Phoenix Reborn Book II

Phoenix Reborn Book II

Bab 1 Anj*ng Tetaplah Anj*ng

“Kau … berubah,” gadis itu berkata dengan suara rendah.

Jika didengarkan dengan baik, kentara nada bicaranya mengandung sedikit rasa takut. Sebuah nada bicara yang digunakan … ketika seseorang sedang berhadapan dengan seorang asing. Pandangan mata yang biasanya begitu tenang dan dingin bergetar, memancarkan kekhawatiran yang mendalam. Gadis itu merasa, pria yang berada di hadapannya ini … bukan lagi pria yang dia kenali.

“Begitukah?” balas pria itu tanpa menoleh. Punggungnya begitu tegap, tapi entah berapa banyak beban yang dia tanggung sehingga punggung itu terlihat begitu berat. “Kau yakin aku berubah … dan bukan karena kau tak pernah sepenuhnya mengenal diriku?” tanyanya sembari menunjukkan setengah wajahnya ketika berusaha melihat ke belakang melalui pundaknya.

Pedang panjang yang berada di tangan pria itu masih dilumuri darah segar yang tanpa henti menetes jatuh ke tanah. Pakaian hitam yang dia kenakan terlihat gelap di malam hari, tapi sinar bulan menampakkan samar-samar jejak darah yang meresap ke dalam bajunya.

Pria itu memutar tubuhnya, berbalik untuk menatap gadis dengan warna mata yang mampu mengalahkan gelapnya malam itu. Ketika pandangan gadis itu mendarat pada wajah pria tersebut, pancaran matanya perlahan melembut. Segala ketakutan yang sempat terpancar seakan menghilang tanpa jejak.

Wajah pria itu terlihat begitu dingin, tapi juga memancarkan kelelahan, kesedihan, dan kesepian yang mendalam. “Apa kau juga akan meninggalkanku?” tanyanya dengan nada lemah.

Selama sesaat, malam itu terasa begitu dingin. Keheningan yang menyelimuti halaman istana yang dilumuri darah itu membuat suasana menjadi semakin mencekam.

Detik berikutnya, langkah kaki bisa terdengar. Mata pria itu sedikit bergetar ketika dia melihat gadis itu melangkah perlahan mendekatinya. Semakin terkejut dirinya ketika sebuah tangan melingkari lehernya dan sebuah kehangatan melingkupi tubuhnya.

“Di kehidupan ini, selamanya, aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi.”

***

Sepasang mata hitam kecokelatan itu terbuka dan menatap ke arah para pelayan lain yang bekerja di halaman, jantungnya berdebar cepat. ‘Ini sudah melewati waktu yang dijanjikan. Kalau demikian, maka sudah jelas apa yang sedang terjadi.’ Walau hatinya merasa sangat tidak tenang, tapi dia tak mampu melakukan apa pun. Pandangannya beralih pada gadis di sebelahnya, lalu melirik sekilas ke arah pintu yang ada di belakangnya. ‘Dia begitu diam, tidak berbuat onar seperti biasanya.’ Pancaran mata gadis itu berubah kejam. ‘Jika tebakanku benar, maka sebentar lagi ….’

“Yuanli,” panggil sebuah suara merdu yang membuat sekujur tubuh Yuanli menggigil jijik.

Yuanli berbalik dan mendorong pintu untuk masuk ke dalam ruangan, dia melihat Wushuang sedang mengikat simpul mati untuk mengakhiri sulamannya pada sebuah sapu tangan sutra di tangannya. Lalu, wanita cantik itu memotong benangnya dan melipat sapu tangan tersebut untuk memberikannya pada Yuanli.

“Berikan ini kepada Huang Shufei,” ujar Huang Wushuang dengan singkat dan tenang, berbeda dengan sikapnya yang biasa.

“Huang Shufei?” tanya Yuanli dengan alis terangkat, matanya melirik ke arah sulaman pada sapu tangan. Sebuah bunga peoni yang indah bak merekah di atas sapu tangan itu, memang sesuai sebagai hasil tangan wanita yang dulunya gadis muda paling bertalenta di Zhongcheng. “Kau jelas tahu kalau hubunganmu dan Huang Shufei tidak akan lagi bisa dijalin kembali setelah kau berusaha untuk mendekati Permaisuri Mingmei, bukan begitu?” Nada bicara Yuanli terdengar mengejek, tapi sebenarnya hatinya dipenuhi ketidaksabaran.

Kening Huang Wushuang berkerut dan wanita itu mendengus. “Untuk apa kau bertanya begitu banyak? Bagaimanapun, dia adalah bibiku. Walau memerlukan waktu, tapi hubungan keluarga di antara kami tak bisa dihancurkan begitu saja,” balasnya. “Lagi pula, bukankah kau yang dahulu mengatakan kalau lebih baik memiliki satu pendukung lemah dibandingkan tidak ada sama sekali?” tanya Huang Wushuang seakan menantang Yuanli dengan ucapannya sendiri.

Yuanli terdiam mendengar perkataan Huang Wushuang, dia yakin kalau ucapan tersebut tak pernah terucap dari bibirnya. Paling tidak, tidak kepada Huang Wushuang. Akan tetapi, dia kemudian menutup matanya untuk sesaat sebelum berkata, “Baiklah.” Dia berbalik dan meninggalkan ruangan. Sebelum dia sepenuhnya pergi, Yuanli berkata, “Huang Wushuang, untuk pertama kalinya … aku melihat dirimu menggunakan otakmu.”

Ucapan terakhir yang Yuanli tinggalkan untuk Huang Wushuang membuat sebuah ekspresi yang jelek muncul di wajah wanita cantik itu. “Mari kita lihat sampai kapan kau akan bersikap begitu kurang ajar padaku,” desisnya dengan tangan yang mencengkeram erat kain pakaiannya. Sebuah senyuman perlahan terlukis di bibirnya. “Ketika kau sadar betapa tak bergunanya dirimu, aku yakin kau akan menangis di hadapan kakiku.”

Tak lama setelah Yuanli pergi, pintu ruangan Huang Wushuang terbuka. “Putri Mahkota,” panggil Xiaoxue yang dengan cepat menutup pintu di belakangnya. “Tidakkah kita harus pergi sekarang?” tanyanya dengan ragu.

Huang Wushuang terdiam untuk beberapa saat selagi menatap ke arah gadis pelayannya itu. Lalu, dia menutup mata dan menganggukkan kepalanya. Huang Wushuang berdiri dari kursi dan berjalan keluar dari ruangannya.

“Karena tidak ada yang bersedia untuk mendukung diriku, maka aku akan mendukung diriku sendiri,” ujar Huang Wushuang dengan pancaran mata membunuh. Sebuah senyuman indah berubah menjadi menyeramkan dengan kata-kata yang keluar dari bibir manis wanita itu, “Pernikahan dengan putra sang Perdana Menteri, ya?” Dia mendengus. “Mari kita lihat apakah tanpa kesucianmu dia masih menginginkan dirimu, Huang Miaoling?”

***

Yuanli berlari dengan cepat melewati halaman demi halaman istana. Jalan yang dia ambil bukanlah jalan utama, melainkan jalan pintas yang hanya diketahui para pelayan dan kasim.

Denah istana kerajaan Shi merupakan sesuatu yang rumit, tapi Yuanli telah mempelajarinya selama dirinya menjadi pelayan pendamping Huang Wushuang. Istana kerajaan Shi adalah tempat yang luas. Bahkan dengan banyaknya jumlah pengawal yang ada, tak semua tempat dan seluk-beluk istana diberikan sekelompok pengawal untuk berjaga.

Pertahanan dipusatkan pada tempat-tempat penting, mungkin di depan beberapa gerbang halaman, kediaman para wanita Kaisar, kediaman para pangeran dan Tuan Putri, dan terutama kediaman sang Kaisar sendiri. Untuk tempat-tempat terpencil seperti kediaman para pelayan dan kasim atau jalan pintas, hanya pengawal patroli yang melewati tempat itu sekali dalam beberapa jam. Hal ini secara tidak langsung didasarkan pada tingkat kepentingan orang yang biasa melewati tempat-tempat tersebut.

Situasi ini bisa disebut sebagai ‘titik buta’, kelemahan dan juga kelebihan dari istana kerajaan Shi.

Apa maksudnya? Mudah saja, titik buta itu bisa dijadikan kesempatan untuk menyingkirkan seseorang.

Berkali-kali dikatakan kalau istana merupakan tempat yang paling aman, tapi juga paling berbahaya. Hal tersebut merujuk pada penjagaan istana yang ketat dan secara bersamaan juga lemah di beberapa bagian. Bagi mereka para petinggi istana seperti keluarga kerajaan, pengawalan mereka begitu ketat sehingga faktor kelemahan penjagaan istana tidak berlaku pada mereka. Akan tetapi, tidak demikian bagi orang lain.

Tidak jarang beberapa pelayan atau kasim, mungkin bahkan pengawal yang kehilangan nyawa mereka di tempat-tempat tersebut. Namun, dengan kenyataan bahwa tak ada yang ingin menimbulkan keonaran dan membuat istana menjadi porak-poranda akibat seorang rendahan, biasanya kematian mereka tidak akan dianggap. Hal tersebut mungkin … karena kematian mereka dilakukan dengan diam.

Dengan demikian, adalah sebuah hal yang wajar bagi pengunjung istana seperti para pejabat dan tamu kerajaan lain untuk selalu diikuti oleh pengawal atau kasim serta pelayan tinggi. Namun, apa yang akan terjadi kalau orang yang statusnya seharusnya bisa menjaga sang Pengunjung berada di pihak orang yang ingin mencelakai sang Pengunjung itu sendiri?

Berpikir sampai di sini, Yuanli menggertakkan giginya. Gadis itu kemudian membatin, ‘Nona pasti pergi mengunjungi Huang Shufei setelah selesai dengan Permaisuri Mingmei. Lalu, dia seharusnya akan mengunjungi halaman Huang Wushuang. Namun, orang yang akan mengantarnya pasti ….’ Dia menggelengkan kepalanya, mengingatkan dirinya kalau harus fokus dengan keadaan yang ada di hadapannya.

Setelah melewati beberapa halaman dan mengelabui beberapa pelayan dan kasim serta pengawal yang dia lihat dengan sikap tenangnya, Yuanli tersadar akan sesuatu seiring dirinya mendekati halaman Huang Shufei. Tidak, seiring dia berjalan semakin dalam di istana belakang.

‘Di mana … semua orang?’ Kepala Yuanli menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat betapa sedikitnya pengawal yang berjaga. Dia kemudian menghampiri seorang pengawal yang dia kenali. “Kak Hong,” panggilnya.

Pengawal berkumis dengan perawakan menyeramkan itu menoleh dan terbelalak ketika melihat Yuanli. “Yuanli?” Dia terlihat sedikit kebingungan seiring dirinya segera menghampiri gadis itu. “Kenapa kau di sini?” tanyanya dengan nada bicara yang kentara sedikit terkejut dan khawatir.

“Aku diperintahkan untuk mengantar hadiah oleh Putri Mahkota kepada Huang Shufei. Apa yang terjadi?” tanya Yuanli setelah menjawab pertanyaan pengawal itu.

Pengawal itu mengerutkan keningnya. “Apakah kau tak tahu?” Pandangannya terlihat ngeri. “Ada penyusup yang baru saja menembus keamanan istana Kaisar Weixin, beruntung tak ada yang terluka.” Matanya bergetar, kentara memancarkan ketakutan. “Sebagian besar pengawal ditarik untuk memperketat halaman masing-masing selir dan sebagian lagi membantu Departemen Keamanan untuk mengejar penyusup itu.” Dia melirik ke kiri dan ke kanan. “Oleh karena itu, sebagian besar pelayan diperintahkan kembali ke kediaman pelayan dan yang ada di halaman para selir diharuskan untuk tetap diam di sana.” Keningnya berkerut. “Kenapa kau bisa berkeliaran di sini sekarang?”

Yuanli memasang ekspresi ngeri. “Kapan hal ini terjadi? Aku tidak mendengar apa pun!” pekiknya, menunjukkan sikap seorang gadis yang sedang takut dengan keberadaan penyusup tak diundang. Tentu saja, itu hanya kepura-puraan untuk menutupi identitasnya yang sebenarnya.

“Tidak lama, sekitar satu dupa yang lalu. Mungkin, pengawal yang seharusnya menyampaikan pesan belum tiba di istana Putri Mahkota,” ujar pengawal berkumis itu. “Kau melewati jalan pintas lagi?” tanyanya yang diiringi dengan anggukan kepala Yuanli. “Tidak heran, kalau kau lewat jalan utama, kau seharusnya bertemu dengan beberapa pengawal yang akan langsung membawamu ke tempat yang aman.”

Dengan nada bicara gugup, Yuanli bertanya, “K-kalau begitu, aku harus bagaimana sekarang?” Alisnya bertaut, sungguh tak menunjukkan jejak kebohongan apa pun.

Pengawal berkumis itu menghela napas. “Kau di sini saja sampai keadaan dipastikan aman. Lagi pula, kau sendiri lihat betapa sedikitnya pengawal yang ada di tempat ini. Tak ada lagi yang boleh meninggalkan posnya.” Baru saja Yuanli ingin mengatakan sesuatu, pria itu menambahkan, “Tapi, kediaman Huang Shufei tak lagi jauh. Kau juga bisa ke sana dan berdiam di sana. Itu lebih aman dibandingkan berdiam di tempat terbuka seperti ini.”

Mendengar hal tersebut, Yuanli menghela napas dalam hati. Itu memang yang dia inginkan, dia tak bisa diam di sini setelah mendengar apa yang terjadi. Matanya melirik kepada kotak yang berada di dalam pelukannya, dia memiliki tugas yang lebih penting dibandingkan mengantarkan kotak ini.

“Ya, itu adalah pilihan terbaik,” balas Yuanli.

Pengawal berkumis yang dipanggil ‘Kak Hong’ itu menganggukkan kepalanya dan berkata, “Cepatlah. Kalau kau lebih lama di sini, aku khawatir penyusup itu mungkin saja sempat datang kemari.” Yuanli membalas ucapan Kak Hong dengan anggukan kepala seraya dirinya berlari kecil meninggalkan halaman tersebut untuk pergi ke halaman Huang Shufei.

Detik Yuanli yakin dirinya tak bisa terlihat oleh para pengawal di halaman itu, dia berlari sekuat tenaga menuju jalan lain. ‘Penyusup? Omong kosong! Ini jelas sangat aneh!’ teriaknya dalam hati. ‘Di siang hari seperti ini ada penyerangan terhadap Kaisar? Antara orang itu ingin cari mati … atau ingin mengalihkan perhatian!’ Mata gadis itu terlihat panik selagi jantungnya berdetak kencang.

Dengan pijakan kaki yang ringan, Yuanli menyusuri jalanan istana menuju kediaman Huang Shufei. Dia harus segera bertemu dengan Huang Miaoling untuk memberi kabar mengenai semua keanehan yang terjadi hari ini.

Namun, setelah berlari untuk sekian lama, telinga Yuanli menangkap suara yang aneh. ‘Itu ….’ Keningnya berkerut seraya langkahnya segera berhenti. Dia melirik ke arah tembok yang membatasi dirinya dengan halaman yang bisa menjadi salah satu rute menuju halaman Huang Shufei. ‘Dentingan besi?’ pikirnya, dia cukup yakin ada pertarungan yang sedang berlangsung. ‘Penyusup yang dibicarakan Kak Hong tadi?’

“Sial!” teriak seorang pria dengan cukup lantang membuat Yuanli terbelalak. Hal tersebut diiringi dengan suara gemeresik dedaunan dan pijakan pada tanah yang menandakan seseorang baru saja melompat turun dari sebuah pohon ke tanah.

Mata Yuanli melirik ke arah pohon rindang yang sebagian dedaunannya mencuat di balik tembok. Jantungnya berdebar kencang, beruntung dia berlari tanpa suara sehingga siapa pun sosok itu yang tadi berada di pohon tidak sempat menyadari keberadaannya. Namun, semakin lama dia berpikir, dia merasa aneh. Tidak mungkin seorang ahli bela diri tidak menyadari keberadaannya dengan jarak yang begitu dekat.

Dengan demikian, Yuanli mengambil kesimpulan kalau siapa pun orang itu yang berada di pohon tadi sedang memusatkan seluruh fokusnya pada hal lain. ‘Siapa yang begitu ingin dijatuhkan di dalam istana?’ pikirnya.

Otak Yuanli berputar cepat seiring dirinya berlari ringan menuju ujung tembok. Dia kemudian menjulurkan kepalanya sedikit dan menyapu situasi sekitar hanya untuk mendapati keberadaan satu sosok. Sosok dengan pakaian berwarna hitam dengan motif yang sedikit khas itu berdiri membelakangi Yuanli dengan satu tangan terangkat, seakan bersiap membelah sesuatu dengan sisi tangannya.

Kening Yuanli berkerut. ‘Bukankah itu …?’

Detik berikutnya, Yuanli bisa melihat sosok Huang Miaoling muncul dari balik gerbang halaman. Mata majikannya itu terbelalak dengan pancaran mata terkejut seiring dirinya menyadari adanya keberadaan seseorang yang bersiap menyerangnya.

Dalam sekejap, tangan pria itu melesat ke arah leher Huang Miaoling yang berada tepat di bawah jangkauannya. Suara dentuman redup yang dihasilkan pukulan sisi tangan pria itu saat mendarat pada leher sang Mingwei Junzhu terdengar sungguh mengerikan. Tak perlu satu detik bagi Huang Miaoling untuk kehilangan kesadarannya setelah menerima pukulan sekeras itu.

Melihat hal tersebut, Yuanli sempat berniat untuk segera menghabisi sosok berpakaian hitam tersebut. Akan tetapi, beruntung pikirannya masih cukup jernih untuk menyadari kalau masih ada keberadaan beberapa orang lain di dalam halaman yang jelas juga menargetkan Huang Miaoling. Kalau dia menyerang sekarang, maka alih-alih memberikan bantuan, dirinya malah akan mengirimkan nyawa kepada musuh dan sama sekali tidak bisa membantu majikannya.

Dengan cepat, Yuanli menarik kembali kepalanya dan menempelkan tubuhnya pada tembok, berharap dirinya bisa menjadi satu dengan tembok tersebut. Bulir-bulir keringat menghiasi dahinya selagi jantungnya berdebar cepat seiring otaknya berputar untuk memikirkan apa yang harus dilakukan.

“Tak berguna,” maki salah seorang dari dalam halaman penuh dengan nada menghina. “Hanya seorang gadis bisa membuat tiga anggota Pasukan Kematian tertinggi menjadi seperti ini. Satu mati konyol dan dua terluka menjadi anj*ng pincang.”

Makian itu dibalaskan oleh pria yang berada di luar halaman dengan nada bosan. “Xiaoye, urus gadis ini.” Nada bicara pria itu membuat Yuanli mendelik, yakin mengenai identitas pria itu.

‘Ling Zhongcheng!’ geram Yuanli dengan tangan mengepal. ‘Hal ini berhubungan dengan Pangeran Kelima?!’

Pria bernama Xiaoye itu terdengar membalas, “Kenapa tidak kau yang bawa? Tujuan kita sama.” Jelas ada sedikit kesenjangan dalam hubungan keduanya.

“Aku adalah pendamping Yang Mulia,” balas Zhongcheng datar.

Xiaoye mendengus mengejek\, “Anj*ng tetaplah anj*ng\, untuk apa bersikap meninggi?”.

Mata Zhongcheng memicing seiring dirinya menatap ke arah Huang Miaoling yang sekarang tidak sadarkan diri di tangannya. Dia mengangkat kaki gadis itu dan menggendongnya, lalu berbalik menatap Xiaoye. “Bawa atau tidak?” Nada bicaranya terselipkan sedikit tekanan yang membuat orang yang mendengar menggigil.

Terdengar suara decakkan, jelas berasal dari Xiaoye. Sepertinya, bagaimanapun dia tidak suka dengan Zhongcheng, Xiaoye tahu betapa hebatnya pria itu dan tidak berani macam-macam kepadanya. Dia melangkah maju dan meraih tubuh Huang Miaoling untuk membopongnya seperti karung.

Kening Zhongcheng berkerut, seakan kurang setuju dengan cara Xiaoye memperlakukan seorang wanita. “Dia adalah seorang wanita … dan juga seorang Junzhu. Bagaimana mungkin kau—?!”

“Jangan banyak bicara. Yang penting adalah aku menjalankan tugasku, bukan?” balas Xiaoye dengan mata marah, menahan emosi.

Zhongcheng terdiam untuk sesaat. Dia lalu berkata, “Anj*ng pun memiliki perbedaan dalam kegunaannya.” Ucapannya singkat, tapi yang mendengar tahu jelas maksudnya adalah … bahkan jika dirinya adalah peliharaan Wang Wuyu, tapi kedudukannya masih lebih tinggi dibandingkan Xiaoye karena dia jauh lebih berguna.

“Zhongcheng, kau—!”

Zhongcheng memotong ucapan Xiaoye dengan wajah dingin, “Kau sendiri yang bilang, jangan banyak bicara.” Dia berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat Yuanli berada. “Kita harus segera meletakkan gadis itu di sisi Pangeran Keempat sesuai perintah Pangeran Kelima.”

___

A/N: Yeah, author yakin kalian kaget dan bingung kenapa Author tiba-tiba pisahin jadi dua buku. Itu karena ... masalah dengan peraturan platform :) Author gak banyak omong deh. Daripada nnt platform tambah ngadi-ngadi.

Terpopuler

Comments

Naturelight

Naturelight

emang ngadi² thor platformny,

2023-11-11

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus Sukses

2023-07-18

0

Christy Oeki

Christy Oeki

sehat selalu

2022-06-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Anj*ng Tetaplah Anj*ng
2 Bab 2 Yang Paling Bodoh
3 Bab 3 Dia yang Ikut Terlibat
4 Bab 4 Uluran Tangan sang Guifei
5 Bab 5 Godaan Berupa Keselamatan
6 Bab 6 Pada Akhirnya, Bawahan Harus Merangkak
7 Bab 7 Pelayan yang Malang
8 Bab 8 Kenalan Lama
9 Bab 9 Pengkhianat dalam Kubunya
10 Bab 10 Tak Akan Pernah Tahu
11 Bab 11 Harga yang Harus Dibayarkan
12 Bab 12 Kematian adalah Suatu Bentuk Kebebasan
13 Bab 13 Dia Sadar
14 Bab 14 Ganjaran Telah Menyentuh Wanitaku
15 Bab 15 Utusan sang Pangeran Keenam
16 Bab 16 Untuk Apa Dia Kemari?
17 Bab 17 Wang Chengliu dan Wu Meilan
18 Bab 18 Kebusukannya
19 Bab 19 Beban Wang Junsi
20 Bab 20 Mengisolasi Keluarga Huang
21 Libur
22 Bab 21 Perbedaan
23 Bab 22 Sang Pembuat Onar
24 Bab 23 Kunjungan Guru Besar Qing ke Istana
25 Bab 24 Kenapa Bisa Pangeran Keenam?
26 Bab 25 Lebih Dari yang Kau Ingin Aku Ketahui
27 Bab 26 Huang Miaoling Mengalah?
28 Bab 27 Cemburu
29 Bab 28 Kau Milikku Seorang
30 Pengumuman!
31 Bab 29 Dia yang Lebih Mencurigakan
32 Izin
33 Bab 30 Sang Feniks dan Sang Naga
34 Bab 31 Kosongnya Kursi Menteri Pembangunan
35 Bab 32 Kirimkan Dia ke Kun Lun
36 Bab 33 Adik Kandung sang Kaisar
37 Bab 34 Asal-Usul Rong Gui
38 Bab 35 Tahanan Rumah
39 Bab 36 Jodoh di Tangan Takdir
40 Bab 37 Kau Masih Perlu Puluhan Tahun
41 Bab 38 Perubahan Beberapa Orang
42 Bab 39 Harapan Bagi Situ Yangle
43 Bab 40 Janji Yang Defei
44 Bab 41 Peringatan Bagi Yang Defei
45 Bab 42 Langkah Berikutnya sang Kaisar
46 Bab 43 Batas Kegilaan
47 Bab 44 Konsekuensi yang Harus Dihadapi Huang Wushuang
48 Bab 45 Alasan Yuanli dan Kedatangan yang Tertunda
49 Bab 46 Persiapan
50 Bab 47 Menceritakan Kepada Keluarga Huang
51 Bab 48 Dukungan Huang Miaoling
52 Bab 49 Pelengseran
53 Bab 50 Sudah Cukup
54 Bab 51 Hari Sebelum Pernikahan
55 Bab 52 Keraguan dari Masa Lalu
56 Bab 53 Yang Mulia
57 Bab 54 Tantangan Pernikahan
58 Bab 55 Pengantin Pria Telah Tiba
59 Bab 56 Ayah Tetaplah Ayah
60 Bab 57 Meninggalkan Kediaman Huang
61 Bab 58 Berpikirlah Sebelum Bertindak
62 Bab 59 Hal yang Ditakdirkan
63 Bab 60 Kecuali Dia Menginginkannya
64 Bab 61 Yang Sempat Terjadi
65 Bab 62 Menjinakkan sang Mingwei Junzhu
66 Bab 63 Aku Mencintaimu
67 Bab 64 Setelah Malam Pernikahan
68 PENGUMUMAN!
69 Bab 65 Suku Sihan
70 Bab 66 Dendam Harus Dibalaskan
71 Bab 67 Kaisar Zhou
72 Bab 68 Penasihat Liang
73 Bab 69 Pengkhianat dalam Kerajaan
74 Bab 70 Langit Akan Segera Berubah
75 Izin :")
76 Bab 71 Maka, demikianlah
77 Bab 72 Terlambat
78 Bab 73 Tindakan Wang Chengliu
79 Bab 73 Apa Dia Peduli?
80 Bab 74 Hati yang Selaras
81 Bab 75 Budi di Masa Lalu
82 Bab 76 Hal Tak Terduga
83 Bab 77 Keturunan Li
84 Bab 78 Pengorbanan dan Pilihan
85 Bab 79 Sangkakala Perpisahan
86 Bab 80 Waktu yang Berlalu
87 Bab 81 Sang Kerudung Hitam
88 Bab 82 Perjalanan Mereka
89 Bab 83 Sebuah Pengkhianatan
90 Bab 84 Kesedihan dan Kebahagiaan
91 Bab 85 Sebuah Pesan
92 Bab 86 Mencinta Seakan Tak Ada Lagi Hari Esok
93 Bab 87 Aku adalah Huang Miaoling
94 Bab 88 Tidak Ada Aturan
95 Bab 89 Keturunan Keluarga Zhou
96 Bab 90 Rencana di Balik Rencana
97 Bab 91 Selir Huang
98 Bab 92 Zina
99 Bab 93 Tujuannya Adalah Cinta? Tak Mungkin.
100 Bab 94 Hidup dan Mati, Juga Sumpahnya
101 Bab 95 Pilihan Lu Si
102 Bab 96 Kebebasan
103 Bab 97 Pembangkang
104 Bab 98 Jaring yang Tersebar
105 Bab 99 Memastikan
106 Bab 100 Xue Kexin dan Chen Meilian
107 Bab 101 Hasrat Akan Kekuasaan
108 Bab 102 Lama Tak Berjumpa
109 Bab 103 Pancingan
110 Bab 104 Wang Chengliu dan Huang Miaoling
111 Bab 105 Amarah Wang Chengliu, dan Surat Tak Terduga
112 Bab 106 Menjadi Pengkhianat
113 Bab 107 Hari Ritual Kematian
114 Bab 108 Kau Kalah!
115 Bab 109 Terlempar ke Lembaran Lalu
116 Bab 110 Tebakan dan Rahasia
117 Bab 111 Peperangan di Perbatasan Zhou
118 Bab 112 Pengkhianatan
119 Pengumuman
120 Bab 113 Tawanan
121 Bab 114 Yang Mereka Ketahui
122 Bab 115 Tersiksa dan Kehilangan
123 Bab 116 Doa dan Harapan
124 Bab 117 Keterlibatan Orang Tak Terduga
125 Bab 118 Jalur Belakang
126 Bab 119 Qiongpo Di dan Pasukan Pemberontak
127 Bab 120 Ambang Kegilaan
128 Pengumuman
129 Bab 121 Rencana yang Berbalik Menyerang
130 Bab 122 Aku Tidak Kembali Hidup Hanya Untuk Mati
131 Bab 123 Bala Bantuan
132 Bab 124 Pelarian
133 Bab 125 Tempat Seharusnya Kau Berada
134 Bab 126 Selama Kau Tidak Meninggalkanku
135 Bab 127 Jingcheng
136 Bab 128 Kejanggalan, Keanehan, dan Tidak Biasa
137 Bab 129 Katakanlah Dari Awal
138 Bab 130 Permaisuri Huang dan Menteri Jiang
139 Pengumuman
140 Bab 131 Alasan Jiang Feng, Layakkah?
141 Bab 132 Pengunduran Diri
142 Bab 133 Sumpahnya
143 Bab 134 Eksekusi
144 Bab 135 Sang Gadis Bersurai Cokelat
145 Sekip
146 Bab 135 Lan’er dan Wang Chengliu
147 Bab 136 Mengulang Kehidupan Tak Menjamin Apa Pun
148 Bab 137 Lingkaran Api Menuju Wu
149 Bab 138 Kejutan
150 Bab 139 Menyelamatkan Wu Huatai
151 Bab 140 Fitnah
152 Bab 141 Pengkhianatan
153 Bab 142 Kunjungan Tak Terduga
154 Bab 143 Nyawa Dibayar Nyawa
155 Bab 144 Karma
156 Bab 145 Terjerat
157 Bab 146 Sekutu
158 Bab 147 Terbongkar
159 Bab 148 Orang Paling Egois
160 Bab 149 Pertemuan, Perpisahan, Persatuan, dan Penyesalan
161 Bab 150 Kehidupan Pertama?
162 Bab 151 Kegelisahan Wang Chengliu
163 Bab 152 Harapan yang Tergantung
164 Bab 153 Kutukan Kesetiaan
165 Bab 154 Yang Sebenarnya Wang Chengliu Inginkan
166 Bab 155 Melepaskan?
167 Bab 156 Kutukan Lan’er
168 Bab 157 Pengkhianatan?
169 Bab 158 Bahkan Jika Dia Tidak Bisa Diselamatkan
170 Bab 159 Lu Si
171 Bab 160 Segel Ingatan yang Terbuka
172 Bab 161 Kehidupan Pertama
173 Bab 162 Chengliu dan Meilan Part I
174 Bab 163 Chengliu dan Meilan Part II
175 Bab 164 Membongkar Kebenaran
176 Bab 165 Pencipta Dunia Ini
177 Bab 166 Asal-Usul Lan’er dan Kesalahannya
178 Bab 167 Anomali
179 Bab 168 Alasan Wang Chengliu yang Sebenarnya
180 Bab 169 Sosok Pendamping
181 Bab 170 Wang Chengliu Menggila
182 Bab 171 Dirimu atau Diriku yang Egois?
183 Bab 172 Bukan Akhir yang Dia Inginkan
184 Bab 172 Mangkat
185 Bab 173 Akhir
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Bab 1 Anj*ng Tetaplah Anj*ng
2
Bab 2 Yang Paling Bodoh
3
Bab 3 Dia yang Ikut Terlibat
4
Bab 4 Uluran Tangan sang Guifei
5
Bab 5 Godaan Berupa Keselamatan
6
Bab 6 Pada Akhirnya, Bawahan Harus Merangkak
7
Bab 7 Pelayan yang Malang
8
Bab 8 Kenalan Lama
9
Bab 9 Pengkhianat dalam Kubunya
10
Bab 10 Tak Akan Pernah Tahu
11
Bab 11 Harga yang Harus Dibayarkan
12
Bab 12 Kematian adalah Suatu Bentuk Kebebasan
13
Bab 13 Dia Sadar
14
Bab 14 Ganjaran Telah Menyentuh Wanitaku
15
Bab 15 Utusan sang Pangeran Keenam
16
Bab 16 Untuk Apa Dia Kemari?
17
Bab 17 Wang Chengliu dan Wu Meilan
18
Bab 18 Kebusukannya
19
Bab 19 Beban Wang Junsi
20
Bab 20 Mengisolasi Keluarga Huang
21
Libur
22
Bab 21 Perbedaan
23
Bab 22 Sang Pembuat Onar
24
Bab 23 Kunjungan Guru Besar Qing ke Istana
25
Bab 24 Kenapa Bisa Pangeran Keenam?
26
Bab 25 Lebih Dari yang Kau Ingin Aku Ketahui
27
Bab 26 Huang Miaoling Mengalah?
28
Bab 27 Cemburu
29
Bab 28 Kau Milikku Seorang
30
Pengumuman!
31
Bab 29 Dia yang Lebih Mencurigakan
32
Izin
33
Bab 30 Sang Feniks dan Sang Naga
34
Bab 31 Kosongnya Kursi Menteri Pembangunan
35
Bab 32 Kirimkan Dia ke Kun Lun
36
Bab 33 Adik Kandung sang Kaisar
37
Bab 34 Asal-Usul Rong Gui
38
Bab 35 Tahanan Rumah
39
Bab 36 Jodoh di Tangan Takdir
40
Bab 37 Kau Masih Perlu Puluhan Tahun
41
Bab 38 Perubahan Beberapa Orang
42
Bab 39 Harapan Bagi Situ Yangle
43
Bab 40 Janji Yang Defei
44
Bab 41 Peringatan Bagi Yang Defei
45
Bab 42 Langkah Berikutnya sang Kaisar
46
Bab 43 Batas Kegilaan
47
Bab 44 Konsekuensi yang Harus Dihadapi Huang Wushuang
48
Bab 45 Alasan Yuanli dan Kedatangan yang Tertunda
49
Bab 46 Persiapan
50
Bab 47 Menceritakan Kepada Keluarga Huang
51
Bab 48 Dukungan Huang Miaoling
52
Bab 49 Pelengseran
53
Bab 50 Sudah Cukup
54
Bab 51 Hari Sebelum Pernikahan
55
Bab 52 Keraguan dari Masa Lalu
56
Bab 53 Yang Mulia
57
Bab 54 Tantangan Pernikahan
58
Bab 55 Pengantin Pria Telah Tiba
59
Bab 56 Ayah Tetaplah Ayah
60
Bab 57 Meninggalkan Kediaman Huang
61
Bab 58 Berpikirlah Sebelum Bertindak
62
Bab 59 Hal yang Ditakdirkan
63
Bab 60 Kecuali Dia Menginginkannya
64
Bab 61 Yang Sempat Terjadi
65
Bab 62 Menjinakkan sang Mingwei Junzhu
66
Bab 63 Aku Mencintaimu
67
Bab 64 Setelah Malam Pernikahan
68
PENGUMUMAN!
69
Bab 65 Suku Sihan
70
Bab 66 Dendam Harus Dibalaskan
71
Bab 67 Kaisar Zhou
72
Bab 68 Penasihat Liang
73
Bab 69 Pengkhianat dalam Kerajaan
74
Bab 70 Langit Akan Segera Berubah
75
Izin :")
76
Bab 71 Maka, demikianlah
77
Bab 72 Terlambat
78
Bab 73 Tindakan Wang Chengliu
79
Bab 73 Apa Dia Peduli?
80
Bab 74 Hati yang Selaras
81
Bab 75 Budi di Masa Lalu
82
Bab 76 Hal Tak Terduga
83
Bab 77 Keturunan Li
84
Bab 78 Pengorbanan dan Pilihan
85
Bab 79 Sangkakala Perpisahan
86
Bab 80 Waktu yang Berlalu
87
Bab 81 Sang Kerudung Hitam
88
Bab 82 Perjalanan Mereka
89
Bab 83 Sebuah Pengkhianatan
90
Bab 84 Kesedihan dan Kebahagiaan
91
Bab 85 Sebuah Pesan
92
Bab 86 Mencinta Seakan Tak Ada Lagi Hari Esok
93
Bab 87 Aku adalah Huang Miaoling
94
Bab 88 Tidak Ada Aturan
95
Bab 89 Keturunan Keluarga Zhou
96
Bab 90 Rencana di Balik Rencana
97
Bab 91 Selir Huang
98
Bab 92 Zina
99
Bab 93 Tujuannya Adalah Cinta? Tak Mungkin.
100
Bab 94 Hidup dan Mati, Juga Sumpahnya
101
Bab 95 Pilihan Lu Si
102
Bab 96 Kebebasan
103
Bab 97 Pembangkang
104
Bab 98 Jaring yang Tersebar
105
Bab 99 Memastikan
106
Bab 100 Xue Kexin dan Chen Meilian
107
Bab 101 Hasrat Akan Kekuasaan
108
Bab 102 Lama Tak Berjumpa
109
Bab 103 Pancingan
110
Bab 104 Wang Chengliu dan Huang Miaoling
111
Bab 105 Amarah Wang Chengliu, dan Surat Tak Terduga
112
Bab 106 Menjadi Pengkhianat
113
Bab 107 Hari Ritual Kematian
114
Bab 108 Kau Kalah!
115
Bab 109 Terlempar ke Lembaran Lalu
116
Bab 110 Tebakan dan Rahasia
117
Bab 111 Peperangan di Perbatasan Zhou
118
Bab 112 Pengkhianatan
119
Pengumuman
120
Bab 113 Tawanan
121
Bab 114 Yang Mereka Ketahui
122
Bab 115 Tersiksa dan Kehilangan
123
Bab 116 Doa dan Harapan
124
Bab 117 Keterlibatan Orang Tak Terduga
125
Bab 118 Jalur Belakang
126
Bab 119 Qiongpo Di dan Pasukan Pemberontak
127
Bab 120 Ambang Kegilaan
128
Pengumuman
129
Bab 121 Rencana yang Berbalik Menyerang
130
Bab 122 Aku Tidak Kembali Hidup Hanya Untuk Mati
131
Bab 123 Bala Bantuan
132
Bab 124 Pelarian
133
Bab 125 Tempat Seharusnya Kau Berada
134
Bab 126 Selama Kau Tidak Meninggalkanku
135
Bab 127 Jingcheng
136
Bab 128 Kejanggalan, Keanehan, dan Tidak Biasa
137
Bab 129 Katakanlah Dari Awal
138
Bab 130 Permaisuri Huang dan Menteri Jiang
139
Pengumuman
140
Bab 131 Alasan Jiang Feng, Layakkah?
141
Bab 132 Pengunduran Diri
142
Bab 133 Sumpahnya
143
Bab 134 Eksekusi
144
Bab 135 Sang Gadis Bersurai Cokelat
145
Sekip
146
Bab 135 Lan’er dan Wang Chengliu
147
Bab 136 Mengulang Kehidupan Tak Menjamin Apa Pun
148
Bab 137 Lingkaran Api Menuju Wu
149
Bab 138 Kejutan
150
Bab 139 Menyelamatkan Wu Huatai
151
Bab 140 Fitnah
152
Bab 141 Pengkhianatan
153
Bab 142 Kunjungan Tak Terduga
154
Bab 143 Nyawa Dibayar Nyawa
155
Bab 144 Karma
156
Bab 145 Terjerat
157
Bab 146 Sekutu
158
Bab 147 Terbongkar
159
Bab 148 Orang Paling Egois
160
Bab 149 Pertemuan, Perpisahan, Persatuan, dan Penyesalan
161
Bab 150 Kehidupan Pertama?
162
Bab 151 Kegelisahan Wang Chengliu
163
Bab 152 Harapan yang Tergantung
164
Bab 153 Kutukan Kesetiaan
165
Bab 154 Yang Sebenarnya Wang Chengliu Inginkan
166
Bab 155 Melepaskan?
167
Bab 156 Kutukan Lan’er
168
Bab 157 Pengkhianatan?
169
Bab 158 Bahkan Jika Dia Tidak Bisa Diselamatkan
170
Bab 159 Lu Si
171
Bab 160 Segel Ingatan yang Terbuka
172
Bab 161 Kehidupan Pertama
173
Bab 162 Chengliu dan Meilan Part I
174
Bab 163 Chengliu dan Meilan Part II
175
Bab 164 Membongkar Kebenaran
176
Bab 165 Pencipta Dunia Ini
177
Bab 166 Asal-Usul Lan’er dan Kesalahannya
178
Bab 167 Anomali
179
Bab 168 Alasan Wang Chengliu yang Sebenarnya
180
Bab 169 Sosok Pendamping
181
Bab 170 Wang Chengliu Menggila
182
Bab 171 Dirimu atau Diriku yang Egois?
183
Bab 172 Bukan Akhir yang Dia Inginkan
184
Bab 172 Mangkat
185
Bab 173 Akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!