Darren masih terlalu fokus dengan gadis cantik yang ada di depannya.
Ehem...ehem....
Suara deheman bu Alin membuyarkan lamunan Darren, segera dia mengalihkan pandangannya. Sejurus kemudian Pak Faisal membuka suara.
"Nak Darren ini putri om, Kanaya. Mungkin kalian sudah tidak asing lagi bahkan saling kenal tapi tidak tahu bukan begitu kan."
"Iya om, Darren mengajar makul di kelas Naya jadi sedikit banyak kita sudah saling mengenal."
"Oh ya... wah syukurlah, mulai sekarang kalian harus lebih akrab lagi." Timpal Pak Dahlan senang
Akrab sama dia? yang benar saja om, manusia dingin dan lempeng kaya gitu. Heh benar-benar acting yang mumpuni bisa-bisanya dia bersikap lembut dan manis, kemana Dosen killer selama ini yang Naya kenal, gue yakin ini Dosen pasti sebel setengah mati sama gue.
Naya tenggelam dalam pemikiranya sendiri sementara dua keluarga itu asik bercengkrama, ngobrol ini itu sampai pada akhirnya Pak Dahlan mengutarakan maksud kedatangannya.
"Syal, mungkin maksud kedatangan kami kesini kalian sudah tahu tapi untuk memastikan hubungan ini lebih serius saya mewakili anak saya Darren berniat melamar Kanaya untuk menjadi istri Darren, bukankah begitu nak?" Darren hanya tersenyum dan mengangguk.
Jedeer....
Jedeer...
Bagai tersambar petir di siang bolong, Kanaya langsung lemes mendengar penuturan Pak Dahlan, wajahnya terlihat pucat walaupun sebenarnya dia ingin berkata tidak namun entah mengapa mulutnya bagai terkunci hanya senyum pahit yang bisa dia suguhkan.
"Alhamdulillah, saya selaku wali dari putri saya Kanaya, menerima dengan senang dan tangan terbuka. iya kan sayang?" Pak Faisyal menganggukan kepalanya meminta persetujuan Naya.
Papa ini apa-apaan sih, bukannya dia bilang hanya perkenalan dulu, kok malah jadi lamaran gimana nih? ingin rasanya aku berontak dan menangis, aku benci Papa.
Naya hanya mengangguk, dia tidak ingin membuat orang tuanya kecewa, namun dia sudah tidak tahan dan ingin berlama-lama disini rasanya sangat menyebalkan. Bu Ayu seperti menangkap kegelisahan putrinya namun dia berusaha menenangkan dan terus menahan tangannya supaya tetap diam.
Bu Alin mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya.
"Ren ini sematkan di jari Kanaya, sebagai simbolis bahwa kamu sudah mengikatnya." Bu Alin menyodorkan kotak kecil berwarna biru walaupun belum di buka semua orang juga sudah pasti tahu isinya.
Darren pun sempat terkejut dengan aksi mamanya, dia tidak menyangka kalau pertemuan ini sekaligus pertunangan. Dia seperti ragu, mengingat Naya sudah punya kekasih di kampusnya bahkan menurut kabar yang beredar Riko dan Naya pasangan yang sangat ideal.
"Ren tunggu apa lagi, ayo sematkan cincinya."
"Eh iya Ma." Darren menatap wajah cantik Naya yang sepertinya gadis itu sangat tidak menyukainya namun Darren tidak begitu peduli dia memasangkan cincin di jari manis Kanaya setelah Bu Ayu meraih tangan putrinya untuk menjulurkan tanganya.
Jlep
Tunangan sama dia, duh gusti... ini benar-benar gila.
Naya masih mematung tak percaya. Sejurus kemudian lenganya di senggol bu Ayu untuk menjernihkan pikiranya.
"Sayang, ayo gantian sekarang kamu pasangkan cincin ini di tangan nak Darren."
"Eh iya Ma." Naya melakukanya dengan kilat.
"Nah sekarang kalian sudah resmi bertunangan, walaupun acaranya cukup sederhana dan hanya keluarga inti tapi om janji akan mengadakan pesta pernikahan yang meriah, mungkin dalam waktu dekat kita akan kembali kesini lagi untuk membahasnya." Pak Dahlan menuturkan keinginannya agar sesegera mungkin mereka menikah.
"Ma, Naya ke dalam sebentar ya mau ke belakang." Naya benar-benar sudah tidak tahan lagi dia pamit untuk meninggalkan ruang tamu. Naya duduk di halaman belakang rumah, termenung pandanganya nanar dan tanpa terasa butiran bening itu mulai menetes di pipinya. Bahkan dia berusaha melepas cincin yang baru saja di sematkan Darren namun cukup sulit.
"Sialan, kenapa bisa pas begini." Umpatnya yang tanpa sengaja terdengar oleh seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.
Sepeninggalan Naya dari ruang tamu, Darren juga pamit ke belakang, seperti mengerti perasaan Naya dia sengaja mengikuti gadis itu dan ternyata menuju halaman belakang rumah.
"Susah ya? Mama sungguh pintar memilih dia bisa tahu ukuran jari manis kamu." Naya terkesiap dengan segera memandang arah sumber suara itu.
"Kenapa Bapak disini, aku lagi pingin sendiri sana pergi." Usirnya dengan nada ketus.
"Ya, ya... aku juga tidak suka dengan perjodohan ini, jangan khawatir pernikahan kita tidak akan pernah terjadi."
"Benarkah?" Naya berdiri dengan antusias dengan segera dia mengelap pipinya yang basah karena air mata tadi.
"Apa Bapak juga sudah punya pilihan sendiri? terus kenapa Bapak mau ke sini?"
"Orang tuaku terus memaksa jadi terpaksa aku mengikutinya."
"Kamu juga kenapa dandan seperti ini, sepertinya kamu sangat bersemangat dengan acara ini." Goda Darren yang tanpa sengaja membuat tawa kecil di bibir Naya.
"Haha... sialan, Bapak jangan sembarangan menuduh ini murni keinginan Mama, mana nyaman aku berdandan kaya gini sungguh merepotkan."
"Hemm, aku percaya mengingat penampilanmu yang selalu berantakan di kampus."
"Bapak ini mengejek ya... mau aku timpuk lagi pakai sepatu." Naya sudah bersiap-siap melepas sepatunya.
"Ckckckck.... eh jangan, cantik-cantik galak." Tanpa sengaja tawa Darren terdengar oleh Bu Ayu dan Bu Alin yang hendak menyusulnya karena harus segera pamit pulang.
"Wah.. wah.. sepertinya sudah akrab aja, Mama senang dengernya kalian pasangan yang sangat serasi, iya nggak jeng." Kata Bu Alin senang.
Darren dan Naya hanya terdiam sepertinya Mama sudah salah paham dengan tingkah mereka.
"Ayo makan dulu sudah di siapin bi Sumi." Ajak Bu Ayu seraya menghampiri ke dua anak itu.
Darren dan Naya mengikuti langkah Mamanya yang berjalan menuju ruang makan, disana sudah ada pak Faisal dan Pak Dahlan yang menunggu duduk di kursi.
"Ayo mari silahkan." Bu Ayu dan Pak Faisyal kompak mempersilahkan. Acara makan berjalan dengan hangat ke dua keluarga nampak sesekali ngobrol di sela-sela makanya, berbeda dengan Darren dan Naya yang hanya diam dan fokus dengan isi piring masing-masing. Setelah acara makan selesai keluarga Darren pamit pulang diiringi wajah senang Naya.
Pulang kek dari tadi, itu membuatku lebih nyaman. Haha... setidaknya Dosen itu juga tidak menginginkan perjodohan ini jadi hanya perlu waktu menjelaskan semuanya kepada orang tua masing-masing. Gumam Naya dalam hati seraya menampilkan senyum di kala Bu Alin berpamitan.
"Kita pamit ya jeng, mungkin dalam waktu dekat ini kita akan kesini lagi membahas pernikahan anak kita." Pamit Bu Alin senang mereka bersalaman dan cipika-cipiki, Naya juga tak luput dari kelakuanya. Bu Alin mendaratkan ciuman sayang di kening kanaya dan beranjak memasuki mobil.
"Iya jeng hati-hati." Setelah mobil keluarga Pak Dahlan hilang dari pandangannya mereka sekeluarga masuk kerumah. Naya pamit ke kamarnya, sementara Bu Alin membereskan gelas dan piring kotor sisa makan tadi untuk di bawa ke belakang karena bik Sumi sudah pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ok aku tunggu kamu menepati janji kamu,Setelah ini jangan banyak alasan kalo pernikahan harus tetap berlangsung..
2025-03-11
1
Qaisaa Nazarudin
Naru tunangan kan, Belom Nikah juga Nay,Suami isteri aja bisa cerai kalo gak cocok,Apalagi ini kan baru tunangan,Santuy kali..😂
2025-03-11
0
Arik Kristinawati
moga2 Riko tdk sebaik itu.....biar dia yg myalahi hubungan dg Naya....agar ksih tggalnya gak tllu sedih
2023-06-17
1