"Pagi mbak Naya cantik, tumben hari ini nggak telat lagi," sapa pak Idoy antusias, emang sejak kejadian di Koridor kampus Pak Idoy jadi aneh.
"Pagi Pak," jawab Naya dengan senyuman renyah.
"Ya elah pagi-pagi udah nongol aja ni si jones apa nggak ada apa ya ... yang nyapa gue mudaan dikit gitu kan jadi sepet mata ini, mana banyak yang lihat lagi apa nggak heboh ini seantero jagat raya gosipin gue. Apes bener mana Ola si ratu gosip lihat lagi tamat riwayat gue. Bakal jadi viral dan trending topik jagat raya perkampusan," gumam Naya lirih.
Tak digubris semua orang yang memandangnya. Naya tetep melangkah cantik memasuki ruang kelas. Naya memasuki kelas lalu berhambur ke arah Ana dan Vivi yang sudah duluan sampai dan sedang duduk manis menunggu Dosen.
"Eh lo geseran dong, pindah tempat gue pengen duduk sini deketan sohib gue," usir Naya pada Tomi yang langsung diangguki karena bakalan ribet kalau nggak ngalah sama trio gesrek.
"Apaan sih Nay, makanya kalau mau milih tempat duduk berangkatnya lebih pagian," protes Tomi berdecak kesal.
"Berisik lo Tom kaya emak-emak."
Baru beberapa detik Naya menjatuhkan bokongnya di kursi, Dosen sudah datang dan bersiap memulai pelajaran. Kurang lebih satu setengah jam mereka mengikuti pelajaran dengan hikmad.
"Alhamdulillah akhirnya kelar juga jam pertama. Eh gue ke ruang Dosen bentar ya ngumpulin tugas ke Pak Darren yang kemarin ketinggalan." Kanaya mengetuk pintu ruang Dosen dan di sana sudah ada Pak Darren menunggu.
"Permisi Pak?" sapa Naya yang hanya di sambut dengan pandangan tajam Pak Darren.
"Duh yang nungguin daku, matanya mandangin gue mulu jadi salting nih, sampai lupa tujuan gue kesini apa," gumam Naya dalam hati.
"Nay ngapain bengong, mana tugasnya?!"
"Eh iya Pak ini." Naya menyodorkan lembaran kertas kehadapan Pak Darren.
Duh... ini Dosen lempeng amat sih nggak ada basa- basinya sama sekali, eits lho lho kox malah liatin gue mulu jangan bilang kalau lo naksir ya. ckkck....
"Ehmm ... ngapain kamu masih berdiri di situ, cengengesan lagi kalau sudah tidak ada kepentingan sana keluar," usir Pak Darren Ketus melihat Naya yang masih berdiri mematung di depan meja Pak Darren dengan imajinasi di otaknya.
"Ya sudah Pak saya permisi." Seraya berlalu meninggalkan ruang Dosen.
"Ish...dasar dosen killer, judes amat sih tu muka, nggak ada manis-manisya padahal kan gue udah bersikap selembut mungkin di hadapannya. Awas aja ya, gue sumpahin lo dapat jodoh cewek yang cerewet, gaje, ceroboh dan nyebelin. haha.... eh tapi tunggu dulu itu kan gue ralat ralat nggak jadi, duh...gimana nih gue ralat ya. Tuhan ampuni daku," gerutu Naya seraya berjalan ke kantin tempat Vivi dan Ana menunggu.
Naya yang baru saja sampai di kantin langsung menggeret kursi dan duduk di sebelah Ana, dia terlihat bingung dan banyak berpikir. "Lo kenapa Nay, kusut bener tuh muka," tanya Vivi heran melihat keanehan diri sohibnya.
"Eh, Vi, An, lo mulai hari ini ingetin gue ya, kudu bersikap lembut dan imut, jangan lupa lo sering-sering ingetin gue." Mengingat sumpah serapahnya sendiri ketakutan.
"Hahaha ....!"
Tawa Vivi dan Ana bebarengan. "Kesambet kunti lo, sejak kapan lo bisa bersikap imut, gue nggak yakin," ledek Vivi
"Gue juga nggak yakin. Haha..." timpal Ana seraya memandang wajah Naya aneh.
"Ye emang nggak boleh orang berubah," sungut Naya tak mau kalah.
"Habis ngampus jalan yuk ... gue bawa mobil, kita ke mall gimana? pinta Ana menawarkan.
"Boleh, gue juga nggak ada acara, lo gimana Nay?"
"Gue lagi bokek, belum ditransfer ama nyokap tapi kalau di traktir sih gue mau. ckckck..."
"Emang dasar lo ya ... pengennya yang gratisan mulu. Oke deh siap nggak ada lo nggak asik, tapi ingat harus tau diri jangan kalap kalau lihat barang-barang."
"Shiap boskuh ...." Ana emang yang paling tajir diantara mereka bertiga bahkan sering dia beliin sesuatu buat Naya dan Vivi, ATM-nya tak pernah kosong tapi sayang sering banget diabaikan orang tuanya karena terlalu sibuk maka tak jarang Naya dan Vivi pun menginap di tempat Ana.
"Eh masuk kelas yuk, pelajaran ke dua hampir mulai nih," ajak Naya kepada temen-temenya. Mereka meninggalkan kantin setelah membayar makanannya.
Setelah hampir satu setengah jam berjibaku dengan pelajaran, akhirnya kelar juga hari ini. Naya, Vivi, dan Ana melenggang pergi dari kelas dengan wajah sumringah.
"Motor gue gimana An, masa gue tinggal di kampus."
"Iya juga sih." Naya berpikir seraya melihat-lihat sekitar dan tara.... ide itu langsung muncul tatkala melihat Tomi.
"Tom ...!"
Naya melambaikan tangannya ke udara memanggil Tomi, yang di panggil langsung menghampiri.
"Apa Nay?"
"Minta tolong boleh nggak."
"Boleh, asal jangan yang macem-macem."
"Bawain motor Vivi pulang," titah Naya tanpa basa-basi.
"lho emang kalian mau kemana?"
"Kepo lo..." jawab Naya, Ana, dan Vivi kompak. Vivi pun melempar kunci motor kearah Tomi dan langsung ditangkap dengan wajah yang masih bingung.
"Ini Tom satu lagi, pasti lo seneng." Naya memberi uang lembar kertas dua puluh ribuan. "Buat ongkos balik, cukup kan?"
Tomi masih berdiri di posisi semula, diam dan hanya mengangguk. "Pinter lo Nay, thanks ya."
"Ganti rugi." Tersenyum kecut.
"Ah pelit lo Nay, cuma dua puluh ribu juga," gerutu Vivi
"Ckckck.... iya iya." Baru saja Naya membuka pintu mobil Riko datang menawarkan pulang bareng.
"Nay bareng gue aja."
"Mmm.. sorry Ko, lain kali aja gue mau jalan bareng Vivi dan Ana."
"Mau kemana sih boleh ikut nggak." Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya memandang ke arah Vivi dan Ana.
"Kita mau nyalon, yakin lo mau ikut," jawab Ana sedikit berbohong. "Lama lho bisa berjam-jam." Riko pun terdiam menimang-nimang perkataan Ana, dia teringat ketika mengantar mamanya ke salon lama dan membuatnya bete.
"Nggak jadi ah, gue mendadak ada acara lain." Seraya berlalu dari hadapan Naya yang diikuti gelak tawa mereka bertiga setelah memasuki mobil.
"Hahaha.... aduh-aduh perut gue sakit, sumpah ya lihat muka Riko kasian banget, tuh anak kayaknya punya pengalaman kagak mengenakan deh tentang salon." Haha... tawa Vivi sekali lagi.
Dua puluh lima menit perjalanan akhirnya sampai juga, Ana memarkirkan mobil di basemen mall dan mereka melenggang masuk memilih barang yang dibutuhkan. Ana belanja lumayan banyak, sementara Vivi membeli sepatu baru dan Naya cuma beli satu buku bacaan. Setelah lelah berjalan mondar-mandir mereka pun terasa lapar dan mampir ke food court untuk mengisi perut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
gia nasgia
Otor aku penasaran itu Darren turunan bule🤔
2023-03-22
0
susi 2020
😍😍😍🥰
2023-02-14
0
susi 2020
🤩🤩🙄😔🥰
2023-02-14
0