Part 8

Assalamualaikum sahabat Author, jangan lupa yah untuk memberi like, komentar, vote dan bintang limanya juga. Hehehe biar Author makin semangat up-nya. Syukron :)

...*******...

Pukul 12:01 WIB.

Rak-rak berjejeran rapi dan menjulang tinggi membuat seorang wanita kesusahan dalam meraih buku panduan untuk tugas mata kuliahnya pekan depan.

"Astaga, kenapa rak buku ini begitu tinggi" geram Kalila yang masih berusaha untuk meraih buku tersebut dengan sesekali menjinjit dan melompat namun belum bisa mendapatnya.

"Bukan rak bukunya yang ketinggian tapi kamunya yang pendek" seorang lelaki kini meraih buku yang diinginkan Kalila, "Ini" ucapnya memberikan buku tersebut.

Kalila tersenyum simpul, "Mas Qiyas" balasnya saat melihat Qiyas sudah berada dihadapannya.

Qiyas lalu mengangguk, "Iya, apa masih ada yang harus aku ambilkan?" tanyanya yang langsung Kalila balas dengan gelengan kepala.

"Tidak usah mas, lagian buku ini sudah mewakili semuanya" tolak Kalila lembut. "O iya, terima kasih ya mas" lanjutnya lagi sambil melihat buku itu dan kembali menatap Qiyas yang terlihat sudah mengangguk.

"Iya sama-sama, ngomong-ngomong Kalila nanti pulangnya jam berapa?" tanya Qiyas membuat Kalila bingung.

"Jam 3 mas, emang ada apa ya?" lagi-lagi Kalila dibuat heran.

Qiyas lalu tersenyum, "Umi, Umi Marwah menyuruhku untuk menjemputmu nanti dan bersama-sama pulang ke rumah".

"O gitu, mending tidak usah mas" tolak Kalila lembut.

"Kenapa?".

Kalila menggeleng-geleng. "Iya, aku dan beberapa temanku akan pergi kesana bersama" jelas Kalila membuat Qiyas tersenyum.

"Tidak apa-apa, itu tidak masalah". Kalila mendengar itu tampak berpikir.

"Ta-tapi mas" Kalila terbata-bata.

"Mas harap, tidak ada penolakan yah" ucap Qiyas.

Kalila dibuat bungkam akan ucapan Qiyas, Ia ingin sekali menolaknya namun lelaki itu sudah membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.

Qiyas tersenyum. "Sudahlah, nanti aku akan datang ke kosmu jam 4. Mas pergi dulu, Wassalamu'alaikum." katanya menatap lekat wajah Kalila.

Kalila mengangguk. "Baiklah mas, Waalaikumsalam."

Kalila menatap kepergian Qiyas yang semakin menjauh dengan tersenyum tipis, Ia ingin menolak ajakan lelaki itu namun karena Qiyas bersi keras jadi dia tidak ingin membuat orang lain kecewa terhadapnya.

...*******...

Cuaca di Bandung hari ini tampak tidak bersahabat. Langit mendung dan beberapa kali angin datang menghantam tubuh mungil wanita itu yang masih berjalan menuju gedungnya karena tadi Ia berada di perpustakaan kampus.

Kalila tersenyum saat tiba di kelasnya dan sudah melihat kehadiran kedua sahabatnya.

"Assalamualaikum" ucap Kalila menghampiri Nur dan Sania.

Sania dan Nur menoleh kearah Kalila seraya tersenyum, "Waalaikumsalam" sahutnya lembut.

Nur memperhatikan Kalila yang memegang sebuah buku, "Itu buku, buku panduan untuk pak Adam ya Kalila?" tanyanya yang langsung diangguki Kalila.

"Iya, aku tadi habis ke perpustakaan" jawab Kalila.

"Kalila memang orang yang pantas dapat beasiswa" kata Nur yang memang tahu kalau Kalila salah satu mahasiswa yang berhasil mendapatkan beasiswa di kampus tercintanya.

Dan Sania kini menepuk-nepuk kursi disampingnya yang masih kosong, "Sini, Kalila duduk disini" pintanya dan Kalila tersenyum mengiyakannya.

Tidak lama setelah itu, seorang dosen wanita masuk ke dalam kelasnya seraya tersenyum. Semua mahasiswa fokus pembelajaran dan seperti dihari kemarin, para dosen terlebih dahulu menyampaikan kontrak perkuliahannya karena memang kalau pekan pertama masuk kuliah, para dosen terlebih dahulu membuat kesepakatan kepada para mahasiswa agar bisa tertib di dalam proses perkuliahan.

...*******...

Kalila masuk ke dalam kamarnya dan sesaat setelah itu suara adzan terdengar terkumandangkan, yang berarti waktu salat Ashar harus ditunaikan. Hati Kalila dibuat sedih karena lagi-lagi suara itu tidak Ia dengarkan setelah kemarin.

"Kamu dimana? aku ingin bertemu denganmu" gumam Kalila menghembuskan napasnya.

Kalila berusaha tersenyum, langkahnya kini masuk ke dalam kamar mandi yang memang berada didalam kamarnya. Dengan segera Ia mengambil air wudhu disana. Dan itulah yang menjadi salah satu kelebihan kosnya, setiap kamar memiliki kamar mandi masing-masing.

Wanita cantik itu sedang melaksanakan salat 5 waktunya, hatinya pun sudah menjadi tenang.

"Assalamualaikum warohmatullah" ucap Kalila saat salam ke kanan kiri lalu mengusap wajahnya dengan lembut.

Kalila tersenyum kini menghadap keatas seraya mengatup lalu melebarkan sedikit kedua tangannya layaknya orang ketika berdoa. Mulutnya kembali menyampaikan doa-doa yang setiap hari Ia lanturkan, tiada henti dan bosan-bosannya Kalila mengutarakan doanya itu kepada Sang Pemilik segalanya.

"Ya Allah ... yang Maha Kuasa si penentu takdir kehidupan setiap manusia, Aku sebagai Hambamu yang tidak sempurna ini, kembali memohon kepada-Mu Ya Allah ... Ya Allah ... jadikanlah Hamba, seorang Hamba yang bermanfaat bagi setiap orang. Hamba ingin sekali seperti Ayah Hamba yang selalu menolong orang-orang hingga di detik terakhir di hidupnya" mata Kalila kini berbinar-binar menahan air matanya yang akan segera tertumpakan, lagi dan lagi disetiap mengucapkan doa-doanya.

Kalila pun memaksa tersenyum, "Bagi Hamba, itu tidak masalah. Jika kelak, engkau sudah ingin mengambil Hambamu ini Ya Allah ... Hamba ikhlas, sangat-sangat Ikhlas" rintihan air mata sedari tadi Ia tahan pun kini lolos membasahi wajahnya dalam mengucapkan setiap doa-doanya.

Kalila kini menunduk, menatap tangannya dengan mata yang masih berlinang. "Ya Allah ... biarkan Hambamu ini kelak, bila menghadapmu dalam keadaan khusnul khatimah. Hamba ingin itu, agar hidup Hamba tidak menyesal di hari kemudian".

"Namun, sebelum hal itu terjadi Hamba juga ingin meminta kepada-Mu, tolong lindungilah orang-orang yang menyayangi Hamba. Ibu dan semua orang-orang yang mengenal Hamba, Hamba mohon sayangilah mereka, sehatkanlah mereka, berikanlah mereka umur yang panjang dan juga umur yang bermanfaat."

Kalila memang gadis yang baik, dia tidak ingin membuat semua orang mengkhawatirkannya, terutama sang Ibunda. Bagi Kalila, biarlah dia yang menerima segalanya. Asalkan, Ia tidak membuat orang yang Ia kasihi lagi-lagi menderita. Bagi wanita cantik itu sudah cukup, dulu untuknya merelakan kepergian sang Ayah dan Ia tidak akan mengulang untuk yang kedua kalinya.

"Iya, aku sangat menyayangi mereka, sangat-sangat menyayanginya. Dan berikanlah tempat yang terbaik untuk Ayahku yang terlebih dahulu menemui-Mu disana Ya Allah ... Jagalah dia untuk Hambamu ini dan katakan padanya bila anaknya ini begitu sangat menyayanginya".

Kalila menghembuskan napasnya, "Hanya ... itu pintaku Ya Allah ... Engkau-lah ... tempat satu-satuku mengadu dalam segalanya, meminta segalanya dan hanya Engkau pula-lah yang mengabulkannya".

Kalila kini tersenyum, "Semoga ... Engkau berkenan mengabulkan segala doa-doaku Ya Allah ... Aamiin ... Aamiin ... Aamiin ... Ya Allah" Kalila mengusap kedua tangannya kewajahnya namun air matanya masih tiada henti-hentinya mengalir disana.

Setiap Kalila salat, hatinya seperti ini, perasaannya selalu dibuat sedih bila sudah mengutarakan doa-doanya yang berharap bisa dikabulkan Oleh-Nya.

...********...

Pukul 15:56 WIB. Kalila tersenyum berada di ruang tamu seraya membaca buku yang hari ini Ia pinjam dari perpustakaan.

"Assalamualaikum kak" ucap Aisyah yang baru pulang dari kampus.

Kalila menoleh, "Waa'alaikumsalam" balas Kalila.

"Kak Lila dari tadi menunggunya?".

Kalila tersenyum, "Iya lumayan" balasnya membuat Aisyah terkekeh.

"Hehehe maaf kak, abis dosenku tadi telat datang jadi ngambil waktu pulangnya sedikit deh" jelasnya.

"Tidak apa-apa, lagian Inayah juga belum datang".

Aisyah tersenyum, "Baguslah kak, kalo gitu aku pergi kamar dulu ya. Mau siap-siap" kata Aisyah lagi yang diangguki Kalila.

Tidak lama setelah Aisyah pergi, Inayah pun datang.

"Assalamualaikum" ucap Inayah tersenyum menghampiri Kalila. Inayah memang sudah mengaggap kos Kalila seperti tempat peneduh keduanya dan tidak jarang juga dia pergi mengerjakan tugas kuliah bersama Kalila karena memang mereka satu jurusan.

Kalila tersenyum, "Waa'alaikumsalam" jawab Kalila dan Inayah kini duduk disamping Kalila.

"Kalila dari tadi menunggunya?" tanyanya seperti Aisyah tadi.

"Iya lumayan" ucap Kalila mengulang perkataannya dan benar saja, tingkah Inayah dan Aisyah benar-benar sama. Inayah saat ini ikut terkekeh namun tidak memakai alasan yang sama.

"Hehehe maaf, tadi aku mencuci dulu baru kesini".

"Nggak apa-apa Inayah, aku tidak marah kok" ucapnya membuat Inayah tersenyum.

"Syukurlah. O iya Kalila, kita nanti naksi aja ya perginya" serunya namun Kalila menggeleng pelan kepalanya membuat Inayah bingung.

"Kenapa? masa iya kita naik angkutan sih, jika aku dilihat sama mas Qiyas kan aku malu" Inayah terlihat cemberut.

"Tidak inayah, kita tidak akan naik kedua-duanya" lagi-lagi Inayah dibuat semakin bingung akan ucapan Kalila.

"Kenapa?" tanya Inayah tapi tiba-tiba pintu kosnya berbunyi pertanda diluar sudah ada orang yang berdiri disana.

Kalila tersenyum menunjuk kearah pintu, "Alasannya ada diluar sekarang."

Inayah yang bingung hanya menurut kepada Kalila yang bersama-sama pergi membuka pintu. Tatapan Inayah kini berubah ketika melihat nama orang yang tadi Ia sempat sebutkan kini berada disana.

"Assalamualaikum" ucap lelaki itu saat pintu sudah terbuka.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Hadir lagi dan memberi jempol.
3 like lg buat kk.
Lanjut up ya.

2021-02-10

1

AbrahamGp

AbrahamGp

seru thor,.semangat ya😜

2021-02-04

1

nizam dan teman teman Nizham dan aliya

nizam dan teman teman Nizham dan aliya

Suka... Selalu pencet jempol

2021-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!