Part 6

Assalamualaikum sahabat Author, jangan lupa yah untuk memberi like, komentar, vote dan bintang limanya juga. Hehehe biar Author makin semangat up-nya. Syukron :)

...*******...

"Ini adalah keponakan saya, dia ini baru pulang dari Kairo, beberapa hari yang lalu dan sudah mendapat gelar S2-nya disana. Dan dia juga adalah salah satu dos ... " ucap Ustadz Alhasan yang terpotong karena kehadiran seorang lelaki.

"Maaf Abah, saya terlambat" ucap lelaki itu dan kini semua perhatian terpusat kearahnya.

Ustadz Alhasan tersenyum menepuk-nepuk sajadah disebelahnya, "Sini nak, silahkan duduk" pintahnya yang langsung dilaksanakan oleh lelaki itu.

Inayah tersenyum simpul, matanya memandangi kearah lelaki yang baru tiba itu dengan tatapan berbinar-binar dan tidak hanya sekali, senyumannya berhasil terukir indah disaat melihat sosok lelaki tampan tersebut.

Inayah pun menyenggol Kalila, "Kalila, lihatlah itu, lelaki itu tampan sekali" bisik Inayah mengarahkan matanya kearah orang yang dimaksudkannya.

Kalila pun tersenyum, "Oh itu, dia adalah anak dari Ustadz Alhasan. Namanya mas Qiyas" jawab Kalila mengikuti tingkah Inayah.

Inayah mengangguk paham, "Oh, jadi dia itu anak Ustadz Alhasan, pantas mirip" Inayah semakin memperhatikan wajah Qiyas begitu lekatnya sembari masih senyam-senyum.

Semua pun kembali fokus menatap kearah Ustadz Alhasan, "Oh iya, tadi saya bicaranya sampai dimana?" tanyanya yang memang sudah lupa akan pembicaraannya tadi.

"Perkenalan keponakan Ustadz" sahut beberapa orang disana yang sontak diangguki Ustadz Alhasan.

Ustadz Alhasan pun kembali mengelus pundak lelaki yang dimaksud keponakannya itu, "O iya, Dia ini bernama Haidar, salah satu dosen dari Fakultas Pendidikan. Dia ini, dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam" jelas Ustadz Alhasan yang diangguki oleh semuanya.

Kalila mendengar itu sontak begitu terkejutnya sekaligus tidak menyangka kalau ternyata orang yang membawakan materi seminar tadi pagi itu adalah mas Haidar, dosen baru dari Kairo, terlebih lagi dia juga keponakan dari Ustadz Alhasan.

Tatapan Kalila memandang Haidar sekarang ini, telah berbeda. Berubah, layaknya menatap seorang dosen pada umumnya. Haidar yang memperhatikan tingkah laku Kalila sedari tadi tersenyum simpul.

Sedangkan lelaki yang berada disamping Ustadz Alhasan itu terus-terusan memandangi wajah Kalila, bertanya-tanya mengapa gadis cantik itu, bisa berada di masjid Al-Ikhlas?

Namun Qiyas, kini menangkap tatapan Kalila yang sedang memperhatikan Haidar, "Kenapa, Kalila menatap mas Haidar?" tanyanya di dalam hati.

Ustadz Alhasan pun tersenyum lalu kembali melakukan hal yang sama dilakukannya kepada Haidar barusan, "Sedangkan, lelaki yang berada disamping saya ini adalah anak kandung saya. Namanya Qiyas, dia juga pindahan dari Kairo dan mengambil Jurusan Bhs. Arab disini" ucapnya menjedah.

"Namun, karena nak Haidar sudah menyelesaikan S2-nya disana, jadi Qiyas memutuskan untuk pulang bersama Haidar kemari karena tidak mau tinggal sendirian disana. Alhamdulillah, saat ini Qiyas dalam penyelesaian untuk wisudanya" jelasnya membuat semua orang mengangguk.

Tatapan Inayah memandang Qiyas kini menjadi-jadi sedangkan Kalila, Ia hanya fokus melihat kearah Ustadz Alhasan hingga kini Ustadz Alhasan memulai menyampaikan tausiyahnya yang kali ini bertemakan, "Jodoh dan Kematian".

Semua orang yang berada disana pun tampak dibuat begitu fokusnya mendengarkan semua penjelasan yang terkeluarkan dari mulut Ustadz Alhasan yang sangat fasih dalam menyampaikan tausiyahnya. Semua sangkut paut mengenai "Jodoh dan Kematian" pun semuanya terucapkan tanpa tidak melupakan menyangkut pautkannya dengan beberapa ayat Al-Qur'an dan juga hadist.

Hingga Ustadz Alhasan kini tersenyum menatap kearah Kalila, "Kalila" panggilnya dengan lembut.

Kalila mendengar namanya disebut oleh Ustadz Alhasan pun seketika mengangguk, "Iya Ustadz" jawab Kalila membuat Ustadz Alhasan mengangguk.

"Jika nak Kalila, dihadapkan dengan perihal antara bertemu jodoh atau kematian, manakah yang akan nak Kalila pilih?" tanya Ustadz Alhasan.

Tatapan serius menyelimuti kedua lelaki itu, Qiyas dan Haidar menatap lekat wajah Kalila yang kini tampak berpikir atas pertanyaan Ustadz Alhasan.

Kalila kini tersenyum, "Jika kita disuruh memilih salah satu antara kedua perihal tersebut, antara jodoh dan kematian. Pasti, semua diantara kita disini akan menjawab jodoh dan tidak akan ada yang akan memilih kematian. Iya bukan?" Kalila pun mengedarkan pandangannya menatap semua orang yang ada disana yang terlihat sudah mengangguk.

Dan Kalila pun ikut mengangguk, "Iya, saya juga seperti itu. Kita semua adalah manusia biasa jadi wajar saja bila kita takut akan kematian dan pasti sangat menginginkan pertemuan dengan yang namanya jodoh. Namun, jika kita melihat dari segi abstrak dari kedua perihal tersebut. Antara, kematian dan jodoh? Ada baiknya, apabila kita memilih kematian, karena kenapa?" lagi-lagi Kalila menjedah dan mengedarkan pandangannya menatap semua orang yang kini tampak begitu serius menatapnya.

"Iya, karena dengan kita memilih kematian. Itu berarti, kita sudah siap sediah akan segalanya. Iya, dan pastinya kita sudah meyakini jikalau amal kebaikan kita sudah bisa menjamin kita masuk surga atau paling tidak kita akan akan memperbaiki dan mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya lagi untuk lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya".

Kalila kini tertawa kecil, "Hehehe, itu memang jawaban yang terdengar sangat konyol, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa jikalau kematian lebih mendahului jodoh kita datang. Untuk apa, kita terlebih dahulu memperbaiki diri untuk menemui jodoh kalo kita sendiri tidak tahu dari kedua perihal itu siapa yang akan mendatangangi kita terlebih dahulu. Apakah Jodoh? ataukah kematian?" Kalila seperti dihari biasanya selalu membuat semua orang takjub akan jawabannya.

Lagi-lagi Kalila tersenyum, "Jadi, Aku Kalila, in sya Allah memilih kematian Ustadz" jelasnya membuat tatapan tajam kembali tertujuh kearah wanita cantik itu namun berbeda halnya dengan Ustadz Alhasan yang saat ini tersenyum seraya mengangguk pelan kepalanya saat mendengar keputusan bijak dari Kalila yang lebih memilih kematian itu.

Ustadz Alhasan tersenyum, "Jawaban yang sangat bagus, nak Kalila ini memang begitu bijak dalam segala hal" pujinya masih melihat Kalila.

Dan kini Ustadz Alhasan kembali menatap semuanya, "Memang benar, apa yang dikatakan Kalila. Sebaiknya, kita lebih mementingkan menemui kematian kita terlebih dahulu daripada harus terfokuskan memperbaiki diri untuk bertemu jodoh yang bisa saja membuat kita menyesal dikemudian hari" jelas Ustadz Alhasan kini menutup tausiyahnya di malam hari ini membuat para kaum Adam kini beranjak berdiri menyalami tangan beliau.

...********...

Kalila dan Inayah sudah melangkah keluar dari masjid Al-Ikhlas, dari belakang mereka tampak 2 orang lelaki sedang kearahnya.

"Kalila" panggil kedua lelaki itu bersamaan membuat Kalila dan Inayah kini memberhentikan langkahnya lalu berbalik kearah sumber suara tersebut.

Kedua lelaki itu pun tiba dihadapannya, "Ada apa yah mas?" tanyanya dibuat heran melihat kedua lelaki itu bergantian.

Kedua lelaki itu pun saling menatap antar satu sama lainnya, kemudian kembali menatap fokus Kalila. "Tidak jadi" seru mereka kompak.

Kalila pun mengangguk, "Oh gitu, iya sudah. Kalila pulang ya mas" pamit Kalila tersenyum namun kini Ustadz Alhasan datang menghampiri mereka bersama Abdar.

"Assalamualaikum" ucap Ustadz Alhasan.

Semua tersenyum kearah Ustadz Alhasan. "Waa'alaikumsalam" jawab mereka semua.

Ustadz Alhasan menatap Kalila, "Nak Kalila, apa besok sore sibuk?" tanyanya yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Kalila.

"Tidak Ustadz" jawabnya tersenyum.

"Baguslah nak, kalo begitu nak Kalila bisa tidak, besok datang ke rumah?" tanya Ustadz Alhasan lagi.

Kalila sontak mengangguk, "In sya Allah, Kalila bisa. Memangnya ada apa ya Ustadz?" tanya Kalila balik.

"Di rumah besok ada pengajian dan Umi Marwah menyuruh Ustadz untuk menyampaikan ini kepada Kalila untuk datang kesana" jelas Ustadz Alhasan membuat Kalila tersenyum.

"Baiklah Ustadz, in sya Allah besok Kalila akan usahakan untuk hadir diacara pengajian Ustadz" balasnya sembari mengangguk.

"Oh iya, kata Umi sekalian ajak nak Aisyah dan nak Adila juga yah" kata Ustadz Alhasan lagi.

Dan lagi-lagi Kalila tersenyum seraya menganggguk, "Baik Ustadz, nanti saya akan menyampaikan ini bila sudah tiba di kos".

Inayah mendengar itu cemberut, "Inayah tidak diajak yah Ustadz?" tanya Inayah yang berharap, bisa diajak juga kesana.

Ustadz Alhasan lalu tersenyum, "Nak Inayah juga kok" ucapnya yang memang sengaja melupakan Inayah.

Seulah senyuman kini terpancarkan dari raut wajah Inayah dan Kalila setelah mendengar undangan itu.

Kalila pun mengangguk, "Kalau begitu, Kalila dan Inayah permisi dulu yah Ustadz, mas Haidar, mas Qiyas, mas Haidar. Wassalamu'alaikum" pamit Kalila yang diangguki semuanya.

"Waa'alaikumsalam" jawabnya kompak.

"Hati-hati, jaga diri Kalila baik-baik" ucap Haidar tersenyum sebelum Kalila benar-benar pergi dan semua orang pun melihat kearahnya yang kini telah diangguki oleh Kalila.

Kalila dan Inayah pun kembali melanjutkan perjalanannya namun mata Qiyas dan Haidar masih memperhatikannya Kalila hingga masuk ke dalam kosnya.

Qiyas tersenyum simpul seraya mengangguk, matanya masih jelas menatap kepergian Kalila dan hatinya semakin dibuat karuan akan kehadiran Kalila di masjid Al-Ikhlas ini.

"Oh, jadi Kalila tinggal disana, pantas saja bila dia datang di masjid Al-Ikhlas ini dan sudah saling mengenal sama Abah dan Umi" ucap Qiyas dalam hatinya.

*

*

*

!!Bersambung!!

Terpopuler

Comments

Ade Yayuk

Ade Yayuk

Jejak like

2021-02-14

1

IM Lebelan

IM Lebelan

Terima kasih..Maaf baru nongol lagi..salam semangat berkarya 🤗😍

2021-02-11

1

Lien machan

Lien machan

nyicil pe sini dulu kak

2021-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!