Part 7

Assalamualaikum sahabat Author, jangan lupa yah untuk memberi like, komentar, vote dan bintang limanya juga. Hehehe biar Author makin semangat up-nya. Syukron :)

...*******...

Langkah wanita itu berlangsung menuju keatas kamarnya, saat indera penglihatannya tidak mendapatkan keberadaan Aisyah dan Adila disana. Jadi, Kalila memutuskan untuk memberitahukan amanah dari Ustadz Alhasan dihari esok.

Kalila pun menghembuskan napasnya, setelah duduk diatas kasurnya. Bayangan dari Haidar mengembang begitu jelas dipikirannya.

"Astaghfirullah, kenapa aku terus-terusan memikirkan mas Haidar" gumamnya yang mengingat ucapan Haidar sebelum kembali tadi.

Kini Kalila beranjak dari posisi duduknya lalu melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya untuk mengirup udara segar diluar sana sekaligus ingin menenangkan hati dan pikirannya yang sudah dibuat gusar akan ingatannya tentang Haidar.

Tidak hanya sekali dua kali, Kalila selalu menghembuskan napasnya disana. Dan kini senyuman memekar indah diwajah cantiknya seraya menatap takjub, eloknya langit malam yang memang terlihat begitu indahnya dihari ini. Pasalnya, begitu banyak bintang-bintang yang berkelap-kelip seakan datang memberikan Kalila sebuah semangat. Hatinya pun kembali dibuat gusar kala mengingat akan kenangan Almarhum sang Ayah.

Wajah yang tadinya terlihat bahagia, saat ini berubah menjadi sedih, "Ayah, Kalila merindukan ayah" ucapnya rengek bagaikan anak kecil dan tak terasa buliran kristal lagi-lagi berhasil membasahi wajahnya dikala sedang mengingat sosok cinta pertamanya yang sudah benar-benar pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Hati Kalila memang selalu rapuh, ketika mengingat moment indah bersama sang Ayah, membuatnya mengingat kembali masa kecilnya yang begitu berbeda jauh dengan anak-anak seusianya.

Bukannya Kalila tidak bersyukur, malah wanita cantik itu sangat bersyukur. Bila mengingat kenangannya lagi bersama Ayahnya dimasa kecilnya, walau cuma tersisa hanya sedikit dimemori ingatannya namun itu sudah membuat Kalila merasa sangat bahagia.

Kalila kini tersenyum, "Assalamualaikum, Ayahku tercinta" sapanya seakan melihat wajah sang Ayah dibalik beberapa bintang di langit malam.

"Ayah, Kalila minta maaf ya, baru menyapa Ayah lagi hehehe" ucapnya berusaha kuat.

"Em, pasti diatas ayah lagi sedihkan? melihat Kalila lagi mikirin Ayah sambil menangis?" lanjutnya kini mengusap air matanya namun apa boleh buat, air matanya selalu berilang membasahi pipi mulusnya.

Wanita cantik itu memang selalu merasakan kesedihan apabila mengingat atau pun melihat seorang Ayah begitu akrabnya kepada anaknya. Hatinya sedikit memiliki keirihan akan hal tersebut.

"Ayah, maafkan Kalila yang belum bisa melepas Ayah seutuhnya" kali ini Kalila menundukkan dirinya, Ia tidak ingin menatap kearah langit lagi karena tidak ingin membuat sang Ayah juga ikutan bersedih.

Wanita cantik itu seketika tersenyum tipis ketika ingatannya memunculkan sosok Ayahnya yang begitu baik kepada semua orang.

"Ayah, apakah Ayah masih ingat?" katanya menjedah. "Iya, sewaktu kita pergi berjalan-jalan mengelilingi perkampungan dengan sepeda Ayah?" lanjutnya seakan-akan ingin dijawab oleh Ayahnya.

Kini Kalila menatap langit lagi, "Pastinya, Ayah ingat dong, Kalila aja ingat semua dihari itu" ucapnya. "Iya, Kalila ingat pada saat itu ada seorang pria tua yang berjalan sedikit pincang lalu Ayah dengan cepatnya pergi menghampirinya dan menanyakan ada apa? ternyata, pria tua itu lupa jalan pulang ke rumahnya karena sudah mulai pikun" lanjutnya mengingat kejadian itu seakan kembali ke masa lalu lagi.

Kalila pun menatap sinis kearah bintang. "Tapi, apa yang Ayah lakukan?" kata Kalila menggertak seakan dirinya begitu kesal. "Ayah malah dengan tulusnya menggunakan sepeda butut Ayah itu untuk menolong dan memulangkan pria tua, pria tua yang sama sekali tidak Ayah kenal" ucapnya memarahi bintang-bintang di langit.

"Kalila yang saat itu yang masih kecil, terus menangis karena tidak suka berdekatan dengan orang asing namun Ayah dengan cekatannya menenangkan Kalila seraya mengucapkan sesuatu yang berhasil membuat Kalila paham akan arti sebuah kehidupan sampai didetik ini" ucapnya yang kini tersenyum simpul.

"Iya, Ayah bilang saat itu kepada putri kecil ayah ini. Jika kelak, Kalila kalau sudah besar harus menjadi seperti Ayah yang tidak boleh angkuh sama orang lain dan harus terus menolong orang tanpa pamrih. Iya kan Ayah?" tanyanya yang masih melihat langit.

Dan kini, semilir angin datang seakan-akan Ayahnya hadir dan mengusap kedua pipi Kalila dengan lembutnya membuat Kalila pun merasa tenang.

Buliran bening yang tadi membasahi pipi Kalila, seketika mengering seakan terbawa oleh kepergian angin yang tadi menghampirinya. Hatinya pun kini merasa begitu damai.

Seulas senyuman kini menghiasi wajah cantiknya, "Ayah, Kalila sangat bangga, punya Ayah yang seperti Ayah, yang tidak pernah memandang orang lain dengan sebelah mata" ucapnya. "Ayah adalah Ayah yang terbaik didunia ini" lanjutnya yang terlihat begitu bahagia.

Dan kini, ingatannya Kalila beralih mengingat pertemuannya kepada ketiga lelaki yang hari ini dia temui.

Kalila mengangguk, "Oh iya Ayah, hari ini Kalila punya kenalan 3 lelaki dan salah satu dari lelaki itu Kalila belum tahu bagaimana bentuk wajahnya tapi kalau mendengar suaranya pasti Kalila bakal mengenal dia" ucapnya menjedah.

"Iya ayah, lelaki itu berhasil membuat Kalila begitu tersentuh karena suara lantunan adzan yang dia kumandangkan di masjid Al-Ikhlas tadi, membuat hati Kalila merasa nyaman dan sepertinya Kalila menyukai si pemilik suara itu" kata Kalila santai agar tidak membuat ayahnya merasa tersinggung.

Kalila pun menggeleng pelan kepalanya, "Maaf ya Ayah, Kalila harap Ayah jangan kesal karena baru kali ini Kalila membahas lelaki dihadapan Ayah tapi Kalila berharap Ayah senang mengetahuinya" ucapnya lagi seraya menghembuskan napasnya.

Wanita cantik itu, kemudian tersenyum lagi. "Kalila juga selalu mendoakan ayah dan meminta kepada Allah agar Ayahku semoga diberikan tempat yang paling indah disana karena memang Ayahku pantas mendapatkan itu semua" kata Kalila begitu bangga.

Tanpa Kalila sadari ada seorang lelaki yang sedari tadi memperhatikannya. Lelaki itu sudah di depan masjid Al-Ikhlas sebelum Kalila keluar ke balkon kamarnya. Lelaki itu awalnya senyam-senyum memperhatikan semua tingkah laku Kalila yang tampak begitu lucunya ketika berbicara bersama bintang-bintang namun hatinya seketika dibuat sedih setelah melihat Kalila yang tadi menangis disana.

"Sepertinya, Kalila sedang berbicara kepada orang yang sangat jauh, sampai-sampai dia mencurahkannya melalui bintang-bintang" gumamnya menatap Kalila yang masih terlihat berbicara bersama bintang-bintang dilangit malam.

...********...

Di setiap sepertiga malam, ketika suasana menjadi begitu sunyinya. Gadis cantik itu selalu terbangun untuk melaksanakan salat tahajjud agar leluasa bertemu dan berbicara kepada Sang Pencipta-Nya.

Kini wanita cantik itu sudah melaksanakan rutinitasnya dan saat ini, Ia tersenyum lalu tangannya meraih sebuah Al-Qur'an berwarna merah hati yang berada diatas nakas. Kalila pun melanjutkan rutinitas berikutnya yaitu tadarrus-an. Ini semua sudah menjadikan rutinitas Kalila setelah dirinya memantapkan untuk menggunakan hijab.

Menurutnya, semua kehidupan memiliki jalannya masing-masing dan begitu pula dengan dirinya. Gadis cantik itu selalu percaya sekaligus meyakini akan semua garis kehidupan yang pasti memiliki alasan dibalik itu semua.

Iya, Kalila tidak semata-mata menggunakan hijab begitu saja. Melainkan wanita cantik itu juga mempunyai alasan tersendiri dibalik itu semua. Dan tentu salah satu alasannya adalah karena Kalila sudah diberikan sebuah Hidayah untuk dirinya menutupi keseluruhan aurat-nya sewaktu masih SMP dan itu berlangsung hingga sekarang.

Dan tidak terasa, waktu salat Subuh telah ditunaikan dengan segera Kalila memberhentikan tadarrus-nya kemudian melaksanakan salat subuh beserta sunnah-nya.

Kalila tersenyum, "Terima kasih ya Allah, atas semua rezeki dihari ini dan semoga Kalila bisa menjadi wanita yang lebih baik lagi" ucap Kalila mengucapkan rasa syukurnya karena masih diberi kesempatan untuk bernapas dihari ini.

...********...

Jam 05:12 WIB. Kalila turun, berjalan menuju dapur dan melihat buah pisang yang dia bawah dari kampungnya rupanya sudah menguning. Kalila tersenyum dan berinisiatif akan membuat gorengan.

Seusai mengupas pisang, serta membuat adonannya. Kalila pun menggoreng pisang itu setelah yakin minyak yang sedari tadi tungguinya sudah panas dan dengan berhati-hati Kalila memasukkan satu persatu kedalam wajannya.

Aisyah dan Adila pun pergi ke dapur setelah mencium aroma sedap disana, mereka semua memang suka sekali memakan gorengan. Apa lagi, kalau itu gorengan pisang.

"Wihh, enak tuh" kata Adila yang baru tiba bersama Aisyah.

"Kak Lila, lagi goreng pisang ya?" tanya Aisya.

Kalila mengangguk, "Iya dek, pisang yang kakak bawa dari kampung sudah masak" jawabannya.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya semua pisang sudah digoreng. Kalila berjalan kearah meja makan dimana Aisyah dan Adila sudah menunggunya disana.

Kalila pun meletakkan gorengannya itu ditengah-tengah mereka, "Ayo dimakan" serunya.

Aisyah pun langsung tersenyum, "Siap kak" ucapnya begitu semangat dengan segera mengambil dan menikmati gorengan buat Kalila itu disusul Adila.

Kalila yang melihat kearah Aisyah dan Adila yang fokus makan gorengan pun kini mengingat perkataan Ustadz Alhasan.

"Oh iya, kemarin Ustadz Alhasan memberitahu kalo di rumahnya nanti akan ada pengajian jadi mereka mengundang kita kesana" Kalila memberitahu.

"Pengajiannya jam berapa?" tanya Adila yang diangguki Aisyah.

"Ustadz Alhasan menyuruh kita datang sore mungkin kalo pengajiannya malam" pikir Kalila.

Aisyah lalu tersenyum, "Kalo acara makan-makan begini, Aisyah paling suka hehehe" kata Aisyah yang memang sangat menyukai makanan.

Namun Adila tampak berpikir, "Sepertinya, aku tidak sempat pergi deh" Adila memberitahu yang berhasil membuat keduanya kini merasa bersedih.

"Iya, kenapa kak?" tanya Aisyah penasaran.

Adila menghembuskan napasnya, "Iya, soalnya aku kemarin sudah buat janji sama teman-teman untuk pergi ke bazar nanti sore" jelas Adila.

"Wah, padahal sayang sekali tapi nggak masalah kan ada kak Lila" kata Aisyah tersenyum melihat Kalila.

Adila tersenyum, "Iya, aku titip salam aja buat Ustadz Alhasan dan juga Umi Marwah ya" ucapnya lagi yang langsung diangguki Kalila dan Aisyah.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

awan putih

awan putih

kasihan Kalila😔

2021-02-04

1

Susi Ana

Susi Ana

jempol hadir, mampir ya

2021-02-02

1

Esti. W

Esti. W

boom like untuk karya barumu kak
salam, TERPAKSA SELINGKUH ❤️

2021-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!