Part 3

"Assalamualaikum" kata seorang lelaki itu yang sudah berada didepan mereka bertiga namun lebih tepatnya lelaki itu berdiri dihadapan Kalila.

Sontak ketiganya mendongak melihat kearah sumber suara tersebut. "Waalaikumsalam" jawab Kalila, Nur dan Sania kompak.

Nur lalu berdiri, "Eh, kakak" kata Nur yang belum tahu siapa nama si kakak pembawa materi tadi karena memang tadi mereka terlambat masuk.

Kalila dan Sania pun beranjak berdiri dari tempat duduknya setelah semuanya rapi.

Sania menyilangkan kedua tangan diatas perutnya, "Ada apa ya kak?" tanya Sania. "Apa kakak juga ingin mengenal Kalila?" ucap Sania lagi yang langsung diangguki oleh lelaki tampan tersebut.

Lelaki itu tersenyum seraya mengulurkan tangan kanannya dihadapan Kalila, "Perkenalkan, nama saya Haidar" balasnya tersenyum.

Kalila menatap tangan lelaki tersebut beberapa saat, lalu mengatupkan kedua tangannya layaknya seperti wanita solehah yang memperkenalkan dirinya dalam Islam, "Saya Kalila kak" jawab Kalila tersenyum.

Lelaki yang bernama Haidar itu langsung menatap tangan kanannya ke depan wajahnya, "Maaf, saya begitu lancang" katanya seraya tersenyum membuat semuanya ikut tersenyum simpul.

Nur melambaikan tangannya, "Hai kak, aku Nur" ucap Nur memperkenalkan dirinya.

Dan Sania ikut mengangguk, "Kalo aku, Sania kak" katanya setelah Nur memperkenalkan dirinya.

Haidar masih tersenyum, "O iya, senang bisa berkenal sama kalian bertiga, terutama dengan Kalila" Haidar pun menatap wajah Kalila yang terlihat sudah menunduk dihadapannya.

"Kalila!" panggil Haidar pada gadis cantik itu.

"Iya kak, ada apa?" tanya Kalila masih dalam keadaan menunduk.

"Terima kasih ya!" ucap Haidar tiba-tiba, membuat Kalila kini mendongak melihat wajah Haidar.

Kalila menyipitkan matanya, "Kenapa kak Haidar berterima kasih?" tanyanya yang merasa bingung.

Sania pun menyenggol Kalila, "Mungkin karena tadi, Kalila kan berpartisipasi dalam senimar kak Haidar" jawab Sania asal lalu dengan segera Haidar pun menggeleng pelan kepalanya.

"Tidak, bukan karena itu dek" jujur Haidar membuat ketiga gadis berhijab itu kini menatap lekat wajah tampan Haidar.

"Terus apa kak?" tanya Nur semakin penasaran.

Dan Haidar tersenyum simpul, "Terima kasih, karena Kalila sudah masuk menyejukkan hati kakak" Haidar berterus terang masih melihat Kalila.

Kalila mendengar itu tersenyum, "Bukan Kalila yang menyejukkan hati kak Haidar tapi Allah yang membuatnya seperti itu" balasnya kini menundukkan pandangannya lagi.

Kini hati Haidar dibuat begitu terkesimah mendengar jawaban Kalila yang memang sengaja mengujinya tadi dan alhasil itu benar, apa yang ingin Ia dengarkan kini terdengarkan dari sebuah lisan seorang wanita yang berparas cantik dan tentunya sudah berakhlak dimata seorang Haidar.

Senyuman teramat manis kini terpancarkan dari wajah lelaki tampan yang berada dihadapan Kalila itu.

"Semoga kita dipertemukan lagi dek, saya pergi dulu. Wa'ssalamualaikum" pamit Haidar mengundurkan diri setelah melihat jam tangannya yang sudah hampir tertinggal salat Dhuha.

Kalila, Nur dan Sania tersenyum seraya mengangguk.

"In sya Allah kak, Waa'alaikumsalam" jawab Kalila lembut disusul Nur dan Sania.

Haidar kini melangkah menjauhi dimana Kalila berdiri, hatinya sudah begitu mantap akan kehadiran Kalila. "Semoga, dia-lah wanita yang dikirimkan Allah untuk aku jaga, kehadirannya membuat hatiku begitu tenang saat bersamanya." ujarnya seraya tersenyum.

...*******...

Kini Kalila dan kedua sahabatnya itu berjalan kearah masjid terdekat dari tempatnya tadi, namun sebelum Kalila masuk masjid, Ia terlebih dahulu mengambil air wudhu ditempat khusus para wanita.

Di kenakannya sebuah mukenah berwarna putih dengan beberapa motif bunga mawar berwarna biru muda itu membuatnya semakin terlihat begitu cantik bila Ia mengenakannya, mukenah tersebut adalah mukenah kesayangannya yang sengaja dibuatkan oleh sang ibunda sewaktu Kalila pulang kampung.

Setelah sudah siap, Kalila dan juga kedua sahabatnya itu pun menunaikan salat Dhuha-nya, salat yang setiap harinya Ia laksanakan jika tidak berhalangan oleh jam mata kuliahnya.

Posisi masjid tersebut memiliki penghalang tembok sehingga tempat kaum Adam dan kaum Hawa dibedakan oleh tembok putih terbentang luas itu namun disamping kiri dan kanannya segaja di berikan pintu agar para kaum Adam bisa masuk ke dalam sana.

Haidar yang sudah selesai salat dhuha kini berjalan dan meraih ganggang pintu yang disebelah kiri, pintu pun terbuka lebar dan dengan segera Haidar melangkah menuju pintu keluar namun tidak sengaja penglihatannya menatap kepada seorang gadis cantik yang sedang salat bersama kedua sahabatnya.

Haidar tersenyum, "Subhanallah, dia memang wanita yang terus berhasil membuatku kagum. Caranya dan tingkah lakunya seolah-olah membuatku takjub akan ciptaan-mu. Terima kasih, ya Allah karena sudah menciptakan wanita seperti dia, semoga aku bisa bersama dengannya. Aku yakin, cinta pertamaku ini akan segera ku ungkapkan kepadanya" ucap Haidar dalam hatinya masih melihat kearah Kalila berada.

Hati Haidar sangat bahagia saat memandang Kalila hingga tidak sengaja menabrak seorang mahasiswa laki-laki. "Maaf dek" kata Haidar melihat mahasiswa laki-laki itu.

Mahasiswa laki-laki itu pun langsung tersenyum seraya mengangguk, "Iya pak, tidak masalah" jawab mahasiswa itu lalu pergi meninggalkan Haidar.

...******...

"Alhamdulillah, terima kasih atas berkah yang engkau berikan kepadaku hari ini ya Allah" kata Kalila dalam hatinya sewaktu selasai salat dhuha.

Kalila, Nur dan Sania kini melipat mukenahnya dan memasukkannya kedalam tasnya yang memang bisa memuat mukenah disana.

Setelah selesai salat, mereka lalu beranjak keluar dari masjid. Nur yang melihat teman sekosnya berada di depan masjid bersama dua orang lelaki memutuskan untuk menghamprinya bersama Sania dan Kalila.

"Assalamualaikum" kata Nur, Kalila dan Sania yang memang sudah tiba disamping temannya itu sontak Farah menoleh saat mendengar suara ketiganya.

"Waalaikumsalam, eh ada Nur, Sania sama Kalila" kata Farah, teman sekos Nur yang memang mengenal Sania dan Kalila.

"Iya Farah, kamu sedang apa disini?" tanya Nur penasaran dan Farah pun tersenyum.

"Aku disini ada keperluan sama mereka" Farah menunjuk dua mahasiswa laki-laki yang ada bersamanya.

Sontak kedua mahasiswa laki-laki itu menoleh kearah Sania, Nur dan Kalila. Mereka pun dibuat terkejut saat salah satu lelaki itu adalah seseorang yang tadi pagi tidak segaja Kalila tabrak.

"Kamu!!" kata lelaki itu yang juga sama terkejutnya sama Kalila.

"Maaf" balas Kalila menunduk membuat Farah heran melihat tingkah keduanya.

"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Farah melihat Kalila dan lelaki itu bergantian.

"Tidak" jawab mereka kompak dan semua mengganguk.

"O gitu, oh iya Kalila, Sania, dia itu adalah mas Qiyas, dia mahasiswa pindahan dari Kairo, anak dari pendiri Pondok Pesantren Al-Ikhlas" jawab Farah membuat Kalila dan Sania mengangguk sekaligus terkejut sedangkan Nur yang memang sudah tahu itu hanya tersenyum.

"Anaknya Ustadz Alhasan?" kata Sania memastikan yang membuat Farah dan juga Nur langsung mengangguk.

Farah kembali melihat kearah Qiyas, "Oh iya mas Qiyas, perkenalkan dia ini Sania dan ini ... " ucap Farah terpotong saat menunjuk kearah Kalila.

"Kalila" potong Qiyas yang memang sudah tahu akan nama dari Kalila karena memang dirinya tadi sudah mendengar Nur, teman Kalila menyebutkan nama Kalila.

"Oh, jadi mas Qiyas sudah mengenalnya?" tanya Farah lagi dan Qiyas mengangguk lalu menunjuk kearah Nur.

"Iya, tadi Nur yang mengatakannya, saat aku dan Kalila tidak sengaja tabrakan di depan gedung Pendindikan" jawab Qiyas.

Semua pun kini mengangguk, "Oh iya, kalo aku Wisnu" sahut Wisnu, lelaki yang bersama dengan Qiyas ikut memperkenalkan dirinya yang diangguki Nur, Sania dan Kalila.

Kalila yang merasa matahari sudah mulai meninggi pun memutuskan untuk pergi menuju ke gedungnya karena nanti Ia masuk kuliah pukul 13:15.

"Farah, kalau begitu kami permisi ya" pamit Kalila yang diangguki semuanya sedang Qiyas pun hanya fokus melihat Kalila.

"Oh iya, sebentar lagi masuk salat dhuzur, kita salatnya di gedung saja, sekalian menunggu jam kuliah berikutnya" jelas Nur seraya melihat jamnya.

"Baiklah, kalo gitu kami pergi dulu. Wassalamu'alaikum" ucap mereka pamit yang diangguki Farah, Qiyas dan Wisnu. "Waalaikumsalam" jawab mereka serentak.

Kalila, Nur, dan Sania kini berjalan meninggalkan Farah, Wisnu dan Qiyas. Qiyas memandangi Kalila yang masih terlihat itu hingga kini menghilang dari indera penglihatannya.

"Menarik" hanya kata itu yang terucap dalam hati Qiyas lalu kembali beralih melihat Farah dan Wisnu.

...********...

Kalila, Nur dan Sania kini berjalan menelusuri daerah kampus yang menunju kearah gedung Desain hingga mereka pun kini tiba disana.

Salah seorang mahasiswa laki-laki dan perempuan kini menghampiri mereka seraya tersenyum.

"Hai para mahasiswa cantik" sapa mahasiswa laki-laki itu membuat Kalila, Nur dan Sania menghela napas pasrah.

*

*

*

!!Bersambung!!

Hehehe, entah kenapa Author sukanya menggantung sesuatu di penghujung Part.. heheh biar kalian makin penasaran aja gitu buat lanjut ke Part berikutnya.

Okey, sampai ketemu di Part berikutnya :)

Terpopuler

Comments

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-12

1

Ade Yayuk

Ade Yayuk

lanjut..
menyimak

2021-02-11

1

Lien machan

Lien machan

lanjut

2021-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!