Part 16

Assalamualaikum sahabat Author, jangan lupa yah untuk memberi like, komentar, vote dan bintang limanya juga. Hehehe biar Author makin semangat up-nya. Syukron :)

...*******...

Kalila kembali masuk ke dalam kosnya setelah melihat lelaki yang Ia cintai pergi. Saat ini Kalila menuju keatas kamarnya dan lagi-lagi hatinya masih bersedih bahkan sangat bersedih.

Wanita cantik itu kini duduk dipinggiran kasurnya, semua bayangan tentang Qiyas masih tengiang-ngiang begitu jelas didalam pikirannya dan tidak sekali, Kalila menghembuskan napasnya disana. "Ya Allah, mengapa perasaanku begitu sangat menyedihkan. Bahkan, Hamba tidak bisa bersama dengan lelaki yang Hamba cintai" ucapnya yang mulai pasrah.

Kalila lalu mendongak, menatap langit-langit kamarnya kemudian perlahan menutup kedua matanya yang pastinya sudah beberapa kali menghembuskan napasnya disana, berharap untuk menjernihkan pikiran dan hatinya namun itu naas karena lagi-lagi Kalila mengingat Qiyas.

"Mengapa hatiku jadi seperti ini? pikiranku juga?" ucapnya. "Astaghfirullah, tolong jauhkanlah Hamba dari perasaan yang begitu mengangguku ini Ya Allah" lanjutnya yang kini merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Kalila lagi-lagi mengembuskan napas pasrah akan semuanya dan kini berbalik menyamping kearah kanan, berharap dirinya bisa tertidur agar setelah bangun nanti, pikirannya pun sudah membaik dan benar saja Kalila akhirnya tertidur disana.

Tidak memakan waktu yang lama, Kalila pun terbangun dan melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya yang terlihat sudah pukul 16:20 sore yang berarti waktu salat ashar sedari tadi sudah ditunaikan. Kalila beranjak dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap menunaikan salat 5 waktu.

...*******...

Kalila tersenyum, saat melihat Aisyah dan Adila sudah berada duduk di ruang tamu yang sedang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing hingga tidak sadar bila Kalila sudah bergabung bersama mereka.

"Ehhem" deheman Kalila berhasil membuat Aisyah dan Adila menoleh pada sumber suara tersebut.

Aisyah tersenyum. "Kak Lila" katanya kini memposisikan duduknya berdekatan dengan wanita cantik itu yang saat ini sudah tersenyum.

"Kalila, Mas Haidar itu siapa?" tanya Adila membuka pembicaraannya membuat Kalila melototkan matanya kearah Aisyah sedang Aisyah hanya tersenyum simpul.

Kalila kini beralih menatap wajah Adila. "Adila, Mas Haidar itu keponakannya Ustadz Alhasan" jelasnya membuat Aisyah dan Adila tersenyum.

Adila lalu mengangguk. "Itu bagus dong Kalila" jawabnya lagi.

"Iya kak, jadi bagaimana? apakah mas Haidar bakal menjadi calon kakak ipar kami?" timpal Aisyah membuat Kalila langsung mengedikkan bahunya.

"Entahlah Aisyah, aku juga masih bimbang akan hal itu" ucapnya membuat keduanya kini bersama-sama menghembuskan napasnya.

Aisyah lalu merangkul pinggang Kalila. "Kakak, mendingan terima aja deh khitbah Mas Haidar, sepertinya dia juga sudah mapan kak" jelasnya.

Kalila menggeleng-geleng. "Bukannya seperti itu dek, cuman masalahnya, Kalila sepertinya menyukai lelaki lain" wanita cantik itu kini menjadi bersedih membuat Aisyah mempererat rangkulannya dan Adila beranjak dari tempatnya ikut merangkul Kalila.

Adila tersenyum simpul. "Astaga, ini ternyata tidak semudah yang kita bayangkan Aisyah" ucapnya.

Aisyah sontak mengangguk. "Iya kak, ini jauh begitu rumit" jelasnya membuat Kalila dan Adila ikutan mengangguk.

"Iya dek, Adila, tapi masalah terbesarnya ini kalau aku lebih menyukai sepupu dari Mas Haidar" ucapan Kalila berhasil membuat Adila dan Aisyah menutup mulutnya bersamaan.

"Apakah yang kakak maksud adalah Mas Qiyas?" tanya Aisyah memastikan yang langsung diangguki Kalila.

"Iya dek, kakak terlebih dahulu menyukai Mas Qiyas daripada Mas Haidar" balasnya seraya menghembuskan napasnya pasrah.

Adila tampak berpikir. "Apakah Mas Qiyas itu adalah anak dari Ustadz Alhasan?" tanya Adila ikutan memastikan.

Aisyah dan Kalila sontak menganggguk. "Iya kak, Mas Haidar dan Mas Qiyas itu baru sepekan ini pulang dari Kairo" jelas Aisyah membuat Adila pun mengangguk paham.

"Oh pantas karena setahu aku, Umi Marwah dan Ustadz Alhasan cuma memiliki 1 anak yaitu Adiba" jelas Adila.

Aisyah lalu terkekeh. "Hehehe iya kak, aku awalnya juga kaget seperti kakak, tapi Umi Marwah yang memberitahuku kemarin soal semua ini" ucapnya dan Adila kini fokus melihat kearah Kalila yang terlihat masih bersedih.

"Jadi, keputusan Kalila gimana?" tanya Adila mulai serius disusul Aisyah yang sudah mengangguk.

"Apakah Mas Qiyas sudah tahu mengenai perasaan kak Lila?" tanya Aisyah dan Kalila langsung menghembuskan napas pasrah seraya memulai menceritakan dari awal pertemuannya bersama Qiyas dan Haidar hingga ceritanya berakhir pada permasalahannya bersama Inayah.

Adila dan Aisyah begitu terkejut setelah mengetahui awal mula Kalila menyukai Qiyas yang ternyata berawal dari suara adzan yang Ia bahkan belum mengetahui pasti tentang siapa orang itu yang rupanya adalah Qiyas hingga membuat Adila dan Aisyah ikut bersedih setelah tahu akan masalahnya bersama Inayah.

Aisyah mengangguk. "Astaga, mungkin karena masalah itu juga, kak Inayah jadi bersikap acuh sama kita sewaktu pagi kak" ujarnya membuat wanita cantik itu mengingat semua sikap dingin Inayah kepadanya.

Kalila lalu menganggguk. "Iya dek, maka dari itu aku berniat mengorbankan perasaanku ini untuk Inayah, biar hubungan pertemanan kita tidak hancur" jelas Kalila sedang Adila dan Aisyah menatap haru Kalila.

"Apakah kamu yakin?" tanya Adila yang sedikit tidak terima akan keputusan yang Kalila pilih untuk memendam perasaannya kepada orang yang Ia cintai.

Kalila lagi-lagi mengangguk. "Iya Adila, in sya Allah aku sangat yakin. Aku rela mengorbankan perasaanku ini demi sahabatku Inayah" ucapnya dan kini Aisyah juga Adila memeluk erat Kalila berusaha untuk memberikan semangat untuknya agar bisa sabar melaluinya.

Aisyah menganggguk. "Aku yakin, keputusan Kak Lila pasti berbuah hasil yang baik, walau diawal sangat rumit tapi pasti ada hikmah dibalik ini semua" jelas Aisyah yang berhasil diangguki Adila dan Kalila.

Adila mengelus lembut punggung Kalila. "Iya, Kalila yang sabar ya. Allah tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita semua" balasnya dan semuanya kini tersenyum.

...********...

Pukul 19:40. Seusai menunaikan salat isya, semua pun terlihat sudah rapi di ruang tamu. Kalila, Aisyah dan Adila, mereka semua akan pergi untuk kegiatan kampusnya yang dimana semua jurusan memang harus ikut serta didalam kegiatan tersebut. Iya, kegiatan ini adalah kegiatan Bazar Nasional yang diadakan oleh salah satu Organisasi terkenal yang ada di kampusnya.

Kalila, Adila dan Aisyah berjalan menuju kampus dengan memakai baju yang sedikit tebal karena memang cuaca di malam hari di tempat kampusnya berada sangatlah dingin jadi mau tidak mau mereka harus menggunakan baju yang bisa membuat tubuhnya hangat bila berada di lingkungan kampus.

"Kak, nanti kita pergi di bazar tempat anak jurusanku ya" pinta Aisyah yang diangguki Kalila dan Adila.

"Apakah jurusanmu, juga ikut serta dalam bazar ini?" tanya Adila karena menurutnya mustahil anak Olahragawan ikut serta dalam Bazar yang bertemakan "Kewirausahaan Universitas".

Aisyah sontak mengangguk. "Iya ada dong kak, masa iya anak Olahragawan kalah tanding sama anak Kedokteran" cibirnya begitu bangga menyindir Adila yang memang anak jurusan Kedokteran.

Kalila hanya menggeleng-geleng. "Sudahlah, tidak usah berkelahi lagi" tegurnya. "Kalian ini seperti anak kecil saja" wanita cantik itu merangkul tangan Adila dan Aisyah yang memang berada ditengah-tengah mereka.

Bazar Nasional itu, diselenggarakan oleh pihak kampus sendiri namun lebih dipercayakan oleh Fakultas Kewirausahaan dan itu sudah pasti jelas dilaksanakan di gedung Auditorium Kampus agar dapat memuat hingga ribuan orang disana.

Kalila, Aisyah dan Adila tersenyum dan kini melangkah masuk ke dalam Auditorium kampusnya yang memang begitu sangatlah besar, tatapan takjub mereka mengiringi langkah kakinya akan semua kreasi yang dipertontonkan disana dari setiap jurusan hingga tidak terasa mereka bertiga akhirnya berpisah. Kini tatapan Kalila berhenti di depan Fakultas Pendidikan.

Kedua mata Kalila terpenjak pada sebuah miniatur yang merasa tidak asing baginya, ingatannya kini beralih mengingat Haidar yang di dalam kamarnya, Kalila pernah mendapatkan miniatur persis seperti ini.

"Ehhem" suara deheman berhasil membuat Kalila terkejut hingga hampir menjatuhkan miniatur tersebut dari jejeran beberapa miniatur dari lemari hias.

"Eh maaf, aku tidak bermaksud membuatmu terkejut" ucap lelaki itu yang langsung diangguki Kalila.

Kalila sontak tersenyum. "Tidak masalah mas, lagian miniatur ini juga masih baik-baik aja" ucapnya seraya menunjuk miniatur yang tadi hampir terjatuh.

Haidar mengangguk seraya tersenyum. "Iya, apa Kalila menyukai miniatur ini?" tanyanya sembari menunjuk miniatur yang berbentuk hati tersebut yang didalamnya terdapat seperti sebuah gambar seorang lelaki dan perempuan yang seakan-akan ingin meraih tangan antar satu sama lainnya namun terhalangi oleh keberadaan sebuah pohon pinus.

Kalila lalu menganggguk. "Iya Mas, Kalila begitu sangat menyukainya" jawabnya membuat Haidar tersenyum.

"Kalila, boleh kok membawanya pulang" ucapnya seraya meraih miniatur itu dari tempatnya dan mengarahkan kearah tangan Kalila.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Anindyta

Anindyta

hati hati kalila
setan lagi memporakporandakan hati

2021-02-10

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

suka😍

2021-02-09

1

🌺Miss_Sweety🌺

🌺Miss_Sweety🌺

6 like thor... next up 😍

2021-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!