berbeda kasta

Happy reading...

Malam mulai larut saat Bu Rita menghampiri Putri yang terbaring di kursi. Sekilas wanita paruh baya itu bisa melihat tatapan Putri yang sendu. Menyadari ibunya menghampiri, Putri memperbaiki posisi duduknya.

"Ibu belum tidur?"

"Ibu belum bisa tidur, Put. Ada yang ingin ibu tanyakan sama kamu." Ujarnya.

"Ada apa, Bu?" Putri terlihat heran.

"Putri, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu sudah berhenti dari toko." Bu Rita memulai pembicaraan.

"Maaf, Bu." Ucapnya pelan.

"Kalau ibu tadi tidak bertemu ibunya Mia, mungkin ibu tidak akan pernah tahu. Terus kamu tadi dari mana? Apa benar yang ibu dengar dari Hana kalau kamu sekarang kerja di rumah?" Telisiknya.

"Iya, Bu. Majikan Putri yang waktu itu meminta Putri datang setiap hari," sahut Putri dengan kepala yang tertunduk.

"Majikan yang mana? Yang dikenalkan sama majikannya Rani? Yang katanya Dokter itu?"

Putri mengangguk pelan.

"Lalu uang sepuluh juta yabg ibu lihat di tas kamu, itu uang apa?"

"Itu, itu gaji Putri beberapa bulan ke depan, Bu. Pak Dokter mungkin nggak mau bayar Putri per-bulan." Sahutnya.

"Oh, jadi begitu. Kalau ada apa-apa itu bilang sama ibu, Put. Jangan menyimpannya sendiri. Kamu ada masalah atau ada yang membebani pikiran kamu, bicarakan dengan ibu."

"Iya, Bu."

"Ya sudah, sekarang kita tidur. Kamu harus berangkat pagi-pagi kan?"

"Iya... Oh ya, Bu. Besok bisa antar Alfi beli sepeda nggak? Sekalian beli sepatu, katanya sudah sempit."

"Kenapa nggak sama kamu aja?"

"Putri malu kalau harus izin lagi sama Pak Dokter. Tadi Putri sudah izin ke sekolah Alfi," jawab Putri.

"Baiklah. Kebetulan ada yang ingin ibu beli. Kamu beli baju dimana? Ibu lihat ada baju di tas kamu."

"Pak Dokter yang belikan, Bu. Dia malu punya pembantu yang bajunya lusuh."

"Orang kaya ada-ada saja. Baju kamu kan masih bagus. Ya, sudah. Ibu mau tidur. Jangan terlalu malam tidurnya, Put."

"Iya, Bu."

Putri kembali merebahkan dirinya di kursi. Orang kaya? Heh. Ibunya benar, sekarang ia dan Alby berbeda kasta.

***

Hari-hari berlalu begitu cepat. Putri merasa senang melihat kebahagiaan putranya yang bisa bermain sepeda bersama teman-temannya. Ia juga merasa lega karena sudah membayar uang kontrakan rumah untuk tiga bulan ke depan.

Setiap pagi, Putri berangkat bekerja sambil menenteng plastik belanjaan. Setiap hari ia menyiapkan makan malam untuk Alby sebelum pulang.

Sesampainya di rumah Alby, Putri langsung mengerjakan tugasnya. Satu jam telah berlalu dan seperti biasanya, ia membuatkan jus untuk sarapan Alby. Namun tidak seperti biasanya, pagi ini Alby belum juga keluar dari kamarnya. Putri pun memutuskan untuk menyapu halaman belakang rumah itu.

"Kenapa Alby belum bangun? Aku kan mau ngambil baju kotor. Mumpung panas, jadi cucianku nggak usah di peras di mesin cuci." Gumamnya.

Sambil menunggu majikannya keluar kamar, Putri menyapu halaman belakang. Cuaca pagi ini sangat cerah. Sinar matahari terasa hangat mengenai punggung Putri yang menyapu sambil membungkuk.

Putri tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya dari atas balkon. Tatapan itu terlihat sendu. Tatapan pemilik rumah yang tak lain adalah pria yang pernah ada dalam masa lalunya.

Alby manatap wanita yang selama ini dirindukannya itu dengan perasaan tak menentu. Barusaja ia mendapat telepon dari ayahnya bahwa keluarganya dari desa akan datang ke rumahnya besok. Alby tidak mau mereka mengetahui bahwa Putri ada di sini.

Alby menghela nafasnya dalam. Membalikkan tubuhnya dan turun untuk sarapan.

"Put, besok kamu tidak usah datang ya," pinta Alby saat Putri yang baru selesai sedang mencuci tangannya di dapur.

"Kenapa, Al? Aku dipecat?" tanya Putri sambil menghampiri Alby yang sudah menarik kursi untuknya. Sudah jadi keputusan Alby bahwasanya Putri tetap memanggil namanya jika mereka hanya berdua.

"Bukan. Tapi karena aku ada perlu, jadi kamu nggak usah datang." Sahutnya.

"Berapa hari?" Putri duduk didekat Alby.

"Belum tahu, aku akan kabari lagi nanti. Masak apa hari ini?"

"Mau masak sayur asem, ikan dan tempe goreng. Kenapa, mau yang lain? Menunya kampungan ya?"

Alby menyeringai dan menyodorkan sisa jusnya pada Putri.

"Enggak. Aku cuma bilang masak untuk makan siang," sahut Alby.

"Memangnya nggak ke rumah sakit?" tanya Putri yang menerima jus itu dan langsung meminumnya.

Alby tersenyum tipis sambil menjawab, "Aku bagian piket malam."

"Oh. Aku nggak nyangka lho kamu bisa jadi dokter," ujar Putri yang menggerakkan bibirnya karena merasakan masih ada sisa jus yang menempel.

Alby mengusap sisa jus itu dengan ibu jarinya. Pria itu juga meletakkan jari itu di atas bibir Putri.

"Ih, jorok." Ujarnya sambil mengusap mulut dengan tisu.

"Kamu tuh yang jorok," ujar Alby yang menyodorkan ibu jarinya agar di bersihkan oleh Putri dengan tisu.

"Memangnya kenapa? Karena dulu aku takut disuntik ya," ujarnya lagi.

"Iya. Kamu juga susah kalau disuruh minum obat."

"Itu kan dulu. Beda dong.. Dulu itu masa lalu, kalau sekarang yang untuk masa depan."

"Ooh..." Putri tersenyum kecut sambil mengangguk pelan.

Putri beranjak dari duduknya sambil membawa gelas bekas jus. Sementara itu Alby melanjutkan membaca berita online di ponselnya.

Aku masa lalumu ya, Al. Dan Intan adalah masa depanmu. Kami jelas berbeda dalam segala hal. Batinnya.

Putri melanjutkan pekerjaannya, ia menuju ke kamar Alby untuk membersihkannya sekaligus membawa baju kotor yang akan di cuci. Alby menatap setiap langkah Putri dari ruang makan. Senyum tipis tersungging lalu menunduk menatap kembali layar ponselnya.

Banyak hal akan berubah seiring berjalannya waktu. Kecuali perasaanku padamu, Put. Batinnya.

Jemari Alby mengusap wajah gadis cantik yang tidak hanya ada dalam ponselnya, tapi juga ada dalam hatinya itu.

***

Di tempat lain, seorang pemuda tengah uring-uringan karena merasa tidak di dengar oleh kedua orang tuanya. Ia merasa kesal karena di paksa kuliah dan tinggal bersama kakaknya.

"Kamu lihat kakakmu, Rif. Malu dong. Masa Adik Dokter cuma lulusan SMA, pengangguran lagi."

"Tapi Arif nggak mau kuliah, Bu. Arif sudah berencana ikut kerja dengan teman-teman ke kota." Sahutnya.

"Pokoknya ibu nggak mau tahu. Besok kita berangkat ke rumah Alby. Masukkan baju-baju kamu ke dalam tas atau..."

"Atau apa, Bu?"

"Atau kamu mau lihat ibumu ini mati karena malu sama kelakuanmu."

"Ih, Ibu. Kok gitu sih." Deliknya.

"Ibumu benar, Nak. Kamu juga bisa memilih jurusan sesuai minatmu. Dari pada tinggal di sini hanya main-main nggak jelas," tutur Sanjaya yang duduk di kursi hendak menikmati kopi hitamnya.

Arif merasa frustasi karena sudah kehabisan kata. Ia tidak berani membantah jika ayahnya yang bicara.

 

Happy weekend, Readers😁

Terpopuler

Comments

Rhina sri

Rhina sri

apa mereka aka nbersatu kembali

2021-03-20

3

piyak 🐣🐣

piyak 🐣🐣

wah trnyta judul Ama covernya d ganti kak ,,,
mkin seruuu mkin pnsaran 😀😀
lnjuuuuttt kak 👍

2021-02-13

0

ɾιɳι🖤

ɾιɳι🖤

Ganti cover dan judul baru..keren 😊

Apa mungkin kesetiaan cinta yg slama ini mreka pendam, akan kembali bersatu..??

Aaaa..pensran..??

Lanjuuut kak el ❤❤

2021-02-13

3

lihat semua
Episodes
1 Putri
2 Dokter Alby
3 kerja sampingan
4 kunci rumah
5 kepura-puraan
6 pertemuan tak terduga
7 makan malam
8 menepis prasangka
9 bodoh?
10 fitnah
11 sakit, Al...
12 ART-mu
13 Dia anakku
14 berbeda kasta
15 Om Ganteng
16 solo karir
17 pengakuan Alby
18 menjemput
19 Janji
20 dukungan Noval
21 pertemuan yang tidak disengaja
22 ide konyol (bagian 1)
23 ide konyol (bagian 2)
24 Alby vs Arif
25 kilas balik Putri (bagian 1)
26 kilas balik Putri (bagian 2)
27 menginap (bagian 1)
28 menginap (bagian 2)
29 mengambil kesempatan
30 aku tahu
31 makan malam spesial
32 kaputusan Alby (bagian 1)
33 keputusan Alby (bagian 2)
34 berterus terang
35 kebersamaan
36 rencana Alby
37 kebersamaan (2)
38 tamu dadakan
39 Intan vs Arga
40 gunjingan tetangga
41 Kakek Jaya
42 pertemuan (bagian 1)
43 pertemuan (bagian 2)
44 ayah dan anak (bagian 1)
45 keputusan Sanjaya
46 ayah dan anak (bagian 2)
47 papa Alfi
48 kebenaran yang terungkap (1)
49 kebenaran yang terungkap (2)
50 persekongkolan
51 khawatir
52 terulang lagi
53 merasa lega
54 visual cast
55 janji
56 menyambut tamu
57 acara dimulai
58 upaya Arif
59 gugup
60 keinginan Alby
61 terkejut
62 Pengumuman
63 menggoda
64 on fire
65 overdosis
66 digigit serangga
67 pengunduran diri Amanda (1)
68 pengunduran diri Amanda (2)
69 Nadila
70 keinginan Bu Rita
71 menjemput atau mampir?
72 persiapan perjalanan
73 Terkenang
74 Diagnosa
75 kamu kenapa?
76 keputusan Noval
77 Noval vs Nadila
78 malas
79 Jadi pacarku?
80 tukar shift
81 persalinan Amanda
82 bayiku
83 persalinan Putri
84 adik Alfi, namanya ...
85 kebersamaan
86 ayah Arsen
87 family time
88 hari bahagia (tamat)
89 extra part 1- Noval sakit?
90 extra part 2- happy ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Putri
2
Dokter Alby
3
kerja sampingan
4
kunci rumah
5
kepura-puraan
6
pertemuan tak terduga
7
makan malam
8
menepis prasangka
9
bodoh?
10
fitnah
11
sakit, Al...
12
ART-mu
13
Dia anakku
14
berbeda kasta
15
Om Ganteng
16
solo karir
17
pengakuan Alby
18
menjemput
19
Janji
20
dukungan Noval
21
pertemuan yang tidak disengaja
22
ide konyol (bagian 1)
23
ide konyol (bagian 2)
24
Alby vs Arif
25
kilas balik Putri (bagian 1)
26
kilas balik Putri (bagian 2)
27
menginap (bagian 1)
28
menginap (bagian 2)
29
mengambil kesempatan
30
aku tahu
31
makan malam spesial
32
kaputusan Alby (bagian 1)
33
keputusan Alby (bagian 2)
34
berterus terang
35
kebersamaan
36
rencana Alby
37
kebersamaan (2)
38
tamu dadakan
39
Intan vs Arga
40
gunjingan tetangga
41
Kakek Jaya
42
pertemuan (bagian 1)
43
pertemuan (bagian 2)
44
ayah dan anak (bagian 1)
45
keputusan Sanjaya
46
ayah dan anak (bagian 2)
47
papa Alfi
48
kebenaran yang terungkap (1)
49
kebenaran yang terungkap (2)
50
persekongkolan
51
khawatir
52
terulang lagi
53
merasa lega
54
visual cast
55
janji
56
menyambut tamu
57
acara dimulai
58
upaya Arif
59
gugup
60
keinginan Alby
61
terkejut
62
Pengumuman
63
menggoda
64
on fire
65
overdosis
66
digigit serangga
67
pengunduran diri Amanda (1)
68
pengunduran diri Amanda (2)
69
Nadila
70
keinginan Bu Rita
71
menjemput atau mampir?
72
persiapan perjalanan
73
Terkenang
74
Diagnosa
75
kamu kenapa?
76
keputusan Noval
77
Noval vs Nadila
78
malas
79
Jadi pacarku?
80
tukar shift
81
persalinan Amanda
82
bayiku
83
persalinan Putri
84
adik Alfi, namanya ...
85
kebersamaan
86
ayah Arsen
87
family time
88
hari bahagia (tamat)
89
extra part 1- Noval sakit?
90
extra part 2- happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!