Tangan pria itu meraih ikat pinggang gadis di hadapannya. “Nona Pertama Huang— Ah, aku salah. Mingwei Junzhu,”—Tawa yang terdengar begitu jahat keluar dari bibirnya—"salahkan dirimu telah menentang seseorang yang tak boleh ditentang.”
Detik ujung jari pria itu menyentuh ikat pinggang lapisan dalam pakaian gadis yang terbaring tak sadarkan diri di atas tempat tidur, suara pintu terbanting terbuka dengan kencang bisa terdengar mengejutkannya. Pria berpakaian hitam itu berbalik dengan cepat dengan mata terbelalak, jantungnya berdetak kencang satu kali ketika melihat satu sosok melesat ke arahnya dengan sebuah tinju melayang menuju wajahnya.
Bagaimanapun, pria itu—Xiaoye—merupakan ketua dari Pasukan Kematian. Dengan lincah dia menghadang serangan itu dengan tangannya, hanya untuk terpelanting ke samping dan menabrak lemari dengan kencang. Sebelum dia sempat bereaksi, sebuah tangan mencekik lehernya dengan erat dan mengangkat tubuhnya dari lantai.
Terkejut dengan kekuatan ini, kedua mata Xiaoye membesar, menatap pria yang berada di hadapannya dengan wajah tak percaya. “Kau—!” Ucapannya terhenti karena cekikan pada lehernya menjadi semakin kuat. Kebencian yang terpancar di mata penyerangnya membuat seluruh tubuh Xiaoye menggigil. ‘I-inikah kekuatan sebenarnya dari seorang Liang Fenghong? Dia tak sekedar seorang tabib biasa!’
Mata Liang Fenghong terlihat begitu dingin. Tidak, tidak hanya sekedar dingin. Pancaran matanya adalah pancaran mata seseorang yang telah siap membunuh!
Mata Liang Fenghong menoleh ke arah Huang Miaoling yang terbaring bersebelahan dengan Wang Junsi yang tak sadarkan diri. Tak hanya itu, lapisan luar pakaian gadis itu terbuka. Pria itu melirikkan matanya kembali kepada Xiaoye.
“Siapa yang memerintahkanmu?” tanya Liang Fenghong dengan suara yang sekejap menurunkan suhu di dalam ruangan. “Katakan dan mungkin aku akan berbaik hati membiarkanmu hidup,” lanjutnya.
‘Gila, dia telah kehilangan kewarasannya! Meminta jawaban, tapi menguatkan cekikan. Bagaimana aku bisa menjawab?! Dia jelas hanya ingin membunuhku!’ pekik Xiaoye seraya mencoba melepaskan diri dan menendang-nendang, tapi Liang Fenghong tidak bergerak sedikit pun.
Karena situasi yang begitu mengejutkan, otak Xiaoye tidak sempat bekerja. Namun, sekejap pikirannya menjadi dingin dan dia pun bisa berpikir jernih. Kejadian semacam ini telah dia lalui berkali-kali dalam pelatihan Pasukan Kematian, tak mungkin dia tak mampu mengendalikan pikirannya!
Dengan gesit, Xiaoye meraih belati yang terselip di pinggangnya dan mencoba menyayat pergelangan tangan Liang Fenghong. Sayang, lawannya itu dengan cepat melepaskan diri.
Ah, tidak. Tidak disayangkan sama sekali. Lagi pula, tujuan Xiaoye saat ini bukan melukai Liang Fenghong, melainkan kabur dan menyelamatkan nyawanya!
‘Rencana gagal, bukan berarti tak ada kesempatan lagi!’ pikir Xiaoye seraya melesat ke arah pintu keluar.
“Ingin lari?” gumam Liang Fenghong seraya bersiap mengejar anggota Pasukan Kematian itu.
Namun, kesadaran Liang Fenghong perlahan kembali, dia masih ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan. Pria itu mengurungkan niatnya dan berakhir melemparkan tiga buah jarum ke arah Xiaoye. Dengan akurasi yang mengerikan, tiga jarum itu menusuk tiga titik yang berbeda, dua sisi leher dan tengkuk bagian belakang.
Xiaoye bisa merasakan tusukan jarum tersebut, tapi dia mengabaikannya dan terus berlari demi nyawanya. Dia tidak berpikir panjang mengenai apa efek yang akan dihasilkan oleh hasil tusukan jarum tersebut. Lagi pula, apa pun itu, dia bisa bertanya pada anggotanya yang lain nanti. Yang terpenting sekarang, dia harus kabur.
Di dalam hati, Xiaoye memaki, ‘Sial! Bagaimana mungkin pria itu tiba kemari dengan begitu cepat?! Semuanya seharusnya telah diatur dengan baik!’ Matanya memancarkan penyesalan yang mendalam.
Melihat kepergian Xiaoye, Liang Fenghong mengerutkan keningnya untuk sesaat. Lalu, dia merenggangkannya seraya berbalik dan menghampiri tempat tidur. Saat pandangannya kembali dipenuhi dengan pemandangan tidak mengenakkan, kedua tangan Liang Fenghong mengepal.
‘Masalah ini ….’
Jantung Liang Fenghong terasa ingin meledak karena amarah yang menggebu-gebu. Namun, dia menarik napas panjang dan mengeluarkan sebuah botol kecil dari kantung kecil yang bergelantung di sisi pinggangnya. Dengan cepat, dia menotok satu titik di wajah Wang Junsi, menyebabkan rahang pria itu terbuka. Liang Fenghong memasukkan obatnya dan menutup mulut Wang Junsi untuk kemudian menotok sisi lehernya, membiarkan Wang Junsi yang tak sadarkan diri menelan obat tersebut.
Selesai mengobati sang Pangeran Keempat, pandangan Liang Fenghong beralih kepada Huang Miaoling. Pria itu kemudian melepaskan pakaian luarnya untuk menghindari sentuhan langsung dengan tubuh gadis itu. Di luar pengetahuan Huang Miaoling menyentuhnya, itu adalah hal yang tidak sopan. Selain itu, dalam kondisi saat ini … bukanlah hal yang baik bagi Liang Fenghong untuk menyentuhnya secara langsung.
Liang Fenghong mengangkat tubuh Huang Miaoling yang begitu ringan dari tempat tidur. Lalu, dia memberikan satu tatapan terakhir pada Wang Junsi seraya berkata, “Kau … sudah ceroboh.” Ada kekecewaan yang terkandung dalam nada bicaranya. “Begitu pula denganmu,” ucapnya seraya menatap ke arah Huang Miaoling sembari berjalan keluar ruangan tersebut. ‘Dan yang paling bodoh adalah diriku ….’
Tepat ketika Liang Fenghong menggendong keluar Huang Miaoling yang masih tidak sadarkan diri, terlihat sosok Xiuchen dan Xiaoming yang baru saja sampai. Sepertinya, Xiaoming yang tadi bersama dengan Liang Fenghong diperintahkan untuk memanggil bawahan Wang Junsi itu agar dia bisa membereskan semuanya sebelum ada yang menemukan keanehan.
Melihat Huang Miaoling yang berada dalam pelukan Liang Fenghong, dan juga ekspresi kelam yang menyelimuti wajah sang Tabib Jianghu, Xiuchen dan Xiaoming segera terbelalak. “Ini …,” Xiuchen baru saja ingin bertanya.
Tanpa melirik ke arah Xiuchen, Liang Fenghong berkata, “Sebelum ada yang datang, urus mayat pelayan di depan pintu.” Ucapannya membuat Xiuchen mengernyit saat menyadari kematian pelayan malang di kediaman majikannya. “Majikanmu akan segera bangun.” Lalu, alisnya bertaut. “Ketika dia bangun, pastikan dia datang untuk segera menemuiku di kediaman Putri Meilan.”
Sejujurnya, Xiuchen tidak menyukai nada bicara Liang Fenghong yang terdengar begitu mendominasi. Pria itu seakan tidak menunjukkan sedikit rasa hormat kepada Wang Junsi yang merupakan pangeran keempat dari kerajaan Shi. Namun, melihat sosok Huang Miaoling yang tidak sadarkan diri sembari dibalut pakaian luar Liang Fenghong dalam pelukan pria tersebut, Xiuchen pun bisa menebak sebagian besar apa yang hampir saja terjadi.
Mempermasalahkan ketidaksopanan Liang Fenghong merupakan hal yang sama sekali tidak diperlukan. Dengan pemikiran tersebut, Xiuchen pun langsung berlari melewati sang Tuan Muda Liang itu dan mengurus mayat pelayan malang yang tergeletak di depan pintu kamar Wang Junsi. Walau sangat menyesali kematian pelayan tersebut, tapi Xiuchen tahu bahwa perasaan simpatik tak berguna dalam keadaan yang ada. Jika ada yang menangkap keberadaan mayat tersebut, maka masalah akan menjadi semakin runyam.
Di sisi lain, Xiaoming menatap ke arah majikannya. “Tuan Muda ….” Namun, melihat ekspresi yang begitu mengerikan menghiasi wajah sang Tuan Muda Liang, Xiaoming pun segera menghentikan apa pun yang sempat ingin dia katakan. Seluruh ototnya menegang, seakan tahu kalau masalah kali ini akan diikuti dengan kemurkaan yang jauh lebih menakutkan. ‘Kali ini, habis sudah ….’
___
A/N: Liang Fenghong deadly mode: Activate!
Hmm, setelah cerita ini selesai (udah menghampiri ending), kira-kira ... author mending bikin cerita historical lagi, atau modern ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Indah Hidayat
historical aja thor
2023-08-31
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-18
0
Kalee Chan
syukurlah... tidak terjadi apapunn...
deg deg an AQ bacanyaa..
2022-06-17
0