Part 9

"Assalamualaikum" ucap Qiyas tersenyum.

"Waalaikumsalam" balas Kalila dan Inayah yang kini berada dihadapan Qiyas.

"Apa kalian sudah siap?" tanyanya.

"Siap, siap apa ya mas?" kata Aisyah baru muncul.

Qiyas tersenyum, "Saya mas Qiyas, disuruh Umi Marwah untuk mengantar kalian kesana" ucapnya membuat Inayah dan Aisyah mengangguk.

"O, gitu ya mas, Aisyah sudah siap kok" balas Aisyah.

Qiyas pun menatap kearah Kalila dan Inayah.

"Kalau Kalila dan ... ".

"Inayah mas, nama saya Inayah" tukas Inayah cepat yang memang segaja karena mengetahui kalau Qiyas pasti belum mengetahui namanya.

Qiyas mengangguk, "Oh Inayah, baiklah" ucapnya, "Jadi bagaimana, apa kalian sudah siap semua?" ulangnya lagi menatap kearah Kalila, Inayah dan Aisyah bergantian.

Aisyah menghembuskan napasnya, "Sebenarnya, masih ada satu orang mas" Aisyah cemberut.

"Oh gitu, tidak apa-apa, kita tunggu saja lagian acara pengajiannya sebentar malam."

Aisyah lalu tersenyum, "Hehehe, tapi dianya tidak jadi pergi mas karena ikut bazar" Aisyah mengingat Adila yang memang berhalangan hadir.

Inayah menggeleng-geleng. "Kirain, ada apa dek."

"Hehehe, biasalah kak biar tidak terlalu serius."

...*******...

Saat ini, mereka pun pergi menggunakan mobil Qiyas. Aisyah yang berada disamping Qiyas sedang Kalila dan Inayah duduk dibelakang.

"O iya, mas Qiyas mahasiswa juga?" tanya Aisyah memulai obrolannya.

"Iya dek, saya dari Fakultas Pendidikan."

"Kalau boleh tahu, semester berapa ya mas?".

"Sudah mau wisuda" Inayah yang menjawab. Aisyah langsung mengangguk.

"Wih keren sekali, tadi aku kira, mas temannya kakak Lila" ucapnya yang kini menengok Kalila dibelakang.

Qiyas menggeleng-geleng, "Tidak dek, mas cuman kenalan Kalila" Qiyas melihat wajah Kalila dari kaca mobilnya yang terlihat mengangguk.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 belas menit. Akhirnya, mereka semua sudah tiba didepan rumah Ustadz Alhasan. Rumah yang juga unik. Entah mengapa, semua yang menyangkut tentang Qiyas memang unik.

Rumah Ustadz Alhasan ini sangat berbeda dari rumah-rumah pada umumnya. Rumahnya juga, sangat mirip dengan bentuk masjid Al-Ikhlas cuman bedanya, masjid Al-Ikhlas memiliki kubah sedangkan Rumah Ustadz Alhasan tidak.

"Ayo" kata Qiyas usai membuka sabuk pengamannya yang diangguki Kalila, Aisyah dan Inayah.

Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke rumah dan tampak dari dalam rumah Umi Marwah keluar datang menghampirinya.

"Assalamualaikum Umi" ucap mereka kompak menyalami tangan Umi Marwah.

Umi Marwah tersenyum. "Akhirnya, semua sudah datang."

"Hehehe iya Umi tapi maaf, Adila tidak sempat hadir karena lagi ikut bazar sama teman-temannya" jelas Kalila memberitahu.

"Tidak apa-apa nak, kalian memang harus mementingkan urusan kampus" ucapnya.

"Iya Umi, kak Adila cuma nitip salam aja sama Umi dan Ustadz Alhasan" timpal Aisyah tersenyum.

"Waalaikumsalam, nanti salam Adila saya sampaikan sama Ustadz" ucapnya seraya membalas salam dari Adila yang berhalangan hadir.

Qiyas tersenyum simpul, "Umi, kita tidak di suruh masuk nih? kaki Qiyas pegel berdiri diluar terus" ucapnya manja jika bertemu Umi Marwah.

Umi Marwah menggeleng-geleng, "Anak Umi memang masih seperti dulu, masih sama-sama manja" kata Umi Zahra membuat Aisyah terkejut.

"Oh jadi Umi Marwah, Uminya mas Qiyas?" tanya Aisyah yang saat ini diangguki semuanya.

"Iya nak, Qiyas ini anak Umi. Kakaknya adek Adiba yang baru pulang dari Kairo minggu lalu" jelas Umi Marwah dan Aisyah kini mengangguk paham

"O gitu, kirain Aisyah hanya adek Adiba saja anak Umi" balasnya yang mengingat gadis kecil imut yang berusia 6 tahun, anak dari Umi Marwah dan Ustadz Alhasan.

"Tidak nak, selain Adiba masih ada Qiyas" ucapnya dan kini seorang wanita seumuran Umi Marwah datang menghampiri mereka.

"Aduh aduh, disini ada tiga wanita cantik ternyata" ucapnya saat berada disamping Umi Marwah.

"Iya mbak, mereka semua ini tinggal di dekat masjid Al-Ikhlas" balas Umi Marwah.

"Oh gitu, Ma sya Allah. semuanya cantik-cantik semua" ucapnya tersenyum menatap Kalila, Aisyah dan Inayah bergantian.

"Hehehe, makasih" jawab Aisyah yang memang suka dipuji sedangkan Kalila dan Inayah hanya tersenyum.

Umi Marwah mengangguk, "Oh iya nak, perkenalkan dia ini kakak Umi, namanya Umi Safa" kata Umi Marwah memperkenalkan saudara kandungnya namun Umi Safa tampak berpikir.

"Apakah diantara kalian ada yang bernama Kalila?" tanyanya yang langsung diangguki Kalila, Aisyah dan Inayah.

"Iya Umi, ini Kak Lila" Aisyah menunjuk kearah Kalila dan Umi Marwah sontak tersenyum menatap kearah wanita cantik itu.

"Umi kok bisa tahu nama saya?" Kalila penasaran.

Umi Safa tersenyum, "Iya nak, kemarin itu anak Umi bilang ke Umi soal Kalila dan Umi jadi penasaran mau melihatnya dan Alhamdulillah, sekarang sudah dipertemukan sama Kalila disini" balasnya.

"Anak Umi? oh mas Haidar ya?" timpal Inayah ikut menimpali yang mengingat perkenalan Ustadz Alhasan yang semalam mengatakan Haidar adalah keponakannya.

Umi Safa mengangguk, "Iya nak, Haidar itu anak Umi." semua orang tersenyum kecuali Qiyas yang tampak berpikir sesuatu.

"Mas Haidar memberitahu Umi Safa tentang Kalila? ada apa ya? apa jangan-jangan mas Haidar menyukai Kalila?" pikir Qiyas mulai curiga dalam hatinya.

...*******...

Pukul 17:21 WIB. Kalila sekarang sedang berada di dalam dapur untuk membantu Umi Marwah dan Umi Safa dan sesekali Umi Safa yang sedang membuat gorengan melirik kearah Kalila yang terlihat begitu sangat rajinnya.

"Ma sya Allah, wajar saja anakku Haidar dibuat takjub olehnya. Aku saja Uminya, juga ikutan dibuat takjub" kata Umi Safa dalam hati ketika melihat Kalila sudah membuat teh hangat untuk dibawanya keluar.

Wanita cantik itu kini berjalan keluar seraya meneteng nampan yang berisikan beberapa cangkir teh hangat.

Senyuman Kalila menghiasi wajah cantiknya, ketika sudah tiba di ruang keluarga dan kini semua pandangan tertujuh kepadanya terlebih lagi Haidar dan Qiyas sudah menatapnya begitu takjub.

"Ma Sya Allah. Kalila memang benar-benar, istri impian untuk kaum Adam termasuk aku" ucap Haidar dalam hatinya.

"Kalila, sepertinya kamu sudah membuatku jatuh hati. Setiap yang kamu lakukan membuatku seakan ikut bahagia melihatmu" kata Qiyas ikut berbicara dalam hatinya.

Kalila berjongkok disamping meja lalu menyusun cangkir tersebut di depan semua orang.

Inayah tersenyum. "Makasih kak" ucapnya yang duduk bersama Inayah disana dan Kalila menganggguk.

"Makasih Kalila" ucap Haidar dan Qiyas bersamaan dan lagi-lagi Kalila tersenyum lalu kembali ke dapur membawa nampannya yang kini sudah kosong.

"Semua sudah nak?" tanya Umi Safa usai membuat gorengan yang kini melihat Kalila tiba disana.

Kalila tersenyum, "Iya Umi, Alhamdulillah. Sini biar Kalila yang bawa" balasnya mengambil alih 2 piring gorengan yang tadi dibawa oleh Umi Safa membuat Umi Safa hanya bisa tersenyum.

Umi Safa dan Kalila pun kembali ke ruang keluarga, dimana semuanya berada. Kalila dan Umi Safa saat ini duduk berseblahan, lebih tepatnya berada ditengah-tengah Umi Safa dan Umi Marwah yang kini ikut bergabung dengannya.

Tatapan Inayah yang tadinya bahagia melihat wajah tampan Qiyas kini menjadi cemburu setelah melihat kedekatan Umi Marwah yang saat ini memegang tangan Kalila.

"Umi kok, lebih perhatian sama Kalila sih?" tanyanya dalam hati seraya menatap risih kearah Kalila.

Umi Marwah tersenyum. "Apa, Kalila capek bantuin Umi di dapur?" ucapnya yang langsung dibalas Kalila gelengan kepalanya.

"Tidak Umi, Kalila tidak capek kok" kata Kalila lembut.

"Kalila memang anak yang baik, setiap kali Kalila datang kemari, Kalila terus-terusan membantu Umi" ucap Umi Marwah yang diangguki Umi Safa.

"Iya, kamu benar dek. Kalila memang anak yang baik malah sangat baik" katanya tersenyum.

"Assalamu'alaikum" beberapa lelaki pun masuk ke dalam ruang keluarga. Iya, lelaki itu adalah Ustadz Alhasan, Ustadz Rahman dan Abdar yang baru tiba membawa beberapa kantong merah berukuran besar yang berisikan nasi kotak.

"Waa'alaikumsalam" jawab semua orang yang berada di ruang tamu dengan segera Haidar dan Qiyas berdiri membantu semua orang.

"Sini Abah, biar Qiyas bantu" Qiyas ingin mengambil kantong merah itu dari Ustadz Alhasan namun di tolak lembut oleh Abahnya.

"Tidak usah nak, kamu keluar aja membantu Abah Ahmad membawa sisanya" balasnya yang diangguki Haidar dan Qiyas lalu beranjak pergi dari ruang keluarga menuju teras rumah.

Berbeda dengan kaum Hawa yang juga ikutan pergi keluar menuju ruang tamu untuk mempersiapkan semuanya karena nanti mereka akan kedatangan beberapa anak Pesantren dari Pondok Al-Ikhlas.

"Nak, semuanya disusun memanjang seperti ini ya" pinta Umi Marwah yang diangguki Kalila, Inayah dan Aisyah.

"Umi" panggil Adiba lembut, baru keluar dari kamarnya karena sudah selesai tidur.

Umi Marwah tersenyum, "Eh, anak solehah Umi udah bangun" ucapnya beralih memeluk sang anak.

Adiba mengangguk, "Umi, mas Fahri mana?" bukannya menjawab gadis cantik lalu mencari keberadaan teman bermainnya Fahri.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Ade Yayuk

Ade Yayuk

Hadir thor

2021-02-14

1

anggi

anggi

mulai ada benih-benih kecemburuan nih😁

2021-02-04

1

nizam dan teman teman Nizham dan aliya

nizam dan teman teman Nizham dan aliya

Suka..

2021-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!