bodoh?

Happy reading...

Putri mengikuti langkah Alby dengan tanda tanya besar dalam benaknya. Ia tidak mengerti mengapa pria ini membawanya ke kamar pribadi.

Alby membuka pintu lemari pakaian. Dan mengeluarkan hampir semua pakaian yang ada didalamnya.

"Cuci semua ini dan pastikan rapi kembali," titah Alby.

Putri menatap heran pada Alby. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan pria ini.

"Tapi ini masih bersih dan juga rapi, Al." Protesnya.

"Kamu ingat, kamu harus profesional. Jadi kerjakan saja dan jangan membantahku." Ujarnya ketus.

Dengan perasaan kesal, Putri memungut satu persatu pakaian Alby yang berserakan di lantai. Ia mendelik menatap Alby yang melepaskan baju atasan dan melemparkannya ke dekat Putri.

Alby masuk ke dalam kamar mandi. Saat Putri hendak beranjak, kamar mandi dibuka sedikit oleh Alby.

"Nih, sekalian." Ucapnya sambil melemparkan sisa pakaian yang tadi dikenakannya.

Putri mendengus kesal. Ia bahkan mengepalkan tangan hendak memukul pintu yang sudah tertutup kembali itu namun tertahan. Ia merasa geram dengan sikap Alby yang seenaknya.

Di dalam kamar mandi, Alby menyeringai mengingat raut wajah Putri yang kesal. Ia terkekeh sambil menundukkan kepalanya lalu mengeleng pelan.

"Kenapa dia selalu memakai baju yang warnanya sudah pudar? Dasar laki-laki tidak tahu diri. Dia sudah memeras tenaga putri dengan membantunya mencari nafkah, tapi Putri bahkan tidak bisa membeli pakaian yang layak untuk dirinya sendiri." Geramnya.

Di sisi lain, Putri tidak kalah akal. Ia memilah mana sekiranya baju yang harus disetrikanya lagi dan mana yang tidak perlu.

"Heh, untuk apa aku mencuci baju yang masih bersih. Dasar Alby, mentang-mentang aku minta bayaran tinggi baju bersih pun harus aku cuci." Gerutunya.

Setelah memilah, Putri membersihkan halaman rumah terlebih dahulu. Suara klakson mobil seseorang mengalihkan perhatiannya.

"Itu sepertinya tunangan Alby," gumam Putri.

"Kok kamu ada di sini? Bukannya kamu kerja hari Sabtu sama Minggu aja?" tanya Intan ketus.

"Saya diminta datang setiap hari, Non."

Sambil mendelik Intan berlalu ke dalam rumah. Terdengar seruan wanita itu yang memanggil-manggil nama Alby. Putri meneruskan pekerjaannya, mencoba tidak berprasangka apa-apa terhadap mereka.

Setelah selesai, Putri membersihkan bagian dalam rumah. Ia melihat Intan yang keluar dari salah satu kamar tamu.

"Nama kamu siapa?" tanya Intan sinis pada Putri yang sedang mengepel lantai tidak jauh dari posisinya yang terduduk di sofa.

"Putri, Non."

"Sepertinya kamu lebih muda dari ku. Berapa umurmu?"

"Dua puluh sembilan tahun," jawab Putri pelan.

"Sudah menikah?"

Putri mengangguk pelan.

"Sudah punya anak?"

"Sudah, usia sepuluh tahun."

"What?" pekik Intan.

Ujung mata Putri melihat Alby yang menuruni anak tangga. Ia pun meneruskan pekerjaannya.

"Putri, ambilkan jus ku." Titahnya sembari berjalan mendekati sofa.

Putri bergegas menuju meja makan, mengambil jus buah yang tadi dibuatnya.

"Kenapa? Kamu kok seperti orang kaget begitu," tanya Alby heran. Pria itu duduk menyandarkan punggungnya dan mulai membaca berita online.

"Itu si Mbak. Masa iya umur sama dengan kita, sudah punya anak umur sepuluh tahun? Tadinya aku kira umurnya dibawah kita. Dua puluh empat mungkin," ujar Intan.

"Hehe... Awet muda ya, Non."

Intan mendelik tidak suka. Alby menerima jus yang disodorkan Putri dengan raut wajah yang menegang.

"Kamu kenapa, Al?" tanya Intan heran.

"Ehhem, nggak apa-apa. Aku baru ingat ada janji dengan pasien lebih awal dari jadwal praktekku." Sahutnya.

"Oh.. Mbak, memangnya waktu menikah umur berapa?" tanya Intan.

"Waktu masih SMA, Non," sahut Putri sambil melirik Alby yang kebetulan sedang meliriknya juga.

"Lho, memangnya boleh masih sekolah sudah menikah?"

"Boleh saja, Non. Tapi ya itu.. Saya dikeluarkan dari sekolah sebelum lulus. Hehe..."

Putri meneruskan pekerjaannya sambil tersenyum mengenang masa remajanya.

"Memangnya dijodohkan ya, Mbak?" selidik Intan.

"Intan, dia kapan selesainya kalau harus menjawab pertanyaanmu terus."

"Menjawab pertanyaan kan nggak ngengganggu pekerjaan, Al."

Intan memperhatikan Putri dan kembali menanyakan hal yang sama.

"Saya memang dijodohkan, Non. Dengan sahabat saya sendiri," sahut Putri mencoba sesantai mungkin.

"Sahabat? Berarti kalian seumuran dong. Terus, apa dia juga dikeluarkan dari sekolah?"

"Tidak. Dia masih diperbolehkan sekolah oleh pihak sekolah. Lagi pula kan pendidikan penting sekali untuk laki-laki, Non. Kalau dia nggak punya ijazah SMA, nanti dia susah mau mencari kerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi." Sahutnya.

"Idih, Mbak-nya bodoh. Mau aja dijodohkan dan keluar dari sekolah. Terasa kan sekarang, cuma bisa jadi asisten rumah tangga." Decihnya.

Putri hanya bisa tersenyum kecut dan melanjutkan pekerjaannya lagi. Sementara Alby yang mendengarkan semuanya merasakan dadanya yang bergemuruh laksana badai yang siap memporak-porandakan apa saja yang didekatnya.

"Intan, aku harus pergi sekarang. Aku tidak mau membuat pasienku menunggu." Ucapnya.

"Baiklah, aku juga mau pulang. Tadi aku mengambil jam tanganku yang tertinggal." Sahutnya.

Mereka berdua siap untuk berangkat. Namun langkah Alby terhenti oleh panggilan Putri.

"Pak Dokter, ee.. Saya mau izin keluar sebentar lagi. Boleh ya? Saya harus menghadiri rapat di sekolah anak saya," ujar Putri ragu.

"Terserah kamu. Asalkan pekerjaan kamu selesai dan jangan lupa mengunci pintu." Sahutnya datar.

"Terima kasih," ucap Putri pelan.

Putri menatap sendu Alby dan Intan yang berjalan bergandengan menuju mobilnya masing-masing. Ia hanya menyeringai menertawakan nasibnya saat ini. Bodoh? Intan benar, mungkin ia selama ini memang bodoh. Menunggu Alby kembali adalah kebodohannya yang hakiki.

***

"Aku tidak seperti itu, Al. Percayalah padaku, semua yang dituduhkan itu tidak benar. Hiks.."

Tatapan Alby menajam dengan rahangnya yang mengeras. Tangannya terkepal kuat hingga memperlihatkan buku-bukunya yang memutih manakala kalimat Putri terngiang kembali di telinganya.

"Dasar pembohong! Apanya yang tidak benar jika kenyataannya setelah kejadian itu kamu justru menikah dengannya. Dengan pria brengs*k itu. Berani sekali kamu melakukan semua ini sebelum kita benar-benar... Argh!" geram Alby yang memukul kemudinya.

Alby membiarkan kepalanya menempel pada kemudi yang sedang di pegangnya. Sebisa mungkin ia harus mengontrol emosi sebelum keluar dari mobilnya. Sebagai seorang dokter ia harus bisa mengesampingkan perasaannya saat berhadapan dengan pasiennya nanti.

Alby mengangkat wajahnya. Bersandar pada kursi dan menghela nafas dalam agar ia merasa lebih tenang. Lalu lalang orang-orang dihadapannya membuatnya hanya bisa menatap nanar.

"Tega sekali kamu, Put.." Lirihnya.

Suara ketukan pada kaca mobilnya mengagetkan Alby. Diusapnya kasar wajah yang terlihat lesu itu. Ia harus bisa bangkit dari keterpurukan hatinya. Adalah hal yang bodoh jika ia masih mengharapkan Putri kembali.

"Selamat pagi, Dokter Alby!" sapa seorang pria yang tadi mengetuk kaca mobilnya.

"Selamat pagi juga, Dokter Arga." Sahutnya.

Arga merupakan salah satu rekan sesama Dokter yang bertugas di ruang IGD.

"Kebetulan kita ada di jam yang sama," ucap Dokter Arga."

"Iya, ya. Biasanya jadwal kita selalu berlawanan."

"Berarti mulai sekarang kita dipasangkan, haha." Kelakarnya.

"Yaah, mimpi apa saya dipasangkan dengan Dokter pria," gurau Alby.

"Yee, terus Dokter maunya dipasangkan sama Dokter Intan ya?"

"Haha, nggak juga."

Alby berjalan beriringan bersama rekan sejawatnya. Untuk sesaat ia harus bisa mengesampingkan perasaannya.

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

gitu tuh klo orang cuma mengedepankan asumsi sendiri bukan nya cari tau apa yg sebenarnya terjadi, kasian si putri masih nunggu dengan hidup yg susah sedang kn yg cowok gc mau cari kebenaran dari apa yg terjadi

2022-06-27

1

Yani SNA

Yani SNA

smpai sini menarik thor..

2021-08-10

0

Santy Mustaki

Santy Mustaki

Putri yg sabar

2021-06-11

0

lihat semua
Episodes
1 Putri
2 Dokter Alby
3 kerja sampingan
4 kunci rumah
5 kepura-puraan
6 pertemuan tak terduga
7 makan malam
8 menepis prasangka
9 bodoh?
10 fitnah
11 sakit, Al...
12 ART-mu
13 Dia anakku
14 berbeda kasta
15 Om Ganteng
16 solo karir
17 pengakuan Alby
18 menjemput
19 Janji
20 dukungan Noval
21 pertemuan yang tidak disengaja
22 ide konyol (bagian 1)
23 ide konyol (bagian 2)
24 Alby vs Arif
25 kilas balik Putri (bagian 1)
26 kilas balik Putri (bagian 2)
27 menginap (bagian 1)
28 menginap (bagian 2)
29 mengambil kesempatan
30 aku tahu
31 makan malam spesial
32 kaputusan Alby (bagian 1)
33 keputusan Alby (bagian 2)
34 berterus terang
35 kebersamaan
36 rencana Alby
37 kebersamaan (2)
38 tamu dadakan
39 Intan vs Arga
40 gunjingan tetangga
41 Kakek Jaya
42 pertemuan (bagian 1)
43 pertemuan (bagian 2)
44 ayah dan anak (bagian 1)
45 keputusan Sanjaya
46 ayah dan anak (bagian 2)
47 papa Alfi
48 kebenaran yang terungkap (1)
49 kebenaran yang terungkap (2)
50 persekongkolan
51 khawatir
52 terulang lagi
53 merasa lega
54 visual cast
55 janji
56 menyambut tamu
57 acara dimulai
58 upaya Arif
59 gugup
60 keinginan Alby
61 terkejut
62 Pengumuman
63 menggoda
64 on fire
65 overdosis
66 digigit serangga
67 pengunduran diri Amanda (1)
68 pengunduran diri Amanda (2)
69 Nadila
70 keinginan Bu Rita
71 menjemput atau mampir?
72 persiapan perjalanan
73 Terkenang
74 Diagnosa
75 kamu kenapa?
76 keputusan Noval
77 Noval vs Nadila
78 malas
79 Jadi pacarku?
80 tukar shift
81 persalinan Amanda
82 bayiku
83 persalinan Putri
84 adik Alfi, namanya ...
85 kebersamaan
86 ayah Arsen
87 family time
88 hari bahagia (tamat)
89 extra part 1- Noval sakit?
90 extra part 2- happy ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Putri
2
Dokter Alby
3
kerja sampingan
4
kunci rumah
5
kepura-puraan
6
pertemuan tak terduga
7
makan malam
8
menepis prasangka
9
bodoh?
10
fitnah
11
sakit, Al...
12
ART-mu
13
Dia anakku
14
berbeda kasta
15
Om Ganteng
16
solo karir
17
pengakuan Alby
18
menjemput
19
Janji
20
dukungan Noval
21
pertemuan yang tidak disengaja
22
ide konyol (bagian 1)
23
ide konyol (bagian 2)
24
Alby vs Arif
25
kilas balik Putri (bagian 1)
26
kilas balik Putri (bagian 2)
27
menginap (bagian 1)
28
menginap (bagian 2)
29
mengambil kesempatan
30
aku tahu
31
makan malam spesial
32
kaputusan Alby (bagian 1)
33
keputusan Alby (bagian 2)
34
berterus terang
35
kebersamaan
36
rencana Alby
37
kebersamaan (2)
38
tamu dadakan
39
Intan vs Arga
40
gunjingan tetangga
41
Kakek Jaya
42
pertemuan (bagian 1)
43
pertemuan (bagian 2)
44
ayah dan anak (bagian 1)
45
keputusan Sanjaya
46
ayah dan anak (bagian 2)
47
papa Alfi
48
kebenaran yang terungkap (1)
49
kebenaran yang terungkap (2)
50
persekongkolan
51
khawatir
52
terulang lagi
53
merasa lega
54
visual cast
55
janji
56
menyambut tamu
57
acara dimulai
58
upaya Arif
59
gugup
60
keinginan Alby
61
terkejut
62
Pengumuman
63
menggoda
64
on fire
65
overdosis
66
digigit serangga
67
pengunduran diri Amanda (1)
68
pengunduran diri Amanda (2)
69
Nadila
70
keinginan Bu Rita
71
menjemput atau mampir?
72
persiapan perjalanan
73
Terkenang
74
Diagnosa
75
kamu kenapa?
76
keputusan Noval
77
Noval vs Nadila
78
malas
79
Jadi pacarku?
80
tukar shift
81
persalinan Amanda
82
bayiku
83
persalinan Putri
84
adik Alfi, namanya ...
85
kebersamaan
86
ayah Arsen
87
family time
88
hari bahagia (tamat)
89
extra part 1- Noval sakit?
90
extra part 2- happy ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!