Hari ini kami belajar dikelas seperti biasa. Jam pertama pelajaran IPS, pelajaran yang tak aku suka sejak SD. Ditambah gurunya yang super mahal senyum, selalu menyetel muka serius. Dan tegasnya minta ampun. Namanya ustdzah Asma.
Pelajaran dimulai, guru menjelaskan dan mempersilahkan mencatat yang penting. Ini paling tak ku suka, mencatat yang kira-kira penting dari penjelasan yang kita dengar.
"Assalamualaikum. Maaf dzah telat." Salam anak laki-laki yang tidak menginap dipondok, pulang pergi ke rumah yang tak jauh dari sini. Kalo tidak salah namanya Toni.
"Kenapa telat? Dan ini sudah 20 menit jam pelajaran." Tanya ustdzah sebelum mempersilahkan duduk.
"Maaf , nunggu kawan dulu tadi." Mencoba memberi alasan.
"Kenapa harus nunggu kalo bikin telat?"
"Iya karna saya numpang motor kawan, maaf dzah nggk punya motor sendiri ." Ya kalo jalan kaki lebih telat lagi mungkin.
"Ya udah jangan diulangi lagi. Sebelum duduk pust up dulu sesuai jumlah menit kamu tertinggal." Perintah ustdzah tegas tanpa kompromi.
Dia hanya menurut. Kami hanya menonton tanpa komentar. Beda saat belajar dengan wali kelas yang membuat kelas ramai banyak bertanya dan komentar.
Pelajaran berlanjut, tentang Indonesia masa prasejarah, atau pra aksara. Kehidupan orang zaman dulu sebelum mengenal baca tulis.
100 menit terasa lama sekali. Hingga diujung waktu belajar, 10 menit sebelum waktu pelajaran habis adalah tanya jawab. Semua buku ditutup, semua wajah tegang, menunduk berharap tidak dipanggil.
Beberapa nama dipanggil dan bisa menjawab semua. Waktu tinggal lima menit lagi.
"Silfia."Panggil ustdzah Asma. Jantungku bertalu-talu tak karuan. Mempersiapkan diri untuk menjawab, berdoa dalam hati semoga pertanyaannya mudah.
"Sebutkan 3 jenis manusia purba yang ada di Indonesia!"
Otakku buntu tak dapat berpikir. Itu nama-nama aneh yang begitu susah menyebutkannya. Aku masih diam memikirkan tapi kosong tak mendapat jawaban.
"Waktu habis. Silahkan berdiri di depan dan boleh duduk kalo sudah bisa menjawab pertanyaan selanjutnya." Aku menjadi satu-satunya yang berdiri di depan. Malu pake banget.
"Toni coba kamu jawab." Mengalihkan pertanyaan pada yang lain.
"Meganthropus palaeojavanicus, pithecanthropus Erectus, dan Homo Sapiens."
Lidahku susah menyebutnya. Membaca aja entah bener atau nggk ejaannya.
"Gimana Silfia? Coba ulangi! Toni yang datang telat aja bisa jawab."
Aku tak suka dibandingkan. Meskipun aku memang tak bisa menjawab.Pengalaman terburuk yang aku alami,berdiri sendiri di depan karna tak bisa menjawab.
Hanya lonceng pergantian jam yang menyelamatkanku untuk bisa duduk kembali.
Waktu istirahat aku tak nongkrong di kantin seperti yang lain. Selain menghemat uang jajan, aku juga ingin berdoa , melaksanakan shalat Dhuha yang banyak sekali manfaat dan pahalanya. Setiap istirahat sekolah aku meluangkan waktu untuk melakukannya.
Setelah istirahat pelajaran fiqih. Yang mengajar suaminya ustdzah pengajar IPS tadi. Namun jauh beda dengan sang istri, ustadz fiqih lebih santai saat mengajar bahkan lebih sering sambil bercanda, yang membuat kami tidak rilex dan tidak tegang dalam belajar, namun bikin mengantuk.
Seperti buku fikih pada umumnya. Bab pertama membahas tentang toharoh atau bersuci. Sedangkan kami memegang buku paket dan ustdz menjelaskan, yang memudahkan kami untuk memahami.
"Ustdz , salah satu yang mewajibkan kita untuk mandi kan setelah haid atau menstruasi . Itu kenapa bisa ustdz?" Tanya Lisya saat sesi tanya jawab. Aku hanya geleng-geleng kepala.
"Ya karena orang haid itukan tidak suci. Makanya perempuan saat haid tidak boleh sholat, puasa atau tawaf. Setelah selesai harus mandi wajib untuk mensucikan diri." Jawab ustadz.
"Maksud aku tu kenapa perempuan harus keluar darah atau haid itu? " Tanya Lisya lagi.
"Itu kan sudah pernah dipelajari saat SD? Salah satu ciri-ciri pubertas." Jawab Tari Meilina yang duduk disebelahku. Dia seperti Toni tempat tinggalnya tak jauh dari pondok, jadi pulang pergi kerumah tanpa menginap di asrama. Semua setuju bukan kalo tentang haid sudah dipelajari di pelajaran IPA?
"Iya itu kan suatu tanda kalo seorang perempuan sudah mulai beranjak dewasa." Jawab ustdz.
"Emang nggk kehabisan darah nanti ustdz? " Masih pertanyaan Lisya. Maklum dia belum mengalaminya,baru dua orang yang sudah mengalami fase itu dikelas ini, aku dan Hana.
"Helleh,,,, Tanya sama yang mengalami lah." Jawab pria bermata sipit yang bernama Sandy.
"Kalian itu aneh-aneh tanyanya. Kalo kehabisan darah berarti semua perempuan dewasa kurang darah." Ini Muhammad si tampan yang protes dengan pertanyaan aneh itu.
"Iya sih. Emang nggk sakit ustdz?"
Bukankah itu sudah dibahas tuntas dalam bab pubertas dan reproduksi? Itu sudah garis takdir perempuan harus begitu.
"Sakitlah." Seruku menakuti. Padahal tak semua wanita mengalami sakit saat datang bulan.
"Tu kan sakit? Apa mungkin ada yang luka didalam perut sehingga berdarah?" Tanyanya dengan bergidik takut. Sedangkan ustdz hanya diam melihat kehebohan kelas.
"Masa luka tiap bulan?" Jawab Ade, anak putra yang tak mau diam. Gerak terus dia tu.
"Baca buku biologi biar paham." Ucap Sandy.
"Aneh pertanyaannya." Ucap yang lainnya.
Yang putri yang lain hanya diam dengan menunduk malu. Bahkan ada yang santai tertidur dan tidak terganggu suara disekitarnya.
"Ya aku masih heran aja, Kenapa bisa berdarah? Biasanya darah itu keluar kalo ada luka kan? Dan katanya sakit." Dia mah paling aktif dalam hal tanya menanya,di semua mata pelajaran juga begitu jadi nggk heran, seakan cari perhatian.
"Udah nanti di asrama aku jelasin." Sela Hana menengahi, menghentikan pembahasan tiada akhir.
"Oke deh." Setuju Lisya.
"Haid itu semua perempuan mengalami dan tanda kalo perempuan sudah dewasa dan siap untuk hamil. Haid itu darah kotor yang keluar jadi tidak berbahaya bagi kesehatan. Kalo sakit ,tidak semua perempuan mengalami sakit saat haid, dan sakitnya juga tidak lama lebih sakit saat melahirkan." Jelas ustadz saat suara yang lain mulai diam. "Kalo tentang proses terjadinya haid seperti yang dikatakan Sandy, tanyakan pada guru biologi yang lebih paham."
"Iya ustadz." Jawab Lisya.
"Ustdz boleh tanya yang lain lagi ustdz?" Tanyaku mengangkat tangan.
"Boleh." Jawab ustdz sambil mempersilahkan.
"Ustdz kalo perempuan baligh atau dalam agama mulai diwajibkan semua syariat, itu kan ditandai dengan haid atau menstruasi. Kalo lelaki apa tandanya ustdz?" Tanyaku.
"Haddoh.. Nggk masuk pembahasan pelajaran itu." Protes Ade. Tak suka dengan pertanyaan ku. Emang apa salahnya pertanyaan ku?
Dulu yang aku tahu lelaki mulai dewasa kalau sudah khitan. Karena di daerahku rata-rata orang melakukan khitan antara umur 10-15 tahun. Bukankah perempuan mengalami haid juga di antara umur itu? Tapi saat masuk ke pesantren penilaianku salah, karena disini banyak juga anak-anak melakukan khitan bahkan bayi juga ada yang sudah khitan.
"Ya kalo perempuan disebut mukallaf atau dibebankan semua aturan agama Islam saat sudah haid. Kalo laki-laki yaitu saat sudah mengalami mimpi basah." Jawab ustdz.
"Apa itu mimpi basah?" Tanyaku sepontan dan bingung dengan nama peristiwa aneh itu.
"Kalian itu perempuan tak perlu tau." Sewot para anak putra. Rata-rata anak putra tak suka saat pembahasan mimpi basah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
15
2021-09-14
0