Kanaya berjalan gontai keluar dari gerbang kampus, dia segera mengambil ponsel pintarnya dari dalam sakunya untuk menghubungi Dion. Lima menit sepuluh menit lima belas menit. Naya mulai terlihat gusar dan sesekali melirik jam di tangannya terus bergulir. Dia memutuskan sambil berjalan untuk menghindari kejenuhannya, pandangannya mengedar tepat dimana kakinya melangkah simpul tali sepatunya terlepas dengan sedikit malas dia membungkukkan badannya untuk mengikat tali sepatunya dengan benar.
Byak.....
Suara cebikan air mendarat di bagian tubuh Naya, sontak wanita itu reflek berdiri dan memeriksa bajunya.
"Astagfirullahaladzim....!!! Woy berhenti!! Benar-benar ya mobil sialan." Naya terperanjat kaget, dua bola matanya membulat sempurna memandang tajam ke arah mobil yang baru saja melintas di depanya. Tanpa pikir panjang Naya langsung melonggarkan kembali tali sepatunya dan melayangkanya ke arah mobil yang tiba-tiba berhenti.
Duk.....
Sepatu Kanan Naya mendarat sempurna tepat di jidat laki-laki yang baru saja turun dari mobilnya. Seraya menggerutu Naya mengelap kembali baju yang terkena cipratan air dengan tisu yang baru saja dia ambil dari dalam tasnya. Tidak memperhatikan betul lemparan sepatunya, Naya tetap fokus mengibas-ibaskan tisunya di kemejanya yang kotor.
Aww....
Suara mengaduh jelas terdengar di ujung sana yang jaraknya sekitar sepuluh meter.
"Cewek sialan." Umpatnya sekali lagi seraya membanting sepatu yang baru saja mencium jidatnya. Baru saja Naya ingin memakinya pandangan mereka beradu sosok yang sangat dia kenal dan baru beberapa menit yang lalu dia berbincang-bincang. Ya laki-laki itu Pak Darren Dosen menyebalkan yang membuatnya selalu dalam masalah.
"Ba Pak Darren?" Ditengah terkejutanya Naya berusaha menahan emosi yang sempat menguasainya.
"Naya? dasar ceroboh, tidak sopan tadinya aku turun karena ingin meminta maaf, malah mendapat hadiah sepatu kurang ajar ini." Pak Darren menatap Naya tajam wajah kesal merah padam nampak memenuhi mukanya.
"Ma maaf Pak, tangan saya reflek dengan sendirinya, sekali lagi saya minta maaf."
Kenapa jadi dia yang marah, seharusnya gue dong yang marah bawa mobil nggak lihat genangan air main tlindes aja, kena ni baju gue lihat nih kotor.
Naya berusaha minta maaf, walaupun sebenarnya dia merasa tidak salah tapi tak apalah dari pada harus memperpanjang masalah dengan pak Dosennya. Tiba-tiba suara deru motor mengklaksonnya.
Thit....
Thit....
Naya terkesiap melihat Dion yang datang dengan menyodorkan helmnya.
"Ayo Nay cepat, maaf aku terlambat, lagi banyak orderan." Lagi-lagi Dion berkilah tanpa merasa berdosa, Naya sempat melihat Pak Darren sekilas dari posisinya semula tanpa pikir panjang Naya langsung memakai helm dan naik di bagian penumpang mengabaikan Pak Darren yang sepertinya masih ingin marah-marah.
"Cepet Yon, ngebut." Dion langsung menancap gasnya tanpa tahu sebenarnya apa yang telah terjadi. Sesampainya di pelataran kost Naya melihat mobil terparkir yang sepertinya dia kenal pemiliknya, dia segera turun menghampirinya.
"Pak Tejo? kok disi?"
"Eh mbak Naya sudah pulang, saya disuruh Bapak menjemput mbak Naya pulang."
"Lho kenapa Pak, pake acara di jemput segala mereka sehat kan?"
"Sehat mbak, sehat waalafiat, ayo cepat mbak beres-beres."
"Ini beneran sekarang Pak?"
"Iya, ayo mbak apa saja yang ingin di bawa biar saya bantu masukin ke mobil."
"Nggak ada Pak bentar saya lihat ke dalam sebentar." Naya masuk ke rumahnya sebentar selang beberapa menit kemudian keluar dengan tas ransel di tangannya.
"Ayo Pak." Naya duduk di depan di samping kemudi, sepanjang perjalanan dia tertidur badannya terasa sangat capek dan mengantuk.
Sementara Darren tak habis pikir dengan kelakuan Kanaya, sepertinya dia tidak kapok membuat masalah dengannya. Ya walaupun Darren sebenarnya juga salah dia sebenarnya ingin turun dari mobil dan meminta maaf tapi di luar dugaan yang ia dapat. Darren masih kesal sebelum akhirnya masuk ke mobil kembali, dia melirik sepatu sebelah Naya yang masih teronggok di jalan entah ada dorongan apa dia mengambilnya kembali dan melempar ke jok belakang.
"Sepatu sialan." Gumamnya seraya berlalu meninggalkan jalan itu.
***
"Mbak....mbak Naya bangun mbak sudah sampai." Pak Tejo menggoyang-goyangkan bahu Naya, dia mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat kemudian pandanganya mengedar ke depan tanpak rumah bercat putih dengan halaman yang sejuk penuh dengan bunga dan pepohonan hijau.
"Sudah sampai ya Pak." Naya turun dari mobil hari sudah petang. Pak Tejo membantu membawakan tasnya ke dalam sementara Naya sibuk mengotak atik ponselnya yang sepertinya low bat kehabisan batrai.
"Assalamu'alaikum.... " Pintu masuk langsung aku dorong ke dalam.
"Waalaikumsalam.... " Suara menggema saling bersautan bu Ayu setengah berlari menyambut ku, Naya langsung berhambur dan sesaat kemudian mencium punggung tangan ke dua orang tuanya.
"Sudah sampai sayang, mama sudah siapkan air hangat untuk mu cepat mandi, sholat dan makan, mama tunggu di meja makan."
"Iya ma, siap." Naya berlalu dan menuju kamarnya sebentar mengambil handuk sesaat kemudian keluar menuju kamar mandi yang ada di sebelah dapur. lima belas menit kemudian Naya sudah selesai bersih-bersih.
"Papa mana ma?" Naya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tak terlihat adik dan papanya berada.
"Masih di mushola dekat sini nak, Papa baru akan kembali setelah sholat isya." Jawabnya seraya menyiapkan makan malam.
"Gimana kuliah kamu nak lancar?" Selidik bu Ayu seraya menata makanan di atas meja makan sesaat kemudian pintu utama terlihat terbuka Pak Faisal dan adiknya masuk ke rumah.
"Mbak Naya..." Atta berhambur kearahnya.
"Hay... dari mushola ya, ganteng banget adikku sudah besar ya sekarang."
"Atta emang selalu ganteng mbak." Celotehnya membuat seisi rumah tertawa dan bersiap ke meja makan untuk makan malam. Di sela-sela makannya mereka ngobrol ringan di selingi canda tawa sampai akhirnya makanan tandas di piring masing-masing. Naya berdiri dan hendak kembali ke kamarnya namun tiba-tiba suara bariton mengurungkan niatnya.
"Nay, Papa mau bicara."
"Soal apa pa? kedengeran nya serius."
"Soal kamu nak, besok keluarga Pak Dahlan mau bersilaturahmi ke sini."
"Terus, apa hubungannya dengan Naya?" Selanya di tengah-tengah percakapan nya.
"Papa dan Pak Dahlan sudah berniat menjadikan keluarga kita lebih dari seorang sahabat."
"Maksudnya, Naya nggak ngerti Pa?"
"Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak beliau, kamu mau kan." Pak Faisal berbicara dengan hati-hati.
"Apa.... dijodohkan, ah papa seperti zaman siti Nurbaya saja." Naya masih coba cengengesan.
"Papa serius Nay, papa harap kamu tidak protes."
"Papa ini apa-apaan sih pa, Naya nggak mau di jodohkan." Seraya berdiri dari duduknya dan berlari kecil menuju kamarnya. Dia terdengar membanting pintu dan marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
gia nasgia
Naya mode ngambek
2024-12-03
0
gia nasgia
Naya kenali dulu dengan calon tunangan mu kurasa kamu pasti kaget 😂
2023-03-23
1
Fhebrie
awal perjodohan bucin di akhirnya.. hanya di dunia novel 😂
2022-11-21
0