Dua Minggu telah berlalu. Aku kini telah kembali lagi kepondok. Tepat satu jam sebelum adzan magrib aku telah memasuki pondok. Suasana sudah ramai kembali, dan asrama yang awalnya jadi gudang juga sudah bersih kembali.
"Assalamualaikum." Sapaku saat memasuki asrama yang telah lama aku tinggalkan. Aku datang membawa rasa sedih juga bahagia. Sedih karna pisah lagi dengan orang tua, dan akan menjalani rutinitas harian yang membosankan, karna selalu mengulang aktivitas yang sama. Dan bahagia juga bisa bertemu kawan yang sudah bagai saudara, karna makan tidur serta semua aktifitas dilakukan bersama.
"Waalaikum salam." Jawab semua santri yang hadir. Ada beberapa wajah baru disini. Dan semua masih duduk santai menikmati camilan yang dibawa dari rumah, meskipun suara dzikir alma'tsurot sudah terdengar dari masjid.
"Masih santai kali." Nggk seperti biasanya. Aturan biasanya kalo sudah terdengar suara dzikir langsung bersiap-siap untuk berangkat kemasjid.
"Duduk dulu lah. Masih suasana liburan ini, belum berlaku peraturan nya. Lagian belum adzan." Jawab seorang dengan tubuh kelebihan berat badan. Meskipun wajah baju tapi dia lumayan berani, bahkan sangat berani. Pasti bukan orang biasa ini.
Aku mendekati lemariku dan memasukkan baju dan barang bawaan yang tak seberapa. Ada sedikit perubahan dengan kamar yang aku tempati ini. Karna didepan pintu masuk ada tambahan sekat pembatas untuk kamar khusus. Sedangkan aku tak punya sahabat yang dibilang sangat dekat, jadi datang langsung mengurus diri, dan tak terlalu peduli dengan orang-orang yang lagi melepas kangen dengan sahabat dekatnya.
"Nggk siap-siap ke masjid ini? Bentar lagi adzan lo." Ternyata kamar khusus itu milik Ustdzah gadis. Karna Ustdzah Azizah yang keluar dari dalam kamar sudah memakai mukena siap untuk kemasjid, dan memperingatkan kami untuk berangkat.
"Belum adzan yuk." Jawab orang gemuk tadi. Kenapa dia panggil yuk? emang dia adiknya?
"Kamu ini. Seharusnya adzan kalian sudah disana biar nggk masbuk. sudah besar ngasih contoh yang nggk baik untuk adek-adeknya. Ayok semua kemasjid, kalo sampai tertinggal sholat nanti Ustazdah iqob(dihukum)." Marah Ustdzah Tanti yang baru keluar kamar juga, sudah lengkap dengan atribut sholat. Dia memang Ustdzah yang paling disegani.
"Ayok, nak. Bersiap-siap kemasjid." Uatadzah Azizah membubarkan kelompok yang lagi pada membagi cerita liburan masing-masing.
"Ayok-ayok." Suara ukhti Hanie yang baru masuk keasrama dengan wajah masih basah dengan air wudhu.
Akupun bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu setelah adzan magrib berkumandang. Isi tas yang belum selesai dipindahkan ke lemari ku hiarkan tetap ditas dulu, nanti malam masih ada waktu. Toh baru pulang liburan, jadi belum ada belajar malam bersama.Belum ada tugas yang perlu dikerjakan.
Ku lihat Al-iman ku sedikit berbeda. Kamar asrama lama kami yang kecil kini ditambah sedikit ruangan dibelakangnya, untuk kamar mandi dan dapur karna kini sudah menjadi tempat istirahat Ustdz Zein, berhubung rumah lamanya roboh tak bisa dipakai lagi. Bahkan puing-puing reruntuhan masih tetap ditempat tanpa dibersihkan. Dan dapur pun ditambah ruangan lagi untuk memperluas. Sedangkan tenda besar yang kulihat saat lebaran masih tetap berdiri kokoh ditempatnya. Meskipun sudah tak ditempati lagi.
Meskipun katanya peraturan belum dimulai, tapi kegiatan mengaji tetap berlangsung. Setelah sholat magrib kami duduk berkelompok untuk tilawah Al-Quran dan belajar untuk memperbaiki penerapan ilmu tajwid yang kurang benar.
"Gimana liburannya?" Tanya Ustdzah ummi setelah selesai tilawah bergilir, dan adzan isya belum berkumandang.
"Kurang lama dzah."
"Bosan, dirumah aja." Jawabku. Memang dirumah itu membosankan karna tak ada kegiatan yang menyenangkan. Tapi gimanapun juga dirumah tetap menjadi tempat ternyaman dan tetap betah meskipun hanya tiduran sepanjang hari.
"Luar biasa dzah. Mudik."
"Biasa aja dzah. Nggk ada yang istimewa."
Macam-macam jawaban nya. Aku yang menjawab bosan. Gimana nggk bosan coba? Biasanya disini banyak kawan dirumah cuma sendirian. Dan sebelum kepesantren aku sering main dengan mbk Ulfa, la sekarang dia sudah mulai aktif menggunakan hp. Selalu asik dengan benda pintar itu. Sedangkan aku belum diizinkan untuk memiliki, dan juga belum butuh. Dan yang pasti belum ada uang yang cukup untuk beli.
"Tilawahnya khatam berapa kali?" Tanyanya lagi.
"Satu .... Dua .... Tiga." Berbeda-beda jawaban. Sedangkan aku nggk khatam jadi nggk jawab. Aku tilawah Al-Qur'an cuma saat ikut tadarusan dimushola, tak ada tilawah mandiri.
"Yang lain?" Ternyata bukan cuma aku yang tak menjawab. Ada tiga anak yang tak ikut menjawab.
"Belum Dzah." Jawab kami serempak tanpa dikomando.
"Kenapa nggk khatam sama sekali? Apa kendalanya?" Ah seakan tidak khatam Al-Qur'an saat Romadhon menjadi masalah serius ini. Lagian aku dari dulu memang tak diajarkan untuk tilawah mandiri hingga khatam. Pernah khatam saat belajar mengaji aja.
Kami hanya diam tanpa menjawab. Hanya tersenyum malu-malu. Karna memang tak tau mau jawab apa.
"Dirumah itu banyak kegiatan dzah. " Jawab Lisya. Padahal tadi dia yang menjawab khatam dua kali lo. Kenapa dia bilang banyak kegiatan? Mungkin membantu menjawab.
"Iya Dzah. Ada bantu-bantu ibu masak, bersih-bersih rumah, dan kalo malam ada acara tarawih keliling." Ya tarawih keliling biasanya pindah-pindah musholla untuk sholat tarawih setiap malamnya. Dan sambil mengisi kultum dimushola yang ditempati itu, biasanya ada beberapa orang dalam satu rombongan.
"Kalo kegiatan semua pasti ada kegiatan lah." Seakan alasan tak diterima. Biasanya memang kami setelah mengaji diisi sharing atau curhat sambil menunggu adzan isya. Tapi tak ada larangan jika memilih keluar dari kumpulan jika ingin menghafal Alquran, Hadist atau yang lainnya.
"Kalo Ustdzah khatam berapa kali?" Hana ni yang berani membalikkan pertanyaan. Ya siapa tahu kan menggurui kita untuk memperbanyak tilawah, sedangkan dirinya sendiri belum tentu banyak khatam.
"Ustdzah nggk banyak sih. Cuma tiga kali, sama kayak Hana." Jawabnya sambil tersenyum. Aku tau dia menyebutkan itu bukan karna pamer, tapi untuk menyemangati kami untuk ikut berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Tiga kali aja nggk banyak bilangnya.
"Ya Ustdzah dan Hana bacaannya sudah cepat, dan banyak yang benar. Kami baca aja masih belepotan gimana mau khatam tiga kali dalam sebulan? Belum lagi ada libur karna haid." Kataku memberi alasan. Padahal alasan yang sebenarnya adalah malas. Tapi tak mau mengakuinya. HeHe.
"Ya kan sambil belajar membaca, membiasakan diri. Dan usahakan Ramadhan depan bisa khatam Al-Qur'an meskipun cuma sekali. " Ternyata cuma ditanyain aja. Tak ada hukuman kok.
"Kan kalian sudah tahu, kalo bulan ramadhan itu bulan istimewa. Dan semua amalan dibulan itu akan dilipatgandakan pahalanya. Tapi bukan berarti kita hanya berbuat baik dan beramal Sholeh hanya saat Romadhon saja. Bulan-bulan biasa juga harus banyak tilawahnya, dan beramal baik. Tapi kalo bisa dibulan Ramadhan ditingkatkan lagi , dan tetap Istiqomah di bulan setelahnya. Jangan ibadah rajin cuma bulan puasa aja, kalo bulan puasa selesai malasnya kambuh." Nasehat Ustdzah pada kami.
"Iya Dzah. Insyaallah." Jawab kami serempak dengan semangat.
"Ya udah bentar lagi adzan, kalo ada yang batal silahkan wudhu dulu, atau kalo ada yang mau buang air." Kata Ustdzah ummi mempersilahkan kami untuk kekamar mandi jika ada yang wudhunya sudah batal atau ada hajat.
Setelah sholat isya kami mengantri untuk mengambil makan malam di mad'am. Dan ku lihat barang-barang sembako yang waktu itu memenuhi asrama, kini sudah tersusun rapi digudang dapur. Makanya dapur direnovasi untuk diperluas, dengan ditambah gudang pangan, serta ditambah juga tungku besar sebagai tempat masak. Karna disini pun masih terbiasa minum air dengan air merebus sendiri. Jadi tungku tak cukup jika hanya ada satu atau dua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
8 👍👍
2021-09-14
0