Setelah sampai di rumah sakit Darren langsung menuju kamar inap papanya.
"Assalamu'alaikum... Ma, gimana keadaan papa." Seraya mencium punggung tangan mama Alin yang sedang duduk di sofa dan menghampiri ranjang papanya.
"Seperti yang kamu lihat sayang, papa ngedrop, mungkin kecapean karena akhir-akhir ini terlalu sibuk di kantor."
"Kasian Papa." Pak Dahlan membuka matanya dan melihat putra kesayangan nya sudah duduk di tepian ranjang.
"Kamu di sini nak, emang nggak ngajar?"
"Darren sempatkan ke sini dong pa, kan papa sakit, Darren izin hari ini pa."
"Nak, sebenarnya ada yang mau papa omongin."
"Ngomong apa sih Pa, ngomong aja."
"Papa dan mama sudah tidak lagi muda, papa juga sudah sakit-sakitan, papa pingin melihat kamu menikah."
"Iya pa, Darren tahu tapi masalahnya Darren belum menemukan gadis yang tepat."
"Masalah gadis yang tepat kamu tidak usah khawatir, Papa dan mama sudah punya pilihan untukmu."
"Gadis pilihan? Maksud papa di jodohkan?"
"Iya nak, Mama dan Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa, itu lho Pak Faisal, kamu ingat nggak dulu waktu kamu masih kecil beliau sering main ke rumah," timpal bu Alin menjelaskan.
"Ooh Pak Faisal ya Pa, iya Darren ingat terakhir ketemu pas Darren masih kuliah udah lumayan lama sih pa."
"Gimana? Kamu mau kan menikah dengan anaknya Pak Faisal." Uhuk... uhuk.... sambil terbatuk-batuk Pak Dahlan menjelaskan.
"Darren pikir-pikir dulu Ma, Pa."
"Ayolah sayang, kamu sudah tidak lagi muda dan juga sudah mapan, dia gadis yang baik, mama tahu betul Pak Faisal mendidik putrinya dengan sangat baik."
"Iya Ma, terserah Mama sama Papa aja."
"Nah gitu dong, Papa seneng dengernya."
"Iya Pa, Papa istirahatlah biar cepet pulih." Pak Dahlan tersenyum lega dia melanjutkan istirahatnya.
Flashback
Satu hari sebelum Pak Dahlan jatuh sakit, beliau Bertelphonan dengan sahabat lamanya, Pak Faisal, mereka saling bertanya kabar satu sama lain, sampai pada akhirnya mereka membuat kesepakatan untuk menjodohkan anaknya masing-masing.
.............
Sementara di tempat lain Naya yang terjebak jam kosong bingung tidak ngapa-ngapain, akhirnya memutuskan pergi ke perpustakaan.
drt... drt....
Naya mengambil handphone dari saku celananya karena bergetar, sebuah panggilan masuk dari papa nya.
"Papa tumben telfon jam segini." Tanpa pikir panjang Naya segera menggeser tombol hijau di layar telphonya.
"Assalamu'alaikum pa, iya kenapa."
"Kamu masih kuliah ya? Papa dan mama sudah di depan kost kamu."
"Papa sama Mama datang, kok nggak bilang-bilang sih, iya pa Naya masih di kampus bentar lagi Naya pulang."
"Nggak Papa sayang, papa rencananya akan menjenguk sahabat Papa di rumah sakit, nanti Papa kesini lagi aja sebelum pulang."
"Ooh ya udah kalau gitu. Assalamualaikum!" Sambungan telfon ditutup dan Naya melanjutkan memilih buku bacaan di perpus. Sekitar satu jam Naya di perpustakaan perutnya terasa lapar dan memutuskan ke kantin.
"Huhf ... nggak seru nih nggak ada Vivi dan Ana," gerutu Naya dalam hati. Sesampainya di kantin Naya memesan jus dan mie goreng. Baru beberapa suap Naya makan, terlihat Riko and the geng menghampirinya.
"Nay, tumben sendiri, bebeb sama Ana mana?" tanya Alex clingukan, yang diangguki Dimas dan Riko sama penasarannya.
"Mereka nggak masuk, hari ini Dosennya nggak datang, aku udah kadung ke sini ya wes nikmati aja."
"Yah... padahal gue pingin lihat bebeb Vivi yang imut."
"Samperin aja ke rumahnya, ribet bener lu lex."
"Gue habis ini masih ada kelas, nanti deh boleh habis dari kampus."
"Jalan aja yuk Nay, gue temenin dari pada sendirian," ajak Riko.
"Rame gini kale... lagian kan bukanya habis ini kamu masih ada pelajaran."
"Iya sih." Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jangan bilang kalau lo mau bolos," sahut Alex memastikan.
"Pengennya sih, tapi Naya nya aja nggak mau."
"Sudah sana masuk kelas keburu dimulai jamnya." Alex dan Dimas sudah berdiri dan beranjak, namun menyaksikan Riko yang masih setia duduk dan enggan pergi dari hadapan Naya.
"Rik, ayo...!" teriak Dimas, namun tak ada jawaban Dimas pun mendekat dan menggeret tangan Riko. Yang digeret masih fokus melihat Naya dan Naya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku bocah-bocah itu.
Sementara di rumah sakit, bu Alin dan Darren sedang duduk di sofa seraya memainkan ponselnya. Namun, Darren terasa lapar dan izin keluar untuk mencari makan, dari tadi pagi belum sarapan.
Tok...
Tok...
Tok...
Suara pintu terdengar dari arah luar, dua orang tua paruh baya menyembul masuk ke dalam ruangan setelah mengucapkan salam.
"Hai bu Ayu, monggo." Mereka berjabat tangan dan cipika cipiki. Sementara Pak Faisal langsung berhambur ke tepian ranjang tempat sahabatnya berbaring.
"Gimana kabarmu Lan, apa yang dirasakan."
"Alhamdulillah sudah membaik, mungkin besok sudah boleh pulang."
"Syukurlah, saya senang dengernya."
"Bu Ayu gimana kabarnya, tambah cantik aja," timpal bu Alin.
"Alhamdulillah kami sehat." Senyum mengembang diantara mereka.
"Jadi gimana Sal, tentang rencana kita untuk anak-anak kita."
"Saya baru akan mengunjungi putriku habis ini, tapi insya Allah dia mau, kamu tak perlu khawatir."
"Oh ya, dia tinggal di mana?"
"Dia ngekos diarea kampusnya, biar lebih dekat dari pada bolak-balik jauh kasian capek."
"Oh iya iya."
ceklek
"Assalamualaikum..!" Pintu kamar terbuka setelah Darren mengucap salam. Semua orang di ruangan memandang Darren yang baru aja datang.
"Waalaikum salam." Kompak dijawab orang di sana.
"Eh ada tamu, Darren menghampiri dan menjabat tangan mereka dengan sopan."
"Darren ya, ini pasti Darren, apa kabar nak kamu sudah dewasa, makin ganteng aja."
"Iya Om, saya Darren, Om Faisal kan."
"Iya, syukurlah kamu masih ingat, kamu tidak ke kantor."
"Ee... hari ini Daren izin Om, pingin jagain papa."
"Senangnya punya anak yang perhatian."
"Dia mengajar di kampus U, untuk urusan kantor dia membantunya selagi tidak datang ke kampus, namun sepertinya setelah ini aku mau pensiun, jadi kamu bakalan lebih sibuk Darren, pandai-pandailah mengatur waktu."
"Iya pa, Darren ngerti."
"Eh ngomong-ngomong kamu mengajar di kampus U? Putri Om juga kuliah di sana."
"Oh ya Om, mungkin dia salah satu mahasiswa saya."
"Iya Darren, anak Faisal ini kuliah di sana mungkin kalian sering ketemu bahkan mungkin sudah saling kenal malah."
"Mahasiswa nya banyak Pa, iya Pa mungkin." Darren tersenyum.
"Ya sudah kamu baik-baik ya cepet sembuh, nanti kita obrolin lagi rencana kita, kita pamit dulu nanti berkabar saja lewat telfon," pamit Pak Faisal undur diri.
"Iya, terimakasih sudah menjenguk mungkin lusa aku akan berkunjung ke rumahmu."
"Iya kami tunggu." Pak Faisal dan bu Ayu berpamitan dan meninggalkan ruangan. Sementara di ruang itu bu Alin sedang mengupas buah untuk Pak Dahlan dan Darren pamit pulang duluan karena hari sudah sore.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Arie Chrisdiana
di bab sblmnya manggilnya ayah sm ibu kok di bab ini jd mama sm papa, mana yg bnr thor....
2023-05-21
2
gia nasgia
Next
2023-03-22
1
Sri Widjiastuti
ibu apa mama sihhh??
2022-12-22
1