Langkah kaki pria itu memiliki temponya yang biasa, tak ada yang aneh maupun berbeda, menunjukkan emosi yang seharusnya tenang. Namun, suara entakan yang dihasilkan membuat bawahan pria itu meliriknya sesekali dengan pandangan khawatir. Tekanan pada jalanan berbatu yang diberikan oleh pria itu terasa berat, seakan melampiaskan emosi yang bergejolak di dalam hati.
Jantung Chenxiao berdetak cepat ketika melihat ekspresi gelap yang terlukis di wajah majikannya. Saat dia tak bisa lagi menahan diri, Chenxiao segera melalui sosok Wang Chengliu untuk berlutut di hadapan pria itu. “Yang Mulia, hamba memohon maaf!” serunya dengan bersungguh-sungguh.
Melihat hal tersebut, para prajurit yang berjarak lima langkah di belakang mereka segera memutar tubuh ke samping, menghadap tembok, sebuah bentuk tata krama yang menunjukkan bahwa mereka tidak mencampuri urusan atasan mereka. Dari aura yang dikeluarkan oleh Wang Chengliu sedari awal meninggalkan kediaman Tuan Putri Wu, mereka yakin bahwa telah terjadi sebuah masalah. Namun, mereka sama sekali tidak tertarik untuk tahu apa sebenarnya masalah itu. Terlalu lama menjadi pengawal istana membuat mereka sadar kalau tahu lebih sedikit adalah sebuah berkat.
Keheningan menyelimuti kedua orang di barisan paling depan itu selama sesaat. Sosok Chenxiao yang berlutut terlihat begitu malang bila disandingkan dengan sosok Wang Chengliu yang hanya melirikkan matanya ke bawah dengan pancaran mata mengerikan.
“Untuk apa?” tanya Wang Chengliu singkat dengan nada dingin yang membuat semua orang yang bisa mendengarnya menggigil ngeri. “Apa kesalahanmu?” tanyanya lagi.
Tangan Chenxiao gemetar. Dia tahu kalau majikannya itu bukan bermaksud untuk mengatakan kalau dirinya tidak memiliki kesalahan, melainkan ingin menguji untuk melihat apakah Chenxiao sadar mengenai apa kesalahan yang telah dia lakukan.
Chen Xiao kemudian mengepalkan tangannya dengan kuat untuk menutupi ketakutan yang berkumpul dalam dirinya. “Aku tidak berhasil menemukan target dan menyelesaikan perintah Yang Mulia,” jawab Chenxiao, masih dengan kepala tertunduk.
“Berdirilah Chenxiao.”
Chenxiao menengadahkan kepalanya, berniat untuk menolak dan menekankan lagi kesalahannya sebagai cara menunjukkan kesungguhannya. Namun, saat matanya bertemu dengan sepasang mata hitam yang memandang rendah ke arahnya, dia mengatupkan mulutnya dan segera berdiri.
“T-terima kasih, Pangeran.” Chenxiao memberi hormat, menunjukkan rasa terima kasihnya. Kenyataannya, itu adalah cara pria itu untuk menutupi ketakutan dalam hatinya yang muncul akibat tatapan gelap yang diberikan padanya.
“Jarak sepuluh langkah,” ucap Wang Chengliu dengan suara yang cukup keras untuk didengar para prajurit di belakangnya.
“Baik!” balas para prajurit dengan patuh.
Wang Chengliu kemudian kembali melanjutkan langkahnya, diikuti oleh Chenxiao yang mengerti kenapa majikannya memerintahkan hal tersebut pada para prajurit keamanan di belakang mereka. Di dalam hati, Chenxiao membatin kalau majikannya itu pasti ingin berbicara mengenai beberapa hal dengannya.
“Chenxiao,” panggil Wang Chengliu membuat pengawal pendampingnya itu menyahut.
“Ya, Pangeran.” Ketenangan belum sepenuhnya kembali pada wajah Chenxiao.
Dengan ekspresi datar, Wang Chengliu membuka mulutnya, “Apa kau terkejut dengan sikapku terhadap Tuan Putri kerajaan Wu?”
Chenxiao sedikit terkejut dengan pertanyaan Wang Chengliu, tapi dia tidak bisa mengelak kalau itu jelas adalah kebenarannya. Dirinya memang sangat terkejut dengan sikap Wang Chengliu terhadap Wu Meilan, dan hal tersebut juga yang membuat pria itu mengira kalau sang Pangeran Keenam begitu marah dengan kegagalannya dalam menemukan Huang Miaoling. Hal itu menggerogoti keberaniannya dan mendorong dirinya untuk berlutut demi meminta maaf di hadapan Wang Chengliu tadi.
Merasakan pandangan yang diberikan Chenxiao padanya, Wang Chengliu sudah mendapatkan jawaban yang dari pertanyaannya. “Apa kau tahu kenapa?” dia mengajukan pertanyaan lain.
Sesungguhnya, Chenxiao tidak tahu mengenai alasannya. Di dalam benak pria itu, dia mengira kalau majikannya sebenarnya sangat memerlukan dukungan sang Tuan Putri kerajaan Wu.
Situasi Wang Chengliu saat ini sangatlah baik. Pangeran yang dahulu sempat dipanggil sang Pangeran Terlantar itu telah memiliki status seorang raja. Itu berarti Kaisar Weixin mulai memandang tinggi dirinya dan memberikan sebagian kepercayaan terhadap putranya itu. Tak hanya itu, sang Pangeran Keenam juga memiliki hubungan dengan kerajaan Zhou, menunjukkan kalau ada kemungkinan kerajaan tetangga itu akan menjadi dukungannya dalam perebutan takhta yang mungkin terjadi beberapa waktu ke depan.
Hanya saja, bahkan dengan dua hal itu, kekuatan Wang Chengliu masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan Wang Junsi yang sudah memiliki dukungan dari keluarga Huang, kerajaan Wu, dan juga kerajaan Tubo. Apabila Wang Chengliu ingin duduk di atas takhta, paling tidak dia harus mencoba untuk menjauhkan Wang Junsi dari kerajaan Wu dengan menarik hati Wu Meilan dan menikah dengan putri itu.
Lalu, apa yang Wang Chengliu lakukan? Pangeran itu baru saja menakuti sang Tuan Putri kerajaan Wu!
Chenxiao menggelengkan kepala dan menjawab, “Tidak, Pangeran.” Hal tersebut diikuti dengan sebuah senyuman tipis di wajah Wang Chengliu, membuat ekspresi sang Pengawal Pendamping Pangeran Keenam itu termenung.
“Kau masih begitu naif, Chenxiao.” Wang Chengliu menghentikan langkahnya. ‘Sama seperti kakak keempatku itu.’ Dia menoleh untuk menatap bawahannya. “Wanita dan pria pada dasarnya tak jauh berbeda,” ujar pangeran itu membuat Chenxiao sedikit kebingungan dengan topik yang sedikit melenceng. “Apa yang membuat sesuatu dianggap menarik bagi seseorang?”
Lagi-lagi, hanya kekosongan belaka yang hanya bisa ditunjukkan oleh ekspresi Chenxiao. Wang Chengliu sama sekali tidak menyalahkan pengawalnya atas reaksi membosankan yang diberikan. Lagi pula, bahkan orang yang memiliki kedudukan tertinggi di kerajaan belum tentu menyadari hal tersebut.
Wang Chengliu mengalihkan pandangan ke jalanan di hadapannya dan lanjut berjalan lagi. “Aku mempelajari sesuatu dari sang Nona Pertama Huang.” Dia terdiam sebentar, lalu sebuah pandangan tidak senang terpancar dari dua maniknya. “Ah, namanya sekarang Mingwei Junzhu, bukan begitu?” Itu adalah sebuah pertanyaan yang tak perlu dijawab, dan Chenxiao tahu soal itu. Oleh karena itu, dia hanya terdiam selagi mendengarkan majikannya melanjutkan, “Yang membuat sesuatu hal menjadi menarik … adalah perbedaan.”
***
“Keadaanmu?” tanya Liang Fenghong di area teras halaman Wu Meilan. Suaranya rendah, tenang, tak lagi panik dan tak bersahabat seperti beberapa saat yang lalu ketika dia berbicara dengan Xiuchen. Mungkin, hal ini didasari kenyataan bahwa Huang Miaoling telah melewati masa krisis dan berbahayanya.
Sebagai seorang tabib, Liang Fenghong harus pastikan tak ada yang salah dengan tubuh pasiennya. Dia melirik Wang Junsi dan memerhatikan penampilan pria itu. Walau tak ada yang salah dengan penampilan luarnya, tapi tentu masih ada kemungkinan munculnya permasalahan dengan organ dalamnya.
Wang Junsi sempat mengira kalau Liang Fenghong akan menceramahi dan memaki dirinya setelah semua yang terjadi, tapi tak disangka hal pertama yang pria itu tanyakan adalah keadaannya. “Aku baik-baik saja.” Pria itu menjadi merasa tidak enak hati telah berpikiran buruk terhadap tabib di hadapannya.
Liang Fenghong tidak ambil pusing untuk memeriksa nadi pria itu. Lagi pula, dia ada keyakinan dengan kemampuan medisnya sendiri. Obat penawar yang Liang Fenghong berikan pada Wang Junsi adalah penawar tingkat tinggi yang bisa dengan cepat melelehkan racun di dalam tubuh.
“Jadi, bagaimana kau bisa berakhir datang dengan sang Pangeran Keenam?” tanya Liang Fenghong tanpa basa-basi.
“Kami bertemu di jalan,” jawab Wang Junsi.
Sekilas, ada kerutan yang terlihat terbentuk di dahi Liang Fenghong. “Dan kau kira aku akan percaya dengan jawaban itu?” balasnya dengan ketus.
“Apa gunanya aku berbohong?” Wang Junsi memutar bola matanya.
Liang Fenghong terdiam sesaat, lalu berkata, “Kau bertemu dengannya ketika keluar dari kediamanmu.” Itu bukan pertanyaan, itu sebuah pernyataan. Kebetulan, Wang Junsi juga tidak membenarkan maupun menyalahkan pernyataan Liang Fenghong, menandakan ucapan pria itu sungguh benar adanya. Mata sang Tuan Muda Liang memicing. “Dia terlibat?” gumamnya seraya melirik ke sembarang arah, berpikir.
“Kediamannya searah dengan kediamanku, tak ada yang aneh dengan jalur yang dia ambil. Apa kau masih merasa dia sengaja?” Wang Junsi bertanya. “Kau curiga dia ingin memastikan keadaanku?” Kali ini, sang Pangeran Keempat mulai menangkap jalur pikiran Liang Fenghong dan terdiam.
Liang Fenghong tidak membalas pertanyaan Wang Junsi dan mengubah topik pembicaraan. “Wang Wuyu meracunimu.” Itu juga bukan pertanyaan. “Bagaimana kau bisa begitu ceroboh?” tanyanya.
Catatan khusus, tak ada sedikit pun nada menghina maupun merendahkan dalam nada bicara Liang Fenghong. Pria itu jujur hanya ingin tahu mengenai hal aneh ini. Wang Junsi mungkin memiliki reputasi yang buruk di kerajaan Shi sebelumnya; Pangeran Tak Berguna, sang Penggoda Ulung, dan masih banyak lagi panggilan yang dihadiahkan rakyat padanya. Namun, Liang Fenghong tahu jelas itu semua adalah topeng.
Di balik semua kebusukan yang disebarkan di kalangan rakyat, Liang Fenghong yakin kalau Wang Junsi menyimpan kecerdasan, ketelitian, serta kemampuan bertarung yang mampu membuatnya menonjol di antara saudara-saudaranya. Hal tersebut bisa terlihat dari tindakan yang dia ambil untuk membantu kerajaan Wu.
Benar, Wang Chengliu berjasa besar dalam perencanaan. Namun, orang yang mengeksekusi rencana tersebut adalah Wang Junsi. Membuat rencana dan melaksanakan rencana tersebut, itu adalah dua hal yang berbeda. Menyusun rencana memang tak mudah, tapi menjalankan rencana yang terbentuk jauh lebih sulit. Kalau Wang Junsi tidak memiliki kemampuan, maka sehebat apa pun rencana Wang Chengliu, tujuan mereka tak mungkin tercapai!
Lalu, kenapa sekarang Wang Junsi seperti singa buta? Begitu mudah baginya untuk jatuh ke dalam perangkap Wang Wuyu ….
Walau memang terdengar menyebalkan, Wang Junsi tahu Liang Fenghong tidak bermaksud buruk. Selain itu, dia harus mengakui, kali ini dia sungguh telah meremehkan saudaranya itu.
“Aku tidak berpikir panjang. Aku mengira karena latarnya adalah kediamanku, semua berada dalam kendaliku.” Lalu, ekspresi Wang Junsi berubah menjadi kebingungan. “Sejujurnya, sampai sekarang aku tidak tahu cara Wuyu meracuniku.” Ada secercah rasa malu terlukis di wajahnya.
Wang Junsi memutar pikirannya, mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ada satu titik aneh yang masih tidak bisa dia mengerti.
“Aku sempat berbicara dengan Wang Wuyu mengenai Zhongcheng.” Ucapan Wang Junsi membuat Liang Fenghong mengerutkan kening. “Pengawal pendampingnya,” jelas sang Pangeran Keempat, membuat kerutan di kening sang Tuan Muda Liang merenggang. “Namun, di saat-saat akhir, aku baru tersadar, pria itu … tidak datang bersama dengan Wang Wuyu ke kediamanku.”
‘Zhongcheng?’ Liang Fenghong membatin. Setelah terdiam beberapa saat, dia melirik pada Xiaoming yang berada di dekat teras. “Xiaoming,” panggilnya membuat bawahannya itu menoleh dan berjalan menghampiri.
“Tuan Muda?” Xiaoming memberi tatapan bertanya-tanya pada tuannya, menunggu perintah.
Namun, anehnya, Liang Fenghong kemudian menggelengkan kepalanya. “Tidak, abaikan aku.” Kerutan pada keningnya melonggar, seakan keraguannya menghilang dalam sekejap.
Xiaoming sedikit terbengong sebelum akhirnya berjalan menjauhi Liang Fenghong dan Wang Junsi untuk kembali pada posnya tadi. Dia tak bisa menahan diri untuk menggaruk sisi kepalanya karena kebingungan yang merayap.
Liang Fenghong beralih pada Wang Junsi. “Tak perlu pusingkan masalah itu untuk sekarang,” ujarnya. “Dibandingkan masalah itu ….” Liang Fenghong menutup matanya untuk beberapa saat, mencoba mengingat-ingat mengenai keadaan halaman Wang Junsi saat dia berada di sana. Lalu, dia membuka matanya. “Pelayanmu, kenapa hanya ada satu?” Dia teringat mengenai pelayan malang yang kehilangan nyawanya dalam insiden ini.
Mendengar ucapan Liang Fenghong, Wang Junsi merasa sebagian kabut di kepalanya seakan baru terangkat. Pria itu terbelalak dan menjelaskan dengan setengah bergumam mengenai keberadaan pelayan lainnya di kediaman barunya.
“Satu pelayan itu ….” Wang Junsi teringat kalau ada dua pelayan yang melayaninya, tapi satu pelayan itu pergi menyiapkan obat pening untuknya dan … tak pernah kembali. Bahkan setelah dirinya sadar, Xiuchen tak mengatakan apa pun mengenai obat pening maupun keberadaan pelayan yang satu lagi.
Liang Fenghong menghela napas, sekarang dia tahu apa masalahnya. “Pangeran Keempat, kau terlalu naif,” ujarnya. “Dari sekian banyak pelayan, apa kau kira tidak ada satu pun yang menjadi mata-mata?”
“Pelayan itu adalah orang kepercayaan Ibundaku,” balas Wang Junsi mencoba membenarkan dirinya. “Tidak mungkin ….”
“Wang Wuyu terlalu mengerti dirimu sampai dia menggunakan cara sekonyol ini untuk menjatuhkanmu,” ucap Liang Fenghong dengan terus-terang, lidah tajamnya kembali bermain setelah sekian lama. “Dia tahu kau tidak seperti penghuni istana lainnya, kau terbiasa begitu bebas karena kau anggap dirimu bukan ancaman di mata orang lain.” Matanya menatap Wang Junsi dari atas ke bawah. “Kau tidak pernah membawa jarum perak ke mana pun kau pergi, tidak seperti para penghuni istana yang lain, bukan begitu?”
Wang Junsi mengepalkan tangannya. “Kau … benar.”
Sungguh sulit bagi ego Wang Junsi untuk mengakui hal semacam ini. Biasanya, Xiuchenlah yang selalu membawa jarum perak dan mengingatkannya untuk kembali memeriksa apa pun yang dia konsumsi. Hari ini, karena bawahannya itu tak ada, Wang Junsi pun lalai.
“Kau sudah berbeda,” ucap Liang Fenghong dengan tegas. “Sekarang, kau adalah Raja Yong, penghubung keluarga kerajaan Shi dengan keluarga Huang, keturunan terakhir kerajaan Tubo, serta pemegang plakat kehormatan dan plakat militer khusus kerajaan Wu.” Pandangan pria itu membuat Wang Junsi merasa tersadar dengan beban di pundaknya saat ini. “Wang Junsi, kau bukan lagi sekedar pangeran dengan reputasi berupa sang Penggoda Ulung. Semua topengmu sudah hancur berkeping-keping.”
___
A/N: Ketika dari awal terbiasa bebas dan tiba-tiba menjadi pusat perhatian, ada banyak hal-hal kecil yang bisa membahayakan diri sendiri. Junsi oh Junsi, pada akhirnya, sehebat apa pun seseorang, mereka tetap manusia dengan kekurangan.
Di sisi lain\, Wang Chengliu =________= apa maksudmu\, ya? Para pembaca ada yang ngerti?
.
.
P.S. Bagi para pembaca yang kena musibah banjir, semoga bisa cepat diselesaikan ya masalahnya (not sure what I meant, tapi intinya semoga diberkati dengan yang terbaik). Wish you all the best.
Gak kira-kira emang langit nangisnya akhir-akhir ini\, kebanyakan nonton drama menyedihkan keknya. Kayak otor pas ntn Soul Land episode 134 T___T ngejleb gitu hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sukses
2023-07-18
0
ria aja
next
2022-04-21
0
🎼shanly_keys
tentu sj, menarik putri wu penasaran dan tertarik
2021-12-29
1