masalah, bukan?”
Sejujurnya, bahkan panggilan itu cukup bermasalah untuk Huang Wushuang. Lagi pula, siapa yang tidak tahu dengan rumor kalau Li Guifei adalah seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dan bersikap sombong?
Namun, Huang Wushuang telah menolaknya sekali. Penolakan untuk yang kedua kalinya tentu tak akan membawa hasil baik. “Baik, Bibi,” jawabnya dengan otot-otot bibirnya yang sedikit berkedut tak nyaman.
“Sekarang, Shuang’er, hal yang akan kita bicarakan sekarang sangat penting. Aku harap kau …,”—Li Shijing melirik Xiaoxue sesaat—“dan pelayanmu akan merahasiakan hal ini.”
***
“Selamat jalan, Putri Mahkota,” ucap Shuixiang seraya membungkuk di depan gerbang kediaman Li Guifei.
Tak lama, Shuixiang menegapkan tubuhnya dan menatap kepergian Huang Wushuang bersama dengan Xiaoxue di kegelapan malam. Pandangan mata wanita itu tak bisa dengan mudah terbaca, begitu banyak kabut yang melayang dan membatasi orang-orang dari membaca pikirannya.
Setelah bayangan Huang Wushuang sepenuhnya menghilang, Shuixiang berbalik kembali ke dalam halaman Li Guifei. Dia berjalan dengan tenang dan melangkah masuk ke dalam ruangan majikannya itu.
Baru saja dia menginjakkan kaki ke dalam ruangan, Shuixiang mendapati sosok Li Shijing menanggalkan pakaiannya. Dengan bantuan dua pelayan lain, wanita itu mengganti pakaian tidurnya dan membersihkan tangan serta wajahnya, seakan dirinya baru saja melakukan hal yang begitu kotor.
“Bibi?” Shuixiang mengucapkan kata itu dengan penuh tanda tanya. “Apa dia layak, Guifei?” tanyanya lagi dengan nada jijik. Gadis itu menghampiri majikannya dan melambaikan tangan untuk menggantikan para pelayan lain untuk membantu majikannya mengganti pakaiannya.
Setelah Shuixiang mengikatkan tali pengencang pada tubuhnya, Li Shijing berjalan ke arah tempat tidurnya yang kedua belah tirainya dibukakan oleh dua pelayan lain. Wanita itu mendudukkan dirinya dan mengangkat kakinya ke atas tempat tidur.
“Layak atau tidak bukanlah pertanyaannya, Shuxiang,” ujar Li Shijing. Mata wanita itu melirik pelayannya, menatap Shuixiang dengan tajam sebelum akhirnya dua belah tirai menghalangi pertemuan pandangan mereka. Bayangan Li Shijing terlihat merebahkan tubuhnya di tempat tidur. “Yang penting adalah … apakah dia berhasil berada di bawah kendaliku?” Senandung singkat diikuti dengan sebuah kalimat yang terucap dari bibir sang Guifei, “Seorang putri mahkota tak berguna yang terkekang kekuasaan mereka yang lebih tinggi. Jika dia bertemu dengan senior yang menghargai dan menunjukkan kasih padanya, menurutmu … apakah dia akan tergoda?”
***
“Tuan Muda Liang, bisakah kau tanyakan pada Tuan Putri mengenai niatku?” Huang Wushuang bersikeras dengan wajah memelas. “Mungkin, Tuan Putri akan memilih untuk menerima permintaanku,” ucapnya.
Mata Liang Fenghong terlihat semakin membara di hadapan wanita menyebalkan itu. “Putri Mahkota, apa kau tidak percaya diri dengan suaramu sendiri?” tanya Liang Fenghong membuat Huang Wushuang memasang ekspresi wajah bingung.
“Aku … kurang mengerti maksud Tuan Muda Liang.” Dalam hal ini, Huang Wushuang sungguh tidak berbohong.
Liang Fenghong mendengus, tak segan-segan menunjukkan kalau dirinya menertawakan kebodohan istri sang Pangeran Mahkota, mungkin bahkan sempat mengasihani pria itu karena menikahi wanita yang begitu tak berguna. “Suaramu begitu lantang, apa kau kira Tuan Putri tidak mendengarnya sampai harus diriku menyampaikan kembali niatmu? Atau mungkin, kau menganggap Tuan Putri kerajaan Wu sebagai seorang tuli?” Emosi menggebu-gebu mengingat keterlibatan Huang Wushuang dalam musibah yang hampir menimpa Huang Miaoling membuat ucapan Liang Fenghong sedikit di luar batas. “Karena Tuan Putri tak menahanku, itu berarti dia setuju denganku.” Matanya terlihat tajam. “Dia … tak ingin bertemu denganmu.”
Mendengar ucapan Liang Fenghong, ekspresi sedih yang dipenuhi kepura-puraan terlukis di wajah Huang Wushuang. Air mata berkumpul di pelupuk matanya. “T-Tuan Muda Liang, bagaimana mungkin kau berbicara—” Ucapannya terhenti, mengisyaratkan kalau ucapan Liang Fenghong telah begitu melukai dirinya.
Melihat ekspresi Huang Wushuang yang bak memberikan kode padanya, Xiaoxue pun segera menunjuk ke arah Liang Fenghong. “Tuan Muda Liang! Kau sudah keterlaluan!” teriaknya. “Hanya menyampaikan pesan saja harus begitu dipermasalahkan. Mungkin, di dalam kereta sama sekali bukan Tuan Putri Meilan, melainkan orang lain!”
Ucapan Xiaoxue membuat kening Xiaoming berkerut, baru menangkap kalau sepertinya dua orang ini sengaja mencari masalah dengan mereka. Dia melirik sosok Huang Wushuang yang terlihat mengusap air matanya dengan sapu tangan. ‘Bahkan adiknya sendiri … begitu tega bekerja sama dengan orang luar untuk menjatuhkan saudaranya?’ pikir Xiaoming. ‘Ini ….’ Dia melirik Liang Fenghong. ‘Ketua, aku mohon bertahanlah ….’ Tangannya berpegangan pada pedangnya, siap untuk bergerak kalau hal tak terduga terjadi.
“Orang lain?” Liang Fenghong menaikkan alisnya, menunjukkan pertama kali perubah yang jelas pada wajahnya. Dia mendengus. “Periksa saja sendiri.” Dia bergeser ke samping, memberikan jalan bagi Huang Wushuang maupun Xiaoxue untuk membuka tirai. Sebuah senyuman mengerikan yang baru pertama kali terlukis di wajah Liang Fenghong membuat Xiaoming dan para prajurit yang ada di tempat itu membeku. “Tentu … itu kalau kau berani.”
___
A/N:
*Liang Fenghong tersenyum mengerikan* Author: Anjay\, kena efek MIaoling atau emang sifat terpendamnya begini jir?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-18
0
Christy Oeki
terus berusaha
2022-06-13
0
Christy Oeki
bahagia selalu
2022-06-12
0