Part 14

Assalamualaikum sahabat Author, jangan lupa yah untuk memberi like, komentar, vote dan bintang limanya juga. Hehehe biar Author makin semangat up-nya. Syukron :)

...*******...

Seseorang itu kini masuk ke dalam kelas dengan memasang wajah acuh kepada Kalila, Nur dan Sania.

Kalila tersenyum. "Inayah sini" pintanya menunjuk bangku disamping Nur yang memang masih kosong.

Inayah menghentikan langkahnya. "Tidak, terima kasih" balasnya cuek, duduk dibangku paling pinggir namun masih dibarisan depan.

Kalila, Nur dan Sania menatap heran tingkah Inayah yang saat ini begitu berbeda terhadap Kalila, karena memang kalau Inayah dan Kalila itu sekelas, mereka pasti duduk berdekatan.

"Kalila, Inayah kenapa?" tanya Sania masih melihat kearah Inayah yang saat ini sedang membaca buku.

Kalila mengedikkan bahunya. "Tidak tahu, sejak tadi pagi Inayah aneh" balasnya yang langsung diangguki keduanya. "Mungkin, Inayah badmood kalik" kata Nur.

Mahasiswa pun satu persatu memasuki kelas, begitu pula Raffa yang saat ini masuk ke dalam kelas mereka dengan tatapan berbinar melihat kehadiran Kalila.

"Assalamualaikum Kalila" ucapnya saat tiba di depan Kalila.

Kalila tersenyum. "Waalaikumsalam Raffa" balasnya.

Nur menatap sinis kearah lelaki itu. "Raffa, apa kami hantu? apa kamu tidak melihat keberadaan kami disini?" tegurnya sembari menunjuk dirinya sendiri namun lelaki itu tidak mengubrisnya karena saat ini berfokus melihat kearah Kalila dan Inayah bergantian.

Raffa pun mendudukkan dirinya disamping Nur. "Oh iya, tumben kalian berjauhan. Ada apa?" tanyanya sembari melihat Inayah yang duduk berjauhan.

Kalila, Nur dan Sania yang paham maksud dari perkataan Raffa sontak mengedikkan bahunya. "Entahlah" balasnya bersamaan membuat Raffa hanya bisa mengangguk.

Waktu berlalu begitu cepatnya dan akhirnya mereka semua sudah pulang. Kalila kini berjalan dibelakang Inayah karena memang kos mereka searah.

"Inayah, sebenarnya kenapa sih? apa jangan-jangan, aku sudah membuat hatinya tersinggung?" gumamnya yang mulai menerkah-nerkah.

Kalila kini mempercepat langkah kakinya hingga saat ini berada disamping Inayah. "Inayah" panggilnya namun wanita itu masih cuek tidak berniat melihat Kalila.

"Kamu kenapa Inayah? apa aku sudah berbuat salah sama kamu?" tanya Kalila ingin meraih tangan Inayah tapi dengan cepat Inayah menghindarinya.

Inayah lalu menghentikkan langkah kakinya dan menatap tajam kehadiran Kalila yang juga sudah berhenti melangkah hingga keduanya pun sudah saling menatap. "Inayah, apa aku sudah berbuat sesuatu yang membuat kamu marah?" ucap Kalila karena Inayah masih belum membuka mulutnya.

Inayah lalu menghembuskan napasnya. "Kalila, apa kamu tidak sadar dengan tindakanmu ini?" bukannya menjawab, Inayah kembali memberikan Kalila pertanyaan membuat Kalila semakin bingung.

Kalila menggeleng-geleng. "Tidak sadar? maksud Inayah apa? aku merasa tidak pernah berbuat ... " ucapan Kalila terpotong karena Inayah segera memotongnya.

"Sudahlah Kalila, aku muak melihat wajah sok polosmu ini, membuatku ingin sekali mencakarnya" ucapnya. "Mulai sekarang jangan pernah mencariku, kita sudah bukan teman lagi" tegasnya sembari melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Kalila.

Wanita cantik itu terdiam, tidak berkutik akan ucapan yang tadi Inayah katakan kepadanya. Hatinya begitu hancur mendengar ucapan Inayah yang barusan. Iya, bagaimana tidak? Kalila sudah menganggap Inayah sebagai keluarganya sendiri karena mereka sudah bersahabat sejak masuk kuliah di saat Ospek dulu.

Kalila dengan hati yang masih terasa sakit, Ia melanjutkan langkah kakinya menuju kembali ke kosnya. Tampak dari kosnya sudah tidak ada Aisyah dan Adila disana membuatnya memutuskan untuk naik keatas kamarnya.

Dengan tangan yang masih melemas, Ia pun meraih ganggang pintu kamarnya dan masuk ke dalam kesana dengan wajah begitu sedihnya. Kalila melangkah pergi di depan meja riasnya dan kembali menggantung tasnya disina.

Kini wanita cantik itu duduk tersungkur disamping meja riasnya, tatapan matanya begitu kosong hingga air bening yang sedari tadi Ia tahan pun kini tertumpahkan diwajah cantiknya di saat ingatan tentang Inayah kembali terngiang di pikirannya.

Kalila lalu menundukkan wajahnya. "Apa yang sudah aku perbuat sama Inayah? sampai dia, tadi bilang kalau kita bukan teman lagi?" ucapnya. "Apakah semudah itu memutuskan tali persahabatan?" wanita cantik itu semakin dibuat bingung oleh ucapan Inayah yang tadi memutuskan tali pertemanannya secara sepihak.

Kalila lalu menggeleng-geleng. "Tidak Inayah, aku tidak mau itu. Kamu itu sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri? tapi kenapa, kamu bisa berbicara seperti itu?" gerutu Kalila didalam isak tangisnya yang masih belum berhenti.

Sejenak, Kalila mencoba mencari-cari letak kesalahannya namun itu hanya terbuang sia-sia saja karena wanita cantik itu masih tidak bisa menemukannya hingga dirinya menyadari bila akhir-akhir ini Inayah terus memuji Qiyas.

Kalila menghembuskan napasnya. "Apa karena mas Qiyas, Inayah sampai sangat membenciku? apa karena Inayah sudah tahu kalau aku menyukai mas Qiyas juga?" gumamnya yang kini mengusap air matanya dan mencoba untuk tegar.

"Iya, bila memang seperti itu. Aku harus menjauh dari mas Qiyas" ujarnya seraya mencoba tersenyum. "Iya, aku tidak mau Inayah sahabatku, membenciku karena perihal lelaki. Biarlah, aku mengorbankan dan memendam perasaan ini saja. Aku ikhlas demi sahabatku Inayah" pikirnya seraya mengangguk.

Dan kini, benda pipih Kalila berdering membuat Kalila segera beranjak dari posisinya dan kembali meraih tasnya yang memang sumber suara itu berasal dari sana.

Seulas senyuman begitu indahnya kini terukir diwajah cantik Kalila, saat melihat nama yang tertera dibenda pipih tersebut adalah orang yang paling Ia sayangi.

"Assalamualaikum ibuku tersayang" ucap Kalila memulai obrolannya.

"Waalaikumsalam sayang" balas ibu Fatimah dari seberang telepon.

Kalila tersenyum. "Ibu gimana, sehat?" tanya Kalila.

"Iya nak, alhamdulilah. Anak ibu gimana, sehat?".

"Alhamdulillah, Kalila juga sehat ibu".

"Alhamdulillah".

"Oh iya, ibu sedang apa?" tanya Kalila lagi.

"Ibu tadi lagi ngejahitin baju ibu Iis nak, katanya anak ibu Iis mau menikah minggu depan."

"O iya, yang Fara ya bu? yang teman seangkatan Kalila dulu?".

"Iya nak, teman masa SD Kalila dulu".

"Ma sya Allah, aku seneng dengernya bu".

"Iya nak, ibu Iis juga tadi bilang kalo anak ibu kapan?"

Kalila terkekeh. "Hehehe, lalu ibu jawabnya apa?" tanyanya yang ikut bertanya.

"Iya kata ibu, terserah Kalila aja yang penting anak ibu bahagia pasti ibu segerakan" ucapnya dan sejenak Kalila mengingat perkataan Haidar yang menyatakan niat baiknya untuk melamarnya.

"Nak?" panggil ibu Fatimah setelah tidak ada jawaban dari Kalila.

"Kalila sayang?" panggil ibu Fatimah lagi.

"Eh, iya ibu?" ucap Kalila yang mulai sadar.

"Kamu kenapa nak? apa anak ibu sedang memikirkan sesuatu?" tanya ibu Fatimah merasa keganjalan dari sang anak.

Kalila pun mengangguk. "Eh iya bu, Kalila memang memikirkan sesuatu".

"Sayang, kamu kenapa? sesuatu apa yang Kalila pikirkan saat ini?".

"Ibu" panggil Kalila lembut.

"Iya sayang".

"Ibu, saat ini Kalila sedang bingung".

"Bingung? bingung kenapa nak?" tanya ibu Fatimah mulai serius.

Kalila tersenyum simpul, "Ibu, sewaktu salat subuh tadi seorang lelaki menyatakan perasaannya sama Kalila didepan keluarga Ustadz Alhasan."

"Apa? ma sya Allah, benarkan itu nak?" tanya ibu Fatimah masih belum percaya karena memang ibu Fatimah mengetahui kalau Ustadz Alhasan adalah Ustadz yang baik.

Kalila mengangguk. "Iya ibu, Kalila jadi bingung".

"Apakah dia lelaki baik?" tanya ibu Fatimah begitu seriusnya.

"Iya baik bu, dia adalah keponakan Ustadz Alhasan dan dia juga salah satu dosen dari kampus Kalila".

"Ma sya Allah, terus anak ibu jawabnya apa?".

"Kalila bilang mau memberitahu ibu dulu soal ini".

"Apakah anak ibu menyukainya?" tanya ibu Fatimah membuat Kalila tampak berpikir.

"Belum bu, tapi Kalila bingung membuat keputusan ini harus bagaimana?" ucap Kalila begitu lesuh.

"Kalila, anak ibu tenang dulu ya nak, kalau memang anak ibu masih bingung, coba deh Kalila salat istikharah dan memohon meminta petunjuk sama Allah, siapa tahu dia memang jodoh Kalila" balas ibu Fatimah memberi saran.

Kalila seketika mengangguk. "Oh iya, ibu benar. Nanti sebelum salat tahajjud Kalila akan melakukannya bu" jawabnya membuat ibu Fatimah tersenyum.

"Alhamdulillah, iya nak. Ibu berharap semoga dia adalah jodoh sesungguhnya untuk anak ibu".

"Loh, kenapa Ibu berbicara sepertu itu?" tanya Kalila.

"Iya nak, agar Kalila nantinya sudah bisa mengikhlaskan Ayah" wanita cantik itu kembali teringat akan sosok Ayahnya, wajahnya kembali sedih namun Ia berusaha untuk tegar di depan sang ibunda biar tidak membuat ibu Fatimah tambah khawatir lagi.

Kalila memaksa tersenyum. "Oh iya ibu, sudah dulu ya, Kalila mau salat dzuhur dulu" ucapnya dan segera memutuskan panggilan telponnya saat ibu Fatimah mengiyakan.

Wajah Kalila kembali bersedih, kembali mengingat ucapan sang Ibunda yang mengingatkan akan Ayahnya lagi.

"Kalila, kamu harus kuat. Biasa saja, apa yang dikatakan sama ibu benar kalau sekiranya Kalila sudah memiliki suami, aku perlahan bisa mengikhlaskan Ayah" wanita cantik itu menghembuskan napasnya dan kini berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

hadir😍

2021-02-08

1

LINA

LINA

14 like and rate 5 sudah mendarat di karya kk 😊 saling mendukung 🙂 semangat berkarya ka 💪 semangat 🆙

2021-02-07

1

Spyro

Spyro

Like mendarat 😊 Semangat terus Thor 😊

2021-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!