*Beberapa saat yang lalu*
Setelah melihat sosok Wu Meilan menganggukkan kepala, Liang Fenghong segera menggendong tubuh Huang Miaoling yang terasa begitu ringan dari ranjang. Gadis itu sedikit terkejut, tapi dengan cepat menunjuk ke arah bawah ranjang, mengisyaratkan kalau dirinya bisa bersembunyi di sana.
“Kau tidak perlu bersembunyi,” ujar Huang Miaoling dengan nada rendah.
Sebenarnya, gadis itu tidak salah. Liang Fenghong sama sekali tidak memiliki keharusan untuk bersembunyi untuk menghindari siapa pun itu yang berada di luar ruangan. Akan lebih masuk akal apabila dirinya berdiam di sini dengan alasan membahas sesuatu dengan Wu Meilan dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.
Namun, Liang Fenghong menggelengkan kepalanya. Ada begitu banyak orang yang bisa menghampiri kediaman Wu Meilan, tapi tidak banyak yang akan menerobos gerbang sang Tuan Putri Wu dengan begitu lancang. Benak Liang Fenghong berputar, memperkirakan kalau siapa pun itu yang baru saja datang akan mengatasnamakan pencarian penyusup yang sempat menyelinap ke dalam istana Kaisar Weixin untuk memeriksa kediaman Wu Meilan. Hanya saja, tujuan sesungguhnya jelas bukan untuk mencari penyusup, melainkan menemukan Huang Miaoling!
Tak ada kebetulan di dunia ini. Oleh karena itu, kedatangan orang-orang tak diundang ini dengan cara yang begitu lancang jelas direncanakan. Berpikir sampai di sana, Liang Fenghong tahu kalau bersembunyi di dalam ruangan ini bukanlah sebuah pilihan. Bahkan bila dia sudah memberi tahu sang Tuan Putri mengenai apa yang harus dilakukan, pria itu tidak merasa aman membiarkan Huang Miaoling bersembunyi di ruangan ini.
“Siapa yang dengan begitu lancang mengganggu ketenangan kediamanku?”
Terdengar oleh Liang Fenghong suara Wu Meilan yang begitu tegas. Nada bicara itu cukup sesuai dengan arahannya tadi, mengingatkan Liang Fenghong kalau walaupun putri itu terbiasa terkurung di dalam istana kerajaan Wu, tapi darah sang Kaisar memang mengalir dalam tubuhnya.
‘Sama seperti ….’ Kening Liang Fenghong berkerut, mengingatkan dirinya untuk tetap fokus.
Dengan langkah kaki tak bersuara, Liang Fenghong melesat ke arah ruang kerja sang Tuan Putri yang berada di seberang ruang tidurnya. Selagi Huang Miaoling berada dalam pelukannya, Liang Fenghong mendorong sedikit jendela ruang kerja yang mengarah ke area belakang gedung dengan sisi tubuhnya. Dia memeriksa keadaan dengan memastikan tidak ada suara yang menunjukkan keberadaan seseorang di area belakang gedung.
Setelah memastikan tidak ada orang, Liang Fenghong pun dengan hati-hati menyelinap keluar. Untuk menghapus jejak mereka, Huang Miaoling menjulurkan tangannya untuk mengingatkan pria itu agar kembali menutup jendela. Tentu saja, peringatan tersebut tidak sepenuhnya dibutuhkan karena Liang Fenghong juga tahu mengenai apa yang harus dilakukan, tapi sepertinya gadis itu tak bisa menahan diri untuk mengutarakan kekhawatirannya.
Liang Fenghong mengarahkan pandangannya pada sebuah pohon yang berada dekat dari sisi gedung kediaman Wu Meilan, semak-semak yang mengelilingi pohon tersebut cukup tebal untuk dijadikan tempat persembunyian. Dia mengendap hingga mencapai ujung dinding dan menjulurkan kepalanya untuk melihat situasi halaman Wu Meilan.
Terlihat oleh Liang Fenghong kalau tidak ada pengawal Wu maupun Shi yang berada di sisi pinggir halaman, membuatnya bersyukur ada jalan baginya untuk mencapai tempat persembunyiannya. Dengan Huang Miaoling dalam gendongannya, Liang Fenghong melesat ke arah pohon tersebut dan merunduk di antara semak-semak. Cukup mengejutkan bagi Huang Miaoling dengan kelincahan pria tersebut.
Sesampainya di tempat persembunyian sementara mereka, Liang Fenghong membiarkan setengah tubuh Huang Miaoling beristirahat di tanah berumput. Lalu, pandangannya beralih mengawasi pergerakan para pasukan kerajaan Shi yang mampu terlihat dari tempat persembunyiannya.
“Dari semua tempat, kau memilih tempat yang begitu terbuka,” bisik Huang Miaoling dengan sebuah senyuman terlukis di wajahnya. “Memang Tuan Muda Liang bijaksana.”
Walau terdengar sarkastis, tapi Liang Fenghong tahu kalau Huang Miaoling mengerti alasan dirinya melakukan hal ini. Dalam situasi seperti yang mereka alami saat ini, tempat persembunyian yang paling mudah ditemukan merupakan tempat persembunyian yang paling aman. Secara logika, tidak ada buronan yang akan bersembunyi di tempat yang begitu berbahaya ketika sadar dirinya sedang dikejar. Oleh karena itu, para penyelidik pun tak akan membuang waktu untuk mencari orang di tempat yang begitu terbuka.
Ini adalah permainan mental dan pikiran.
Terkecuali pihak lawan memiliki kecerdasan yang setara dengan pikiran Liang Fenghong, maka jelas cara ini adalah cara terbaik untuk bersembunyi. Kalau tidak, maka tindakan pria itu sama saja dengan mengirimkan hadiah untuk musuh.
Hal itu juga yang membuat situasi ini menjadi permainan keberuntungan.
Pandangan Liang Fenghong turun ke bawah, menatap Huang Miaoling yang berada dalam pelukannya. “Apa kau merasa lebih baik?” tanya pria itu dengan wajah khawatir. “Tenang saja, bahkan jika yang terburuk terjadi, aku akan pastikan dirimu aman.” Keningnya berkerut, menunjukkan dirinya rela mengorbankan apa pun demi gadis di hadapannya ini.
Pandangan Huang Miaoling melembut. “Kita di istana, bahkan bila mereka ingin membunuhku, mereka tak bisa melakukannya sekarang juga.” Senyuman lemah terlukis di wajahnya. “Lagi pula, apa yang bisa mereka lakukan? Menghukum pasangan yang sedang menghabiskan waktu indah di bawah pohon rindang?” Ada cahaya menggoda yang terpancar dari sepasang mata hitam itu ketika menggambarkan kondisi mereka saat ini.
Selama sesaat, telinga Liang Fenghong berdengung. Pandangannya tak bisa beralih dari wajah Huang Miaoling, gadis itu telah berhasil menghipnotis pria itu sepenuhnya. Namun, insting Liang Fenghong yang menyadarkannya mengenai situasi mereka saat ini berteriak nyaring.
Dengan alis bertaut dan kening berkerut, sang Tuan Muda Liang menatap calon istrinya itu. “Setelah semua yang kau lalui, kau masih bisa bercanda?” Ada amarah dalam nada bicaranya. Sebagian emosi itu hanya sebuah kepura-puraan untuk menutupi kecanggungannya, tapi sebagian lagi adalah perasaan murni karena kecerobohan Huang Miaoling yang hampir melayangkan nyawanya sendiri.
Kemungkinan, seseorang bahkan telah mengorbankan nyawa karena terlibat dengan gadis ini.
Mata Huang Miaoling menggerayangi wajah Liang Fenghong, sedetik pun pandangan gadis itu tidak berpindah dari wajah pria yang seharusnya akan menjadi suaminya itu. “Aku percaya padamu,” ucap Huang Miaoling membuat amarah Liang Fenghong sekejap menguap. Tangannya yang mulai mendapatkan kekuatan terjulur untuk menyentuh wajah pria itu. “Apa kau percaya padaku?”
Selagi ada keributan di halaman tempat mereka berada, Liang Fenghong sama sekali tidak bisa mendengar semua hal itu. Pertanyaan Huang Miaoling menusuk hatinya yang sempat dipenuhi amarah, kesadarannya dipaksa untuk bergejolak.
Detik berikutnya, Liang Fenghong menggenggam tangan Huang Miaoling. “Apa kau masih perlu bertanya?”
“Salam kepada Pangeran Keempat dan Pangeran Keenam!”
Teriakan itu tidak mengalihkan pandangan Huang Miaoling dari Liang Fenghong. Di kehidupan lalu, hal itu tak mungkin terjadi. Efek nama sang Pangeran Keenam terhadap seorang Huang Miaoling sangatlah besar, cukup besar untuk membuatnya segera terbangun selagi tidur dan tersenyum ketika menangis.
Beberapa saat yang lalu, hal yang tak jauh berbeda juga berlaku untuk diri Huang Miaoling di kehidupan ini. Nama Wang Chengliu mampu membuat dirinya yang sedang tersenyum kehilangan cahayanya, bahkan dalam tidur … nama itu mampu menghantui dirinya dalam wujud mimpi buruk yang mengerikan.
Sekarang, berbeda.
Pandangan Huang Miaoling menyerap setiap inci keberadaan pria yang berada di hadapannya. Lalu, dia tersenyum. “Bagus. Dengan begitu, kau harusnya tahu apa yang sebenarnya ingin kulakukan, bukan?”
***
Melihat kedatangan majikannya, Chenxiao segera keluar dari ruangan dan berlutut di hadapan Wang Junsi dan Wang Chengliu. “Salam pada Pangeran Keempat dan Pangeran Keenam,” ujarnya seraya mencengkeram kepalan tangannya.
“Chenxiao, kenapa kau membawa para pengawal istana kemari?” tanya Wang Junsi, suaranya terdengar sedikit lebih parau dibandingkan biasanya. Dia berdeham, mencoba membuat semua orang berpikir kalau suara paraunya berasal dari lehernya yang kurang nyaman. “Ada apa ini?” tambahnya lagi.
Chenxiao membuka mulutnya untuk menjawab, “Jawab Pangeran Keempat, beberapa saat yang lalu seorang penyusup menyelinap ke dalam istana Kaisar. Beruntung langit memberkati putranya dan tak ada yang terjadi pada Yang Mulia Kaisar. Hanya saja, penyusup tersebut kabur dan aku sedang mengikuti protokol keamanan untuk memeriksa setiap sudut istana.”
Mendengar jawaban Chenxiao, Wang Junsi mengerutkan keningnya seakan terkejut. “Bahkan kediaman tamu terhormat?” Nada bicaranya mempertanyakan kebenaran dalam ucapan Chenxiao. Dia kemudian menoleh kepada Wang Chengliu. “Adik Keenam, tidakkah ini—”
Sebelum Wang Junsi bisa menyelesaikan ucapannya, Wang Chengliu mengangkat tangannya, menghentikan ucapan kakaknya itu. Dia lalu berkata pada sang Pangeran Keempat, “Kakak Keempat, tenanglah terlebih dahulu.” Pandangannya beralih pada Wu Meilan dan dia pun membungkuk pada sang Tuan Putri kerajaan Wu. “Tuan Putri, aku harap kau memaafkan kelancangan bawahanku ini. Sama seperti para pengawal istana setia lainnya, dia hanya mengikuti perintah dengan patuh dan tidak mampu berpikir jauh mengenai posisimu dalam kerajaan ini.”
Wu Meilan mengerutkan kening ketika mendengar ucapan Wang Chengliu. Walau nada bicara pria itu terdengar begitu sungkan dan menyanjungnya, tapi ekspresi yang terpajang di wajah pria itu begitu kosong, tidak mengandung sedikit pun ketulusan, membuktikan kalau bibir Wang Chengliu sedang mengutarakan kebohongan. Hal tersebut membuat sang Tuan Putri kerajaan Wu kesal.
Mengesampingkan alasan pribadi yang membuatnya bersikap kesal terhadap Wang Chengliu, Wu Meilan jelas mendengar Chenxiao berkata kalau orang yang menurunkan perintah adalah sang Pangeran Keenam itu sendiri. Dari ucapan Wang Chengliu sendiri, pria itu mengakui kalau Chenxiao hanya bertindak sesuai perintahnya. Kalau dirinya sungguh menghormati Wu Meilan, tidakkah seharusnya pangeran itu memperingati bawahannya untuk tidak mendekati kediaman Wu Meilan?
Karena Chenxiao datang ke kediaman Wu Meilan dan bersikeras untuk memeriksa ruangannya—bahkan setelah dilontarkan sindiran oleh sang Tuan Putri mengenai situasinya yang masih lajang—maka itu berarti Wang Chengliu sama sekali tidak pernah memandang dirinya sebagai tamu terhormat. Segala ucapan Wang Chengliu yang baru saja meninggalkan mulut pria itu adalah omong kosong belaka! Pangeran itu jelas menargetkan kediamannya karena tahu Huang Miaoling pasti berada di sini!
“Pangeran Keenam,” panggil Wu Meilan membuat Wang Chengliu mengangkat pandangannya. “Kalau benar kau begitu menghormati diriku, maka ada baiknya kau membuktikan hal tersebut sekarang.” Pandangannya terlihat tidak bersahabat. “Bawahanmu telah bertindak tidak hormat padaku, itu jelas melanggar keyakinanmu terhadapku, bukan begitu?”
Majikan menghormati seseorang, tapi bawahan malah menghina dan bertindak dengan buruk terhadap orang tersebut. Hal itu … jelas seperti mengkhianati kepercayaan sang Majikan.
Hukuman harus diberikan.
Mendengar ucapan Wu Meilan, Wang Chengliu yang menatap gadis tersebut menghela napas sembari menutup mata, seakan menyesali tindakan bawahannya. Namun, dia kemudian menegapkan tubuhnya. Dia lalu membuka matanya dan memberikan pandangan yang sangat mengerikan ke arah sang Tuan Putri kerajaan Wu.
Pandangan Wang Chengliu membuat Wu Meilan sangat terkejut. ‘P-pandangan apa itu? Apa dia berniat untuk mengancamku?’ Putri itu mengepalkan tangannya, mencoba untuk memperkuat dirinya yang sedikit bergetar di bawah tatapan tak menyenangkan sang Pangeran Keenam.
“Tuan Putri Wu, aku akan terus-terang saja,” Wang Chengliu memulai. “Selagi semua orang bersikap sungkan terhadapmu karena dirimu adalah putri kandung dari Kaisar Huatai dan juga perwujudan perdamaian antara dua kerajaan, aku tidak merasa patut melakukan hal yang sama.”
___
A/N:
Wang Chengliu so fishy, ikan banget...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
truslancar kerjaannya
2023-07-18
0
fifid dwi ariani
truslancar kerjaannya
2023-07-18
0
ria aja
semoga sja miaoling selamat.semga sja abfeng dan Wang jungsi akan selamat baik
2022-04-21
0