Bab 1

Hari ini hari terakhir libur. Libur kelulusan tetaplah libur paling panjang. Aku mengisinya dengan kegiatan seperti biasa, membantu ibu dikebun atau mengembala kambing dan sapi dipadang rumput bersama teman-teman. Sesekali sambil menerbangkan layang-layang, atau sambil memancing ikan jika sedang mengembala dekat sungai Selagan. Tak ada yang sepesial. Tak ada acara jalan-jalan atau piknik ke tempat pariwisata. Itulah liburanku.

Hari ini ibu dan bapak mengantarku untuk daftar sekolah di pesantren modern Al-iman, yang ada di desa Tirta Makmur seperri yang pernah bapak bicarakan. Hari libur telah usai. Waktunya kembali belajar.

"Mau sekolah di pesantren atau tak usah sekolah. Mengembala kambing dan sapi aja." Begitulah gertakan bapak untuk memaksaku sekolah di pesantren, mendalami ilmu agama Islam. Jadi tak ada pilihan lain selain menurut. Sedangkan kakak lebih milih tak sekolah dari pada sekolah di pesantren. Memilih belajar ilmu lokomotif di bengkel mobil dikabupaten.Tak ada yang memaksa pilihan.

Tapi aku masih beruntung tidak masuk pesantren sendirian. Mbk Ulfa, mbk Nur dan mbk Rahma juga ikut mondok, bahkan Lisa pun ikut masuk juga. Bahkan orang tua Lisa lah yang pertama memprovokasi orang tua kami untuk ikut menyekolahkan anak-anaknya di pondok yang baru berdiri itu.

Satu jam perjalanan kami sudah sampai ditujuan. Sebenarnya tak jauh, seandainya jalan mulus beraspal mungkin tiga puluh menit sampai. Tapi jalanan yang kami lewati hanya jalanan koral tak beraturan dan aspal rusak banyak lubang. Bahkan lebih banyak lubangnya dari pada aspalnya. Hingga membuat perjalanan kami yang hanya menggunakan sepeda motor memakan waktu lebih lama.

Saat aku turun dari motor aku melihat kesekitar.

"Mana pesantrennya?" Tanyaku mengedarkan pandangan. Aku tak menemukan bangunan khas pesantren, asrama atau yang lainnya.

"Ya ini pesantren nya. Namanya masih awal merintis, belum banyak gedung asrama atau sekolahan." Jelas mamak nya Lisa yang memang pernah kemari. Kalo orangtua ku mah baru pertama kali kesini. Ngikut aja.

Sebenarnya didaerah sini ada kakaknya ibu. Tapi beda jalur meskipun masih satu desa. Nggk jauh, Kalo ditempuh pake motor mungkin cuma lima menit. Tapi kalo jalan kaki dua puluh menitan lah. Capek juga.

"Assalamualaikum. Disini pak tempat daftarnya silahkan isi formulir .Lengkapi persyaratan dan bayar pendaftaran." Sapa seorang laki-laki keluar dari ruangan dengan postur tubuh yang besar, berkulit coklat gelap dan masih muda pastinya. Tau aja kalo kami mau daftar sekolah. Padahal belum mengutarakan tujuan.

Akhirnya kami masuk keruangan yang tak terlalu besar. Malah terkesan kecil sekali dengan rak buku tinggi dan penuh dengan aneka buku. Ruangan tanpa kursi atau meja. Hanya ada karpet permadani bermotif bunga warna merah.

Ku perhatikan rumah tembok dengan cat yang beberapa tempat sudah mengelupas, sudah banyak retakan halus memanjang di dinding. Inikah kantornya? Tapi kurasa ini tempat tinggal. Ditandai ruangan-ruangan nya tertutup horden rapat,dan ada suara bayi menangis di ruangan sebelah.

"Apa persyaratan nya pak?" Tanya bapak saat sudah masuk ruangan dan dipersilahkan duduk.

"Persyaratan sudah ada disini. Sama seperti sekolah yang lain." Menyodorkan map berwarna kuning yang isinya persyaratan untuk daftar di pesantren ini.

"Mana aja calon santrinya?" Tanya ustazd yang menyambut kami tadi."Silahkan diisi dulu formulir pendaftaran nya." Memberikan kertas formulir pada kami berlima.

Setelah mengumpulkan formulir kami dipersilahkan masuk ke rumah yang sebelahnya. Rumah yang lebih kecil dengan beberapa tanaman bunga didepannya. Rumah berdinding papan berlantai tegel kotak-kotak dan beratap seng yang lebih rendah daripada rumah pada umumnya, menandakan pasti akan panas jika siang hari.

"Assalamualaikum."Salamku saat memasuki rumah tadi.

"Waalaikum salam. Selamat datang di asrama kita. Murid baru juga kah?" Sambut seorang anak berjilbab dengan riang.

"Iya kita murid baru. Ini asramanya?" Tanya Lisa memperhatikan sekeliling.

Aku bukan terlahir dari keluarga kaya, keadaan rumah seperti ini sudah biasa tak jauh beda dengan rumahku. Hanya saja rumahku terbilang luas karna hanya ditempati lima orang. Sedangkan disini ruangan kurang lebih 5x6 ditempati semua orang santri. Meskipun aku tak tahu berapa jumlah semuanya. Sedangkan disebelah kanan ada tambahan ruangan yang khusus untuk ustadzah gadis, nampak dari tulisan dipintunya.

"Iya beginilah asramanya. Perkenalkan namaku Yanti. Supriyanti kelas dua MTs." Masih dengan riang.

"Eh ada teman baru lagi. Yuk masuk sini kenalan ma teman-teman, banyak juga ni yang baru. Kalo ukhti namanya Magfira Nurul Hanie, panggil saja ukhti Hanie kelas 3 ex." Sapa gadis berjilbab memperkenalkan diri, dengan badan paling tinggi dari yang lain. Kalian tahu apa itu kelas ex? aku pun bingung pertama kali mendengarnya.

"Kenalan dulu satu-persatu. Jangan malu-malu." Lanjutnya mempersilahkan kami perkenalan dengan kawan seasrama.

" Aku Silfia dari Selagan Jaya." Aku bersuara memperkenalkan diri.

"MTs atau MA?" Tanya salah satu dari mereka.

"MTs." Jawabku, kemudian dilanjutkan Lisa, mbk Ulfa mbk Nur dan mbk Rahma. Hanya perkenalan nama dan asal, tanya-tanya yang lain sambil cerita nanti kalo sudah hidup seasrama atau Sekamar lah.

"kelas ex itu apa?" Tanyaku penasaran. Baru kali ini ada kelas ex.

"Ex itu Experiment. Jadi kalo masuk ke pesantren ini setelah lulus MTs atau sekolah di pesantren hanya MA saja. Kita membutuhkan waktu 4 tahun, yang satu tahunnya khusus mempelajari ilmu agama yang dipelajari di MTs. Jadi satu tahun sebelum masuk kelas 1MA belajar dulu materi kelas 1-3 MTs harus selesai selama setahun. Setelah satu tahun belajar pelajaran MTs baru naik kelas 3 ex atau biar mudah sebut aja 1 MA" Jelas ukhti Hanie.

" Berarti kayak kami ini sekolah MA selama 4 tahun?" Tanya mbk Ulfa.

"Iya ,benar sekali."

"Disini pake peralatan sendiri ya ,ukh?" Tanyaku saat ada yang memasang lemari berbahan plastik dan tumpukan kasur diujung ruangan yang macam-macam bentuknya.

"Iya. Tapi kalo belum bawa kasur nanti pake ini bareng-bareng. Kalo belum bawa lemari biar ditas dulu juga gpp peralatannya." Jelasnya sambil menunjuk tumpukan kasur yang lumayan banyak.

Sungguh aku tak tahu kalo bawa peralatan sendiri.Kami tak bawa kasur ataupun lemari pakaian mini, atau peralatan makan dan minum. Aku hanya membawa pakaian dan peralatan mandi serta peralatan tulis.

Setelah perkenalan dan bercerita serta tanya-tanya banyak hal kami keluar lagi. Menemui bapak dan ibu yang telah selesai keliling area dan melihat-lihat sekitar.

"Ya udah yang betah disini, belajar yang benar." Nasehat bapak sebelum pulang meninggalkan kami disini untuk menuntut ilmu.

"Tapi pak, kami nggk bawa kasur dan lemari yang lain bawa semua." Keluhku .

"Ya nanti nyusul. Biar diantar sama mas mu."

"Ya udah kami pulang dulu, betah-betahin disini." Pamit bapak dan ibu memelukku. Aku bahagia sih, karna sejak aku masuk kelas 3 SD ,sejak aku mulai punya adek aku sudah jarang sekali dipeluk. Sudah mulai besar, malu jika dipeluk.

Namun lebih banyak sedihnya. Baru kini aku pisah sama orangtua meskipun tak jauh. Tapi disini aku harus belajar mandiri, meskipun ada tukang masak yang menyiapkan menu makan sehari-hari, tapi soal nyuci baju, dan merawatnya agar tak tercecer, itu semua baru untukku. Dulu aku lebih memilih mengembala kambing daripada nyuci baju atau cuci piring.

Tak terasa air mata jatuh melepas kepulangan ibu dan bapak. Tapi lebih keras tangisan seorang anak kecil yang ditinggal pulang ibunya disebrang sana. Mungkin dia akan sekolah MTs juga seperti aku. Tadi sempat kenalan tapi aku belum hapal semua nama orang yang tadi kenalan.hehehe.

Terpopuler

Comments

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

40

2021-09-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!